2 Hours In The Hell With You (2)

900 155 18
                                    

Lobby hotel mewah dengan warna keemasan memenuhi ruangan. Tsukishima berusaha sekuat tenaga agar tidak menengadahkan kepalanya dan bergumam 'wah' berkali-kali. Lelaki disampingnya berjalan santai seolah sudah terbiasa dengan nuansa mewah ini. Wajar saja karena Kuroo pernah mengatakan kalau dia berasal dari Tokyo.

Mungkin ia harus terbiasa dengan lingkungan seperti ini. Meskipun ia sendiri tidak yakin apakah akan kembali ke tempat mewah di kota barunya nanti. Berpindah dari kota yang biasa saja ke kota besar seperti Tokyo mungkin membutuhkan kesiapan lain selain rasa nekat. 

"Permisi, apa masih tersedia kamar yang kosong?" tanya Kuroo formal. Sedikit tersenyum ketika matanya bertemu dengan mata sang resepsionis cantik. 

"Biar saya cek terlebih dahulu." Tsukishima yakin dia melihat semburat merah di wajah sang resepsionis. Penampilan Kuroo tentu saja bisa membuat wanita manapun tersipu, ditambah dengan caranya tersenyum menggoda. Tipikal manusia yang paling ia benci.

"Kau mau duduk saja? Biar aku yang berbicara disini," kata Kuroo sembari melihat tas olahraga Tsukishima yang berkali-kali turun dan hampir terjatuh. Dapat dipastikan si pemilik sudah lelah. 

Normalnya Tsukishima akan mengangguk dan berjalan ke arah sofa kosong di belakang, tetapi ia melirik ke arah si resepsionis yang berhenti mengetik dan mencuri pandang kepada Kuroo dan dirinya. Ide jail melintas cepat di pikirannya.

Senyumannya mengembang, dan kedua mata yang terhalang kacamata hampir tertutup. Tangannya meraih lengan atas Kuroo pelan, "Tidak usah, akan kutemani kau disini."

Baik Kuroo dan si resepsionis itu membeku sepersekian dektik. Sampai akhirnya mereka kembali berkedip dan merasa bingung sekaligus malu. Rasa puas dan geli mulai membuat Tsukishima tersenyum alami. Ingin rasanya ia berteriak sembari menunjuk wajah mereka berdua, kalian pasti canggung denganku, kan? Ha! Rasakan itu.

"O-oh, lakukan semaumu." Kuroo kembali menatap si resepsionis yang berwajah datar. Senyuman keduanya luntur, digantikan oleh ekspresi yang sulit diartikan. 

"Ada beberapa pilihan kamar kosong, meskipun tipernya sama tetapi ukuran kasurnya berbeda," jelas resepsionis mencoba profesional, "queen bed dan twin bed."

Kuroo melirik ke arah Tsukishima yang menunduk dan melihat ke arah dalam counter resepsionis. Melihatnya menatap kosong seperti itu membuat wajahnya yang menyebalkan menjadi lebih bisa diterima oleh Kuroo. Pada akhirnya setiap individu memiliki sisi netralnya tersendiri.

"Kami bawa yang twin bed saja."

***

"Kau mau mengganti pakaianmu?" ujar Kuroo sesaat setelah mereka masuk ke dalam kamar yang mereka pesan.

"Tidak," Tsukishima menatap ke arah sepatu dan ujung bawah celananya yang basah. "Kupikir aku akan mengganti celana saja."

Pikiran Kuroo kembali ke saat dimana ia memutuskan untuk 'kabur' kesini. Anggap dia pengecut, tetapi kenyataan setelah selama ini ia mempertahankan hubungannya dengan seseorang yang ia cintai, dan berakhir buruk adalah hal yang membuatnya terpuruk.

Seorang perempuan yang ia kenal sejak masa sekolah menengah atas, yang ia rasa bisa mengerti siapa dirinya, tentang masa lalunya, dan segala hal tentangnya, mengkhianati setelah dua tahun bersama. Dengan alasan klise seperti bosan atau lelah.

Sang sahabat, Kozume Kenma, menyarankan Kuroo untuk mendinginkan hati dan pikirannya. Dan pergi sementara waktu dari hiruk pikuknya Tokyo. Ia memilih mengunjungi kota ini karena ia tidak tahu harus kemana lagi. Melamun di loket tiket kereta dan mengangguk setiap ditanya, sadar-sadar ia sudah ada di Sendai.

