•{WM?}--Delapan🌵

4 0 0
                                    

"Anggi," teriak Damar saat melihat Anggi kesulitan mencari tempat duduk di kantin.

Dia pun melambaikan tanggannya. Anggi yang melihatnya pun langsung berjalan ke arahnya.

"Tumben lu udah stay aja di kantin?" tanya Anggi.

"Gue lagi males belajar," jawab Damar.

"Lu bolos?"

Damar mengangguk, "sekali duakali boleh lah."

"Lu bolos tiap hari pun boleh," cetus Anggi. "Ya asaal siap aja nanti jadi adik kelas gue," sambungnya.

Damar mendengus pelan sebelum dia kembali melanjutkan makannya yang tertunda. Begitu pun dengan Anggi yang melahap batagornya. Keduanya makan dengan tenang dan damai.

"Wah lagi makan berdua nih," cetus Saka dan langsung duduk di kursi depan Anggi.

Dia menatap Anggi dan Damar bergantian, "lu siapa? murid baru? kok gak kenal gue."

Damar enggan menjawab cowok yang kini bergabung dengannya. Dia memilih diam.

"Nggi, temen lu tuh bisu?"

"Gak usah ngatain orang," jawab Anggi. Dia mengenal Damar, cowok tersebut memang tidak mau meladeni orang yang sekiranya dia anggap tidak penting kecuali orang yang udah dia kenal.

"Ya habisnya gue tanya gak di jawab."

"Lu gak penting," ucap Damar ketus.

Saka melotot sempurna mendengar ucapan Damar. Itu cowok sekali buka suara lebih menyeramkan.

"Lu ngapain kesini Sak?" tanya Anggi.

"Oiya gue tuh kesini mau menyampaikan amanat penting dari temen gue."

Anggi mendengus pelan, "hari ini gue ga mau beurusan sama dia."

"Dengerin dulu dong Nggi."

"Brian tuh cuma mau minta maaf sama sifatnya hari ini. Nih makanya dia nyuruh gue kasih bekal ini dan nanti lo ditunggu rootrof, udah gitu aja amanatnya," lanjut Saka.

"Minta maaf? tumben!"

"Ini bekal ga ada racunnya kan?" tanya Anggi lagi.

"Enggak aman itu. Gak boleh negatif gitu pikirannya," ucap Saka.

"Gimana mau positif thinking, yang ngasih aja modelannya kek dia."

Saka tertawa kecil, "jangan benci ama Brian segitunya, awas nanti jatuh cinta."

"Dih ogah," balas Anggi cepat.

"Yauda deh, gue mo cabut. Bay Anggi."

"hm."

Usai Saka pergi, Anggi menatap bekal yang ada di depannya. Bekal tersebut dari Brian yang dititipkan melalui Saka.

"Gak usah dimakan kalau ragu itu beracun," ucap Damar.

"Tapi sayang kalau ga dimakan, selain mubazir juga keknya enak nih."

"Itu makanan lo juga masih ada."

Anggi menyengir, "perut gue masih kuat buat ngabisin ini semua."

"Hualah dasar."

🎈🎈


"Batagor, Siomay, cilok, cireng, es cincau, pangsit juga terus..."

Tangan Hizam pun bergerak menutup mulut Anggi, agar berhenti mengoceh.

"Iya semua yang lo mau gue beliin," ucapnya.

Senyum Anggi pun melebar, "beneran ya. Semuanya yang gue pengen di beliin."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang