30 - Puncak Dari Bahaya

14.5K 1.5K 342
                                    

Sebelum membaca absen dulu yok siapa tokoh favorit kalian di cerita ini?

Dan kenapaaa sih masih mau baca cerita ini?

Pasti karena mau lihat si Benji ganteng kan😌

Jangan meninggalkan mereka yang lama bersamamu hanya karena orang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan meninggalkan mereka yang lama bersamamu hanya karena orang baru. Orang yang membantumu mendaki bukan orang yang hanya menunggumu di puncak.








Suara langkah kaki mendominasi keheningan perpustakaan pribadi. Bobby menoleh ke arah perempuan yang mendekat. Baru saja perempuan itu duduk di hadapannya. Bobby langsung salting bukan main. Rusak move on bertahun-tahun hanya karena mantan yang masih bersikap baik.

"Gue yang perlu, gue yang telat datang." Ola tersenyum tak enak hati.

Bobby menggeleng pelan. "No problem."

Ola langsung membuka tote bag. Meletakkan beberapa buku dan alat tulis di atas meja. Ia menatap punggung Bobby yang tengah sibuk mencari beberapa buku di rak. Mengedarkan pandangan di seluruh penjuru ruangan. Ruangan yang tidak terlalu besar namun terlihat sangat tenang untuk membaca beberapa buku. Sembari menikmati beberapa cangkir kopi.

"Ada beberapa ikatan kimia yang bisa lo terapin di kehidupan sehari-hari," jelas Bobby mulai membuka beberapa lembar buku tebal bertuliskan kimia di halaman depan.

Ola mengernyit bingung. Belum juga mulai sudah diberi penjelasan aneh oleh Bobby. "Apa-apa aja?" tanyanya tak mau pusing sendiri.

"Seperti ikatan Ion. Bunyinya, aku tak hanya menerima kelebihanmu tapi aku juga menerima kekuranganmu. Kalau cari di internet mungkin penjelasannya berbeda, tapi guru kimia—"

"Cie, cie, pake aku kamu cie, berasa pacaran lagi ya, Bob?" goda Ola memotong langsung penjelasan Bobby. Menunjuk-nunjuk wajah laki-laki itu yang nampak memerah malu.

Bobby berdeham menormalkan detak jantungnya yang tengah berdisko ria. Menatap Ola dengan senyum miring. Senyum yang benar-benar sulit ditangkap maknanya apa.

"Kalsium, Xenon, Radon, Zirkonium, Timah," tutur Bobby lancar tanpa hambatan. Menyandarkan punggungnya di kursi dan bersedekap dada.

Ola langsung duduk tegak, mengangkat satu alisnya tak mengerti. "Hah?"

Pertanyaan gadis itu dibalas Bobby hanya dengan mengedikkan bahu tanda ia tak mau membantu. "Itu atom."

"Terus?" tanya Ola perlahan.

"Nomor," perintah Bobby yang amat ambigu.

Walaupun bingung, ia membuka lembaran kosong. Mengambil pen dan meminta Bobby untuk mengeja ulang. Dengan pelan Bobby mengulang kalimatnya. Kini, lembaran kosong terisi huruf-huruf yang sangat jarang Ola lihat, alias malas.

GALEXTON ✔️ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang