4 Hours Since I Feel Like, I Like You

939 135 14
                                    

Semua barang miliknya sudah Tsukishima rapikan ke dalam tas olahraganya. Gerakannya cepat, langkahnya menghentak. Sekuat tenaga ia menahan matanya agar tidak menumpahkan air matanya untuk seorang yang bahkan baru ia kenal kemarin malam. 

Setelah Kuroo menjauh sembari menyembunyikan layar ponselnya yang menyala terang, Tsukishima mematung. Tangan kanannya masih memegang garpu, melayang diatas kue wafel yang beranjak dingin. Nafsu makannya menghilang, perutnya seolah penuh. Sesuatu yang mengisi seluruh rongga tubuhnya begitu menusuk dan menyiksa. 

Dengan langkah yang pasti dia berjalan keluar cafe. Menghindari sosok Kuroo yang sibuk menghadap ke arah lain. Menempelkan benda persegi panjang kecil tepat ketelinganya. Tsukishima yakin, lelaki itu pasti memasang senyum paling lebar yang ia punya.

Suara pintu terbuka membuat Tsukishima terdiam sepersekian detik, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya. Langkah si rambut runcing yang cepat menimbulkan suara dentuman lembut. Tubuh Kuroo yang semula tegang menjadi rileks seketika. Melihat sosok yang tiba-tiba saja menghilang dari pandangannya, berdiri memunggunginya.

"Seharusnya kau mengatakan kalau kau pulang duluan, aku khawatir," Kuroo berjalan lambat ke arah Tsukishima yang berdiri memunggunginya. 

Tangan Kuroo sudah terangkat. Berjarak beberapa centimeter dari pundak Tsukishima. Namun pemuda jangkung itu membalikkan tubuhnya tiba-tiba dan memberikan tatapan yang menyakitkan untuk Kuroo.

"Kau menelpon siapa?" tanya Tsukishima dengan nada dinginnya. Matanya menusuk ke pusat penglihatan Kuroo. Mengintimidasi hanya dengan gestur tubuhnya. 

Entah mengapa Tsukishima menanyakan hal seperti itu. Tetapi dorongan dari hatinya terlalu kuat sampai-sampai ia berani melontarkan pertanyaan yang seharusnya tidak ia tanyakan. 

"Ehm--- Ya kau tahu---" Kuroo mengelak. Ia menggaruk belakang lehernya canggung. Matanya berlari mencari tempat persembunyian dari tajamnya manik coklat emas milik Tsukishima.

Melihat hal itu membuat Tsukishima muak. Senyuman asimetris khas miliknya kembali terukir. Ia menertawakan tingkah bodohnya yang mengiyakan ketika Kuroo memberikan tawaran berbagi kamar, dan ia menertawakan sikapnya yang mudah berharap kepada orang dalam waktu singkat. 

"Menyedihkan."

Ucapan Tsukishima itu ia katakan kepada dirinya sendiri. Ujung matanya sudah tak mampu menahan air mata yang membuat pandangannya buram. Kenapa harus kepada Kuroo? Kenapa harus secepat ini? Kenapa ia harus menaruh hati kepada orang yang salah.

Hatinya menciut. Mengeriput seolah beradaptasi dengan rasa pedih dan perih yang baru. Fungsi kendali akan tubuhnya sendiri seolah rusak, Tsukishima terus berdiri mematung dengan senyuman asimetrisnya dan air mata yang terus mengalir dari ujung matanya. 

Kuroo pikir cemoohan yang di katakan Tsukishima ditujukan untuknya. Wajahnya menegas dan alisnya tertaut di tengah. Bersiap menghardik Tsukishima, tetapi wajahnya melunak ketika menatap Tsukishima yang memasang wajah paling lemah di hadapan Kuroo.

Kedua tangan Kuroo yang menggantung di samping tubuhnya terangkat perlahan, mencoba meraih Tsukishima yang berjarak tidak lebih dari 30 centimeter darinya. Tetapi sebuah getaran muncul dan menghentikan tangannya. Kembali ia membuang muka dan memilih menatap lantai lamat-lamat.

Tsukishima sendiri tercekat melihat gerakan Kuroo yang berhenti mendadak dan membuang muka darinya. Mungkin Kuroo sendiri tidak bisa melakukan sesuatu untuk menghibur Tsukishima karena ia masih harus menjaga hati lain di luar sana. Menyadari hal tersebut, Tsukishima semakin hancur dan terluka.

Tanpa menunggu lama, si kacamata itu mengambil tas olahraganya dan berjalan keluar kamar hotel. Tanpa sepatah kata pun, ia berjalan menjauh dan tidak pernah berniat untuk berbalik apapun yang terjadi. Itulah ucapan selamat tinggalnya untuk Kuroo.

About Last Night (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang