Rose merentangkan tangan guna merilekskan tubuh. Merapikan tempat tidur, mencepol rambut menjadi tinggi, memakai kacamata dan merapikan piyama yang dia gunakan, Rose kemudian ke luar dari kamar hanya untuk menemukan Minghao sudah duduk di sofa ruang tamu."Pagi, i guess?"
"Bawa apa?"
"Bubur."
"Kok cuma satu?"
"Abis."
"Ooh..." Minghao menatap lekat Rose. Merasa di pandangi terus-menerus, Rose balik menatap Minghao. "Kenapa?"
Minghao menggeleng. "Sana sarapan."
"Ntar gue bangunin Jeje dulu."
"Gue udah beliin dia nasi kuning. Bubur ini buat elo."
"Oooo oke deh..."
"Ini perasaan gue aja atau emang lo lagi ngehindarin gue?"
"Perasaan lo aja."
"Lo nggak mau mandang gue waktu ngomong. Kenapa?"
"Masih pagi, nggak mau debat."
"Gue nggak ngajak debat. Gue nanya. Tinggal jawab."
"Gue nggak menghindari lo. Clear?"
"Lo nggak menghindari gue, oke, bisa di terima. Tapi lo menghindari Amìtìe. Kenapa?"
Rose berdecak sebal.
"Jawab."
"Minggat sana!" Rose berdiri. "Gue mau siram bunga."
"Rose jawab gue dulu." Rose tidak mengindahkan keinginan Minghao.
"Roseanne." Minghao hilang kesabaran, dia menarik lengan Rose agar tidak pergi. Bikin Rose menghela nafas capek.
"Hao, gue nggak mood berantem. Please?"
Lagi, melakukan hal yang sama, kali ini dengan jarak yang dekat, Minghao menatap lekat Rose. Dia menyadari sesuatu. "Lo begadang berapa hari?"
"Bukan begadang, tapi emang nggak tidur berhari-hari. Udah gila." Ini Jeje yang nyahut ketika tidak sengaja mendengar pertanyaan Minghao.
"Rose?" Minghao meminta jawaban.
"Nggak bisa tidur."
"Nggak bisa tidur atau sengaja nggak tidur?"
"Nggak bisa tidur."
"Lo kenapa sih?!"
TOK TOK TOK
Rose menggunakan itu sebagai kesempatan menghindar dari Minghao. Yang mengetuk ternyata Lisa.
"HAI!"
"HAI! NGGAK TERIMA TAMU, SOWRRY!"
"IHHHH ROSEEEE!!!"
Lantas Rose tertawa. Membuka pintu lebar-lebar mempersilahkan Lisa masuk.
"Ada perlu apa?" tanya Rose kembali duduk di sofa. Minghao melipir ke dapur sambil membawa bubur lalu kembali tak lama kemudian memberi bubur yang telah dipindahkan ke taperware lengkap dengan kuah, ayam, dan pelengkap lain kesukaan Rose dan tentu saja tanpa di aduk. Anak-anak Amìtìe hapal betul Rose team tidak di aduk kalo makan bubur.
"Makan Lis." ujar Rose basa-basi.
"Gue udah sarapan. Tujuan gue ke sini tuh mau nawarin elo join reuni SD nggak?"
"Ajegile kelas enam SD kita mau reuni?"
"Bisa di bilang begitu."
"Hm..."
"Lo nggak ikut pasti, kan?"
"Kayaknya sih iya..."
"Tapi kan lo udah baikan sama musuh-musuh dulu. Jadi alasan apalagi yang bikin lo nggak mau ikut reuni?"
"Reuni-nya kapan?"
"Dua hari lagi."
"Cepet amat?"
"Mumpung Kayla free pas hari itu. Terus Nanda pulang. Kita nyesuain jadwal anak-anak yang jauh."
"Hm..."
"Ikut aja sih."
"Nggak ah. Nggak akrab lagi gue sama mereka."
"Kan ada gue sama temen yang lain."
"Mager ah."
"Ringga balik."
Nama itu bukan hanya bikin Rose menghentikan pergerakan makannya. Minghao dan Dokyeom yang di dapur ikut tersentak dan saling pandang.
"Balik dia?" tanya Rose menormalkan nada bicaranya.
Lisa mengangguk.
"Dia hubungin elo?"
"Bukannya lo yang lebih sering di hubungin dia di banding gue?"
"Gue nggak kontak lagi sama dia."
"Gue tahu dari Tasya."
Rose mengangguk. "Liat nanti deh Lis. Kalo gue nggak mager gue dateng."
Lisa mengangguk kemudian bangkit. "Dah itu aja, gue pulang dulu ya! JE GUE BALIK!"
"IYEEEE!!!" balas Jeje teriak dari dalem kamar.
Rose meletakkan bubur lalu mencari ponselnya. Dia menelpon seseorang.
"BANG RINGGA BALIK?!" Rose langsung berseru ketika sambungan telepon di angkat. "LO TAU NGGAK RINGGA BALIK?!"
"Oh... nggak tau ya... sama gue juga nggak tau, baru tau hari ini dari Lisa. Ada reuni kelas enam SD. Katanya Ringga bakal balik. Nggak tau deh gue dateng apa enggak... terakhir kali dateng anjing banget Ringga nempel mulu ke gue, gue kan baper nyet dah tau gue naksir setengah mati. Eh dia-nya main pergi sekolah ke luar kota, TERUS SOMBONG BANGET LAGI!!!!" Rose nyerocos dengan ngegas di akhir. Suaranya menggebu-gebu. "TEMEN LO TUH NYEBELIN BANGET—— NYEEETTTTTT BANG BANGSAATTTTT—— DIA CHAT GUE!!! GILAAAAAA!!!"
Rose heboh.
Karena Ringga.
"Dia sebut nama gue pake tanda tanya gitu Bang. Gilaaaaaaaaa efeknya masih ada sat jantung gue kayak lagi konser. Panas dingin nih tangan gue bales chat dia. GUE TUH UDAH MOVE ON TAPI KENAPA TIAP DIA CHAT, GUE KUDU HEBOH BEGINI KAN SIALAAAAANNNNNN!!!"
"Udah ah Bang, gue mau matiin hape nggak mau keperangkap lagi sama Ringga. Dah!" Rose mematikan telepon sepihak. Namun tidak seperti yang dia katakan pada Abang sepupunya, dia tidak mematikan ponsel namun meladeni Ringga.
Minghao dan Dokyeom kembali ke ruang tamu dengan makanan masing-masing. Dokyeom menguatkan Minghao lewat tatapan mata. Bukan hanya menguatkan, namun memeringatkan agar cowok itu tidak mengamuk apalagi murkanya ke Rose secara langsung.
"Sarapan dulu Rose." tegur Dokyeom.
"Iya..." Tangannya lincah menari di keyboard. Membalas dengan cekatan chat Ringga.
Mendadak sebuah tangan mengambil alih ponsel Rose.
"Je!!!"
"Sarapan dulu."
"Hm oke deh." Suasana hati Rose jadi bagus banget sepanjang Minghao dan Dokyeom menemaninya di rumah sebab Jeje sedang pulang.
"Sabar ya Hao." ujar Dokyeom prihatin.
Rose memang tidak pernah jatuh cinta. Dia juga tidak mudah jatuh hati sedalam itu. Namun dia kerap mengagumi seseorang. Dia sering menyukai banyak pria. Ringga salah satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amìtìe Two
Fanfiction97 line bersama satu-satunya cewek yang mereka... apakan ya? Semua hal yang diinginkan cewek deh. [070722] #1 - Rose