16 - Arley Tidak Perjaka?

23.5K 2.3K 448
                                    

Makin sepi ya ni lapak tapi gapapa Author akan tetap update walaupun ya gitu :')

Makin sepi ya ni lapak tapi gapapa Author akan tetap update walaupun ya gitu :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seseorang harus bisa tegas untuk mengatakan iya atau tidak. Menyukai atau menolak. Jangan memberikan harapan jika hanya takut ditinggal sendirian. Jangan menunjukkan kasih sayang jika hanya sayang jika dia diambil orang.



Keadaan kelas sudah mulai terisi karena murid-murid yang berdatangan. Namun tetap saja tidak ada tanda-tanda Exton akan tiba. Sedangkan teman-temannya sudah mengisi kelas sedari tadi.

"Remedi udah kaya kegiatan sehari-hari gue aja lagi." Benji menekuk wajahnya sedih melihat lembaran nilai di atas meja.

"Lo aja yang tololnya emang aplikasi bawaan dari lahir," timpal Bobby sinis mengalihkan perhatiannya dari handphone ke arah Benji.

"Gue sih ngga." Dion menaik turunkan kedua alisnya bermaksud mengejek.

"Apaan, tiap remed kita dua sebangku wahai Dionku Sayang." Benji menyunggingkan senyum miring membuat Dion bergidik ngeri.

Dion menjauh dan duduk di sebelah Sean yang dari tadi fokus pada buku komik di tangannya. Tidak peduli dengan apa yang mereka debatkan karena nilai miliknya bagus-bagus aja. Dion menatap nyalang Benji justru membuat laki-laki itu terbahak geli.

"Lo kalau jomblo terus cari pelampiasan jangan ke gue!" Nada Dion sedikit tinggi mengundang atensi siswi perempuan di kelas.

Benji melempar buku tulisnya ke arah Dion. Mulut embernya memang tidak bisa di rem apa? Lihat sekarang Benji bahkan sudah dikerumuni oleh perempuan-perempuan dari kelas mereka. Teman-temannya menjauh tak mau ikut di dalam bundaran setan tersebut.

"Benji! Gue siap jadi pelampiasan buat lo!"

"Pilih gue aja, gue siap beri apapun asal lo bahagia!

Kerumuan sedikit menjauh saat Benji tiba-tiba berdiri. Tangannya dimasukkan di dalam saku celana. Kepalanya sedikit ia angkat dengan bangga. Gayanya benar-benar angkuh. Dion menatapnya jijik padahal jika dibandingkan masih gantengan Dion kemana-mana. Tidak boleh dibiarkan, ia harus meminta pendapat di Instagram nantinya.

"Ga ada sejarahnya sel telur ngejar sperma!" sindir Benji dengan lantang. Para perempuan-perempuan menunduk malu merasa tersindir atas apa yang dikatakan Benji.

Dion ikut berdiri. Mendekat ke arah kerumunan lebih tepatnya berdiri di sebelah Benji. Lagi-lagi para perempuan-perempuan menjerit histeris apalagi saat Dion menarik dasi menggunakan satu tangan dan menyisir rambutnya dengan jari-jari. Aroma maskulin benar-benar tercium jelas di indera penciuman.

"Orang-orang caper lagi menampakkan diri." Sean mengangguk setuju dengan opini Bobby. Setelahnya mereka berdua kembali sibuk melanjutkan kegiatan masing-masing.

"Ada ga sih sejarah sperma ditikung sperma yang lainnya?" tanya Dion sembari mengedipkan satu matanya menggoda para perempuan yang menatapnya dengan tatapan memuja. Teriakan histeris kembali terdengar membuat Sean menutup buku komiknya dengan kasar.

GALEXTON ✔️ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang