Siapapun yang berjalan melintasi kuburan di malam buta pasti merinding dan was-was, takut diganggu hantu.
Kecuali wanita cantik ini.
Berpakaian rok mini dan T-shirt ketat, ia malah berjalan melenggak-lenggok sambil bersenandung.
Mendadak, sesosok makhluk muncul di hadapannya. Tubuh makhluk itu terbungkus kain kafan putih dari ujung kepala sampai ujung kaki. Pocong.
Wajah membusuk si pocong mendekat, disusul raungan paraunya. “GWRAAAH!!”
Anehnya, ekspresi wajah wanita itu tak berubah sama sekali. Bibirnya malah mencibir. “Aah, biasaa!” sergahnya manja.
Si pocong malah melongo. “Kok bisaa...?”
“Ya, tentu saja! Karena aku... bukan manusia.”
Tiba-tiba asap tebal melingkupi tubuh wanita itu. Saat asap hilang, tampaklah sosok wanita yang tengkurap di tanah, berkulit pucat kebiruan dengan rambut hitam melingkupi wajahnya. Si pocong mengenali pakaian putih yang dikenakan wanita itu seketika. “Suster Ngesot,” desisnya.
“Tebakan tepat. Selain bisa meluncur di tanah seperti belut, aku juga bisa memberimu kejutan... BHAAAAHH!!”
Secepat kilat Suster Ngesot melontarkan diri dari tanah, berteriak tepat di wajah “korban”-nya. Ekspresi wajahnya tak kalah menyeramkan dari si pocong.
Walhasil, pocong itu terlontar dan jatuh berguling-guling seperti bantal guling.
Dengan pongahnya, Suster Ngesot bertolak pinggang. “Bagaimana? Jelas aku lebih menyeramkan darimu, bukan?”
Susah-payah si pocong merayap seperti ulat dan mendekat.
“Oh, mau main kejutan? Kalau begitu aku juga bisa.”
Tiba-tiba si pocong melontarkan tubuh ke arah Suster Ngesot. Tiba-tiba kain kafannya tercabik-cabik dan tercerai-berai di udara. Lalu sosok asli si pocong, makhluk merah kurus bertanduk satu muncul. Dedemit.
Rahang si dedemit menganga, menampilkan deretan taring yang panjang. Ia menerkam dan meraung tepat di depan wajah Suster Ngesot. “WHREEAAHH!”
“Aack!” Suster Ngesot berteriak kalap. Tubuhnya terlontar lalu meluncur di tanah. Ini jelas lebih mengerikan ketimbang saat bokongnya ditendang satpam apartemen.
Sesaat kemudian Suster Ngesot bangkit dan terhuyung, pusing tujuh keliling. Lalu ia berteriak, “Aku belum kalah! Berubah!” Ia kini tampak mengenakan baju putih yang memanjang sampai ke tumit, dengan rambut terurai berantakan. Inilah hantu wanita, kuntilanak.
Rahang si kuntilanak memanjang sampai selutut, wajahnya seakan turut meleleh ke bawah. Ia tertawa cekikikan, “WHUHIHIHI!”
Dedemit terpaku, seakan membeku. Di bawah tatapan gaib kuntilanak, ia bergeming, tak mampu bergerak.
“Bagaimana, siap menyerah?” sindir lawan.
“Belum... aku... belum habis! OUAGGH!”
Mengerahkan daya gaib terkuatnya, tubuh si dedemit meraksasa. Sepasang tanduk dan rambut yang sangat panjang mencuat di kepalanya. Deretan taring di mulutnya membesar jadi masing-masing sebesar kepalan tangan.
Inilah hantu raksasa yang melegenda, genderuwo.
Pamungkasnya, si genderuwo membuka mulutnya lebar-lebar di depan wajah si kuntilanak lalu meraung, “GGRRAAAHHH!!”
Begitu dahsyatnya angin dari raungan itu, semua rambut kuntilanak tanggal hingga kepalanya plontos total.
Tak tahan lagi, kuntilanak langsung lari terbirit-birit, berteriak-teriak gila.
Puas, genderuwo tertawa terbahak-bahak hingga perut buncitnya bergoyang-goyang. Ujarnya, “Hahaha, rasakan! Jangan sombong, karena di atas hantu ada hantu!”
Tiba-tiba si genderuwo terkesiap dan lari tergopoh-gopoh. Rupanya ia baru saja melihat makhluk amat kecil yang berwujud seperti bayi, yaitu tuyul. Konon, hantu nakal itu bisa saja keluar-masuk tubuh genderuwo dan menggelitiki raksasa itu sampai puas.
Tinggallah si tuyul sendirian, tertawa geli di tengah kuburan.
Catatan: Cerita mini (flash fiction) ini diikutsertakan dalam Lomba Flash Fiction Hantu Lucu di Facebook (2012).
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DALAM DUNIA
FantasiPercaya atau tidak, di balik dunia nyata tempat tinggal umat manusia ini, ada kekuatan-kekuatan yang lain jenisnya. Itu adalah kekuatan mistis supranatural yang melampaui hukum alam, namun tetap tunduk pada kuasa Sang Penentu Takdir. Karena mu...