Keduanya berjalan beriringan. Sesekali berhenti di depan sebuah toko pakaian yang kiranya menyediakan mantel dengan harga murah, lalu keluar dengan wajah datar dan bingung mereka. Sesekali pula mereka berhenti, dan memberi Tsukishima waktu untuk menjelaskan apa saja yang ditunjuk oleh Kuroo.
Langkahnya begitu ringan dan selaras. Seolah setiap langkah mereka sengaja di satu iramakan. Obrolan singkat dan bodoh terkadang membuat mereka berdua tertawa pelan. Entah sejak kapan, suara tawa Tsukishima terdengar.
Setelah memeriksa jadwal kereta, akhirnya mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu berkeliling. Mengabaikan rasa dingin menusuk. Kuroo mulai terbiasa meskipun kadang tak bisa berjalan dengan baik. Syal yang melingkar di lehernya sedikit membantu menghilangkan rasa dingin.
Syal rajut dengan warna cream itu dilingkarkan dengan nyaman di lehernya. Menutupi dagunya. Terkadang suhu terlalu dingin untuk menarik nafas, yang Kuroo lakukan adalah menenggelamkan hidungnya dalam tumpukan syal tersebut dan menarik nafas dalam-dalam. Alhasil aroma syal tersebut memenuhi paru-parunya. Mengembangkan senyumnya dan tanpa sadar matanya melirik kaki milik lelaki jangkung di sampingnya.
"Kuroo-san, kita coba cari mantel untukmu disini." Tsukishima masuk ke dalam sebuah toko pakaian, diikuti Kuroo.
Tangan Tsukishima meraba barisan mantel yang memiliki label harga dengan tulisan merah menyala. Dilihatnya harga yang cukup murah untuk mantel darurat seperti ini. Dia menarik sebuah mantel berwarna navy. Menimbangnya beberapa detik lalu menyodorkannya ke arah Kuroo yang menggosok-gosok tangannya.
"Cobalah, setidaknya ini lebih baik dibanding jaket olahraga itu," ujar Tsukishima. Nada dingin dan tajamnya melunak entah sejak kapan. Tanpa sindiran dan ejekan, Tsukishima meminta Kuroo mencoba mantel yang ia pilihkan.
Aku pilihkan? Aku memilihkan mantel untuknya!
Tsukishima panik ketika menyadari sikapnya yang ia anggap aneh. Setelah mantel tersebut diambil oleh Kuroo, segera ia membalikkan badannya dan mengusap wajah panasnya. Ia menengadah dan mendapati pantulan wajah merah meronanya.
Kenapa ia menjadi seperti ini? Apa yang terjadi dengan Tsukishima yang terkenal dengan ejekannya dan ucapan tajamnya? Apa bisa dalam satu malam, satu orang asing merubah dirinya. Berubah dalam artian yang sedikit membingunkan.
Tsukishima sendiri kesulitan melihat sosok Kuroo yang semalam masih menyebalkan dan menyusahkan. Tahu-tahu dia melihat sekilas sosok Yamaguchi dalam setiap gerak-gerik Kuroo. Ia tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah salah. Tetapi ada rasa bahagia yang ia dapatkan ketika ia menganggap Kuroo adalah Yamaguchi. Rasa yang sudah lama ia dambakan.
"Tsukki! Ini hangat!" seruan dari Kuroo membuat Tsukishima terdiam di tempatnya. Panggilan itu, ia tak sudi dipanggil dengan nama itu oleh siapapun selain Yamaguchi. Tetapi hati kecilnya merasa gembira, bisa kembali mendengar panggilan konyol itu.
Diamnya Tsukishima hanya berlangsung beberapa detik, sampai akhirnya dia memutar badannya dan tersenyum kepada Kuroo yang sudah memakai mantel dan syal miliknya masih melingkar di leher lelaki bersurai hitam tersebut.
"Syukurlah."
Entah apa yang dimaksud Tsukishima dengan 'syukurlah' . Mungkin dia bersyukur karena lelaki di hadapannya adalah Kuroo atau mungkin karena ia kembali melihat Kuroo sebagai dirinya sendiri, bukan gambaran dari orang lain.
Yang jelas Tsukishima merasa bahwa dirinya adalah orang yang beruntung.
***
"Ini, kupikir aku tidak membutuhkan syal ini lagi," Kuroo hendak membuka lilitan syal dilehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Last Night (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)
FanficAku hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk mengingat namamu. 1 jam untuk mengenal siapa dirimu. 2 jam untuk merasa bahwa kau adalah manusia paling menyebalkan dan merepotkan. 3 jam untuk melihat sisi lain dirimu. 4 jam untuk menyukaimu. Dan selamanya...