Seminggu ia melamun dan mencoba menghubungi sang kekasih yang tak kunjung mengangkat telepon darinya. Lalu, dua hari selanjutnya ia mulai memberanikan diri keluar dari penginapan dan berkeliling, mencoba menghilangkan kebiasaanya untuk menatap layar ponsel. Tiga hari berikutnya ia perlahan membaik setelah ia bertemu dengan seorang teman lama, Sawamura Daichi.

Meskipun tak sepenuhnya sembuh, tetapi perlahan Kuroo bisa mengurangi kebiasaanya untuk menatap layar ponsel lama-lama. Melupakan meskipun belum sepenuhnya merelakan. Mungkin lelaki baru dari sang kekasih adalah jawaban terbaik untuk setiap harap Kuroo. Ia bukan manusia egois, pada akhirnya ia hanya berharap kekasihnya itu mendapatkan yang terbaik.

"Kuroo-san, aku sudah selesai menggunakan kamar mandi," Tsukishima muncul dengan celana longgar berwarna hitam dan kaos putih panjang. Wajah Kuroo yang terkejut karena lamunannya terganggu, dan wajah keheranan Tsukishima bertemu. "Aku membersihkan kamar mandinya sebelum keluar."

Kuroo berkedip cepat sebelum akhirnya tertawa garing dan menggaruk belakang kepalanya. "Aku bukan seorang mysophobia* tahu."

Pintu kamar mandi tertutup pelan. Tsukishima melemparkan tubuhnya ke atas kasur. Akhirnya ia bisa menghela nafas lega. Ponselnya tetap mati meskipun pengisi daya sudah terpasang daritadi. Ia menyerah untuk sementara waktu perihal ponsel dan mencoba menutup matanya. Lelah yang ia rasakan sudah mencapai puncaknya.

"Tsukishima-san, kau masih bangun?" suara Kuroo pelan dari arah kamar mandi. Dilihatnya kepala Kuroo muncul dari sela-sela pintu yang terbuka perlahan. "Bisa tolong bawakan baju gantiku? Bajuku yang ini basah karena tadi jatuh."

Tanpa menjawab Tsukishima berbalik dan memunggungi Kuroo. Tidak berniat membantunya untuk mengambil pakaian dari orang yang baru saja ia kenal. Dan lagi manusia macam apa yang lupa membawa baju ganti, lagipula di kamar mandi pasti ada jubah mandi, kan? Itulah pikiran Tsukishima sebelum ia melihat dua jubah mandi berwarna putih yang masih terlipat di atas meja.

"Tolong~"

"Baju yang mana?" mau tidak mau Tsukishima bangkit dan mengambil tas Kuroo.

"Yang mana saja."

Lelaki itu benar-benar tidak memiliki selera berpakaian yang bagus. Dua celana, satu kaos, dan dua kemeja. Semuanya polos dan berwarna berbeda. Seperti habis kabur saja, pikir Tsukishima.

"Kuroo-san buka pintunya." Tidak ada jawaban. "Kuroo-san! Pakaianmu!"

Helaan nafas kembali lolos dari mulut Tsukishima, perlahan ia memutar knop pintu yang tidak terkunci itu, ia menjulurkan pakaian yang diminta Kuroo.

"Wah terima kasih."

Sebelum menutup pintunya, ketika Kuroo berjalan memunggunginya. Tsukishima melihat lebam di pundak Kuroo. Mungkin karena jatuh terlalu keras tadi, atau mungkin memang luka lama. 

Rasa tidak enak berputar-putar di sekitar dadanya. Cepat-cepat ia mengambil dompet dan mantel yang sedikit basah miliknya. Ia keluar kamar dan berjalan cepat menyusuri lorong sepi. Entah apa yang dipikirkannya, tetapi ia tidak suka dengan rasa tidak nyaman yang ada di dadanya ini.

***

Note :

* Mysophobia : ketakutan terhadap kuman, bakteri, atau yang menurut mereka bisa menyebabkan diri mereka kotor dan sakit.

Maaf banget jarang update. Malem ini dua chapter aku up hehehe

Makasih banyak kepada pembaca dan kepada apresiator lainnya.

Saran dan kritik sangat sangat sangat aku tunggu loh

About Last Night (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang