Spinoff : Menyadari

5.6K 1K 29
                                    

Haidan pusing. Bukan karena luka di kepalanya, tapi karna mikirin cewek yang beberapa hari ini ngabisin waktu sama dia. Rayana apalah itu dia bahkan ga hapal nama panjangnya.

Haidan juga bingung kenapa perasaan ini tiba-tiba muncul di hatinya. Tadi, pas Raya pamit buat ketemu Januar, dia ngerasa ga rela banget dan berakhir kepikiran sampe sekarang.

Tapi bukannya sebelum-sebelumnya dia gapapa waktu tau Raya lagi jalan sama Januar. Dia bahkan ga peduli. Jadi di bagian mana dia miss sampe bisa punya perasaan kaya gini sama cewek galak itu?

Haidan menghela nafas gusar.

"Banyak bener kayanya masalah hidup lu.." celetuk Jeno yang daritadi mainan gitar sambil curi-curi pandang ke Haidan yang lagi uring-uringan di ranjangnya.

"Jen"

"Hah"

"Kalo gua suka Raya gimana, Jen?"

Jeno kicep. Mukanya keliatan selow tapi di dalem hatinya seakan ada ranjau yang meledak bersautan.

Sial, kejadian juga.. Batinnya.

"Lo yakin?" Tanya Jeno. Haidan cuma ngangguk-ngangguk pasrah.

"Lo cuma kebawa perasaan ae kali beberapa hari ini diurusin Raya.."

"Masa iya?"

"Bisa jadi."

Haidan terdiam. Dia memikirkan betul-betul pendapat dari temennya itu. Ada benernya juga. Tapi..

"Gua ga rela dia pergi sama cowoknya, Jen" celetuk Haidan.

Jeno yang tadi udah santuy dan balik maenan gitar, jadi tegang lagi. Mikirin berbagai alibi buat membantah pikiran Haidan kalo temennya itu memang suka sama Raya.

"Lo mungkin ga mau aja perawat pribadi lo dibagi-bagi sama yang lain.."

"Gua juga sering senyum-senyum sendiri kalo keinget Raya, Jen"

"Yakan Raya emang lucu anaknya. Wajar."

"Gua juga sering khilaf pengen cipok dia kalo lagi marah-marah"

"Anjing nafsu setan itu namanya.." Jeno menggeleng ngeri, "Fix lo ke Raya cuma nafsu semata. Secara Raya emang cantik, terus bodynya oke. Fix dah lo sebenernya ga suka sama dia"

"Berasa makhluk paling suci ye lu ngatain gua begitu. Kaya situ kaga pernah maksiat ae.." ujar Haidan.

"Beda"

"Beda apanya?"

"Yang gua ajak maksiat bukan adeknya Panglima Teknik, Dan."

Haidan terdiam. Seakan tersadar ternyata selama ini yang buat dia uring-uringan bukan tentang apakah dia suka Raya atau engga. Tapi tentang dia yang dengan lancangnya mencoba buat menaruh perasaan sama adik dari Panglima Fakultas mereka. Yang mana itu merupakan suatu hal yang berat.

"Bawa rokok ga lu, Jen?"

PANGLIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang