09 : Perpisahan

245 45 30
                                    

"Aku hanya tidak mau berucap kata perpisahan untuk kedua kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku hanya tidak mau berucap kata perpisahan untuk kedua kalinya. Sekali pun akhirnya itu terjadi, aku ingin melakukannya dengan lebih layak."








"Perpisahan : Melihat Mereka untuk Kali Kedua"







***

Mereka bergerak lambat, melihat orang menari, bernyanyi dalam ruang sempit, lalu mereka yang berteriak di depan. Rasanya menyesakkan. Semua bayang-bayang itu selalu terasa nyata setiap melintas dalam pikiran.

"Dia bukan penari yang hebat."

"Dia hanya pandai mengingat gerakan, selebihnya kosong."

"Dia harus diet supaya bisa debut!"

"Mau membandingkan dengan yang lain? Dia tidak lebih tampan dari lainnya!"

"Tapi suaranya sangat indah."

"Mana bisa dia sukses hanya dengan bernyanyi seperti itu?!"

"Saat ini idol yang sedang populer! Kalau pun dia debut sebagai penyanyi solo, fandomnya tidak akan sehebat penyanyi idola!"

Mereka semua memandangnya sebagai seorang pesaing. Ucapan antar sesama trainee tidak benar-benar menghiburnya. Semua hanya seperti bentuk formalitas, seolah mereka memang tidak yakin juga bahwa ia bisa masuk dalam tim untuk debut.

Mati-matian berolahraga supaya mencapai berat badan yang ideal, setiap hari datang latihan supaya ia tidak kalah hebat dalam menari. Menjadi anak kesayangan dari penyanyi senior yang tanpa sengaja menjadi juri saat audisi membuat trainee yang lain merasa tersaingi olehnya.

Tidak semua, tapi tekanannya begitu besar. Ratusan trainee bersaing demi memperebutkan jumlah 7 orang dalam tim. Dengan kerja kerasnya ia bisa masuk ke dalam tim.

Tapi perjuangannya tidak sampai disana.

"Kau tahu sebenarnya dirimu tidak pantas untuk debut?"




















Doyoung membuka matanya, melihat sekeliling sambil mengatur napasnya yang memburu. Keringat bercucuran sampai pakaiannya juga basah.

Mimpi itu lagi.

"Astaga..."

Susah payah ia bangun, mengerang pelan sambil memegangi kepalanya yang berdenyut. Hari ini ada pekerjaan penting dan mimpi tadi seperti menguras energinya. Padahal sudah susah-susah ia melupakan kejadian itu.

Suara ketukan pintu menyadarkannya. Doyoung bergumam pelan, mengatakan kalau pintu kamarnya tidak dikunci dan Haebin menyembul masuk untuk memeriksanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIPSTICK PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang