Di tiap pesta pernikahan, selalu ada makhluk yang bersuara paling keras. Ia selalu berusaha agar para hadirin memperhatikan jalannya upacara pernikahan. Makhluk tersebut tak lain adalah MC alias pembawa acara.
Seperti yang terjadi pada pesta pernikahan dalam kisah ini, ia berseru, “Satu, dua, tiga!”
Tiba-tiba sebuah benda terlempar dari arah mimbar, melambung tinggi, tinggi... lalu terjun bebas ke arah sekumpulan tangan yang menggapai-gapai hendak menangkapnya.
Bagai atlit rugby kawakan, seorang tamu pria menangkap benda itu di pelukannya. Melihat benda yang ternyata sebuah karangan bunga itu, mata pria itu berbinar dan senyum mempertampan parasnya.
Bunga-bunga di karangan itu tampak serba putih, dengan pusatnya berbentuk bulatan kuning. Ini bunga sungguhan, terbukti dari wangi menyegarkan yang ditebarnya.
“Buket keempat. Tinggal satu lagi,” gumamnya tanpa suara.
“Ini dia, si pria beruntung. Silakan naik ke panggung,” ujar pemandu acara sementara si penangkap buket naik ke panggung dan bersalaman dengan kedua mempelai.
“Siapa nama anda?” tanya si pria pembawa acara yang jasnya berkilap, kontras dengan wajah dan perawakannya yang agak gemuk sambil mengulum senyum dibuat-buat.
“Kendra.”
“Datang bersama siapa ke pesta ini?”
“Saya datang sendirian.”
“Sudah punya pacar, Kendra?”
“Nggg... Itu rahasia.”
“Wow, pria misterius rupanya. Yang pasti, anda beruntung dua kali lipat malam ini, karena selain dapat hadiah, jodoh anda sudah dekat. Percaya atau tidak, kemungkinan besar andalah yang akan menikah segera setelah kedua mempelai ini.”
Pasang senyum sesopan-sopannya, Ken hanya mengucapkan terima kasih sekali lagi, menerima hadiahnya dan turun dari panggung. Senyum di wajah tampannya sirna seketika, diganti dengan wajah serius nan muram.
“Hai!” Seorang wanita muncul menyapa Ken. Wajahnya bisa dibilang cukup manis, postur tubuhnya yang pendek dan agak “montok” nampak sedikit lebih langsing berkat tatanan rambut hitamnya yang terurai panjang dan lurus.
Setelah mendapat perhatian Ken, wanita itu melanjutkan sapaannya, “Kamu Kendra, ya? Masih ingat aku? Aku Tania, kita pernah satu kelas jurusan di kampus dulu.”
Wajah Ken berubah cerah. “Tania? Oh, ya, ya! Tentu aku ingat! Wah, tampangmu banyak... berubah, ya. Jadi pangling aku.”
“Haha, bisa saja. Kau juga banyak berubah, sampai aku, sahabat lamamu saja tak mengenalimu sampai MC menyebut namamu tadi.”
Pembicaraan Ken dan Tania berlanjut ke basa-basi soal pekerjaan, status yang sama-sama jomblo dan sedikit nostalgia masa kuliah.
Sampai akhirnya Tania berujar, “Wah, hadiahnya untukku? Terima kasih, ya! Dan buketnya… hmmm, bunganya serba putih dan wangi.”
“Memangnya itu bunga apa, Tan?” Ken pasang wajah melongo.
“Masa’ kamu nggak tahu? Ini bunga daisy, dirangkai dalam buket pengantin ini sebagai tanda dua jiwa yang mengikat janji untuk selalu berbagi rasa, bersatu hati selama hayat.”
Kendra terperangah. Baru kini ia menyadari bahwa setiap karangan bunga pengantin memiliki arti tersendiri, dan teringat arti pernikahan yang sesungguhnya. Tak sengaja matanya menatap wajah Tania, ada rasa hangat namun aneh merasuki relung hatinya.
Tiba-tiba, Tania berseru, “Hei, Ken! Haloo? Ada Ken di sana?”
Ken tersentak dari lamunannya. “Eh, ya! Maaf. Aku hanya memikirkan kata-katamu tentang arti bunga itu tadi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DALAM DUNIA
FantasíaPercaya atau tidak, di balik dunia nyata tempat tinggal umat manusia ini, ada kekuatan-kekuatan yang lain jenisnya. Itu adalah kekuatan mistis supranatural yang melampaui hukum alam, namun tetap tunduk pada kuasa Sang Penentu Takdir. Karena mu...