3 Hours, I See Another Shape of You (2)

809 146 11
                                    

Entah sejak kapan Tsukishima terlelap. Yang ia ingat terakhir adalah rasa tidak nyaman yang terus menerus bergejolak dalam perutnya dan juga suara dentuman jantungnya yang memenuhi kepalanya. Kalimat terakhir Kuroo bukanlah sebuah kalimat penggoda ataupun kalimat yang seolah memiliki niat lainnya. Itu hanya sebuah ajakan biasa. Lalu kenapa pula Tsukishima harus bingung seperti ini.

Ia bangun perlahan dan mencoba mengambil kacamatanya. Matanya seakan-akan bengkak karena kurang tidur, atau mungkin karena ia habis menangis kemarin malam. Mengingat sosok yang seharusnya sudah terkubur dalam. Tetapi lelaki dengan rambut runcing yang masih tertidur itu mengingatkannya. Seolah menghidupkannya kembali dan menjelmakannya.

Jalannya pelan menuju kamar mandi. Membasuh mukanya dan menatap pantulan diri di cermin yang cukup besar. Disana ia melihat sosoknya yang ternyata baik-baik saja. Matanya tidak terlalu bengkak, tidak seperti yang ia bayangkan. Secara keseluruhan ia baik-baik saja. Jika begini mungkin ketika ia sampai di Tokyo nanti ia pun akan baik-baik saja. Tanpa Yamaguchi ataupun tanpa Kuroo.

Tunggu! Tentu saja aku akan baik-baik saja tanpa Kuroo-san kenapa aku berpikir aku tidak akan baik-baik saja? Tsukishima membasuh wajahnya berkali-kali sampai sebagian besar airnya membasahi baju yang ia kenakan.

Pikiran bodoh yang menyamakan satu orang dengan orang lain adalah tindakan tidak baik dan cenderung menyakiti diri sendiri dan orang lain. Sebanyak apapun kemiripan yang kita temukan dalam sosok tersebut, bukan artinya kita bisa menyamakan begitu saja. Tidak ada orang lain di dunia ini yang senang diperlakukan seperti itu. Karena mereka akan merasa ternganggu dan merasa bahwa dirinya bukanlah dirinya yang asli.

Ponselnya belum ada tanda-tanda akan menyala. Ia tidak bisa menghubungi keluarganya ataupun sebaliknya. Yang ia khawatirkan adalah sang kakak yang panik karena tidak bisa mendapat kabar darinya. 

"Kau mau pakai ponselku?" suara Kuroo terdengar begitu pelan. "Sebagai permintaan maafku karena membuat ponselmu seperti itu."

"Jelas kau harus bertanggung jawab bukan," sindir Tsukishima.

"Iya, nanti akan kuganti," Kuroo menghela nafas, "untuk sekarang pakai saja ponselku, gratis."

"Tentunya harus gratis," kembali Tsukishima menyindir Kuroo. Tangannya meraih ponsel yang disodorkan Kuroo.

Mau tidak mau ia menerima bantuan dari Kuroo. Hanya untuk menelpon sang kakak dan memberi kabar bahwa dirinya baik-baik saja, tidak lebih. Lalu ia menekan beberapa nomor sampai menciptakan rangkaian nomor ponsel milik sang kakak. 

"Halo? Dengan siapa ini?" suara khas Akiteru langsung membuat Tsukishima merasa tenang.

"Ini aku, Kei," jawab Tsukishima singkat.

"Tuhan! Ibu! Ibu! Kei menelpon dia hidup!"

Ingin rasanya menutup panggilan ini. Teriakan histeris dari sang kakak membuatnya kesal dan malu di waktu bersamaan. Tak sengaja mendengar teriakan itu, Kuroo menutup mulutnya agar tawanya tak terdengar. Melihat itu Tsukishima berjalan menuju depan televisi.

"Kei! Ponselmu kenapa tidak bisa ku hubungi?" tanya Akiteru masih histeris.

"Ponselku terjatuh kemarin," jawabnya singkat, "dan jangan berteriak-teriak. Memalukan."

Suara tawa kecil terdengar dari ujung sana, sang ibu sepertinya ikut mendengarkan dalam percakapan ini. "Kau ada dimana sekarang?"

"Aku ada di hotel, mungkin aku akan ke stasiun sebentar lagi. Kalau sudah sampai akan aku hubungi lagi," Tsukishima menjelaskan dengan cepat. "Tidak usah khawatir, mungkin siang nanti kereta kembali beroperasi."

About Last Night (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang