41. 3 AM

8.4K 868 234
                                    

Haidan itu kebo. Kalo udah tidur, diapa-apain juga bakal susah bangunnya. Tapi malam ini, hanya dengan sebuah isakan lirih yang sampai ke telinga, cowok itu tersentak bangun.

Dipandanginya lekat-lekat wajah Raya yang berbaring menyamping menghadapnya. Mata tertutup milik cewek itu terlihat mengeluarkan air mata dan bibirnya sesekali terisak lirih.

"Raya, hey.." Haidan mengusap pipi Raya dan berubah panik ketika mendapati kulit pipi Raya terasa panas.

Raya demam.

Sebenarnya ini hal yang lumrah terjadi kepada orang yang baru mengalami luka yang cukup serius. Dan Jeno tadi juga sudah mengingatkannya sambil menyerahkan satu kresek sedang berisi bye-bye fever. Tapi karna panik, Haidan jadi lupa meletakkan kresek itu dimana.

"Sayang.. bangun dulu.." ujar Haidan sambil menepuk pipi Raya pelan.

Perlahan Raya membuka matanya dan menatap Haidan dengan sorot lemah.

"Panas banget.." ujar cewek itu lirih.

Haidan memutar kepalanya dan menemukan segelas air putih di atas nakas lalu segera mengambilnya.

"Minum dulu.."

Haidan mengangkat leher Raya sedikit untuk memudahkan cewek itu meminum air dari gelas yang disodorkannya.

"Obatnya mana?" tanya Haidan sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan.

"Gatau.." ujar Raya sambil terus terisak.

"Ck, gua bangunin Sisi dulu kalo gitu.."

Haidan yang hendak beranjak dari ranjang langsung ditahan oleh Raya.

"Jangan tinggalin Aya."

Haidan menghela nafas, "Engga sayang, Idan cuma mau nanya obat kamu dimana ke Sisi.."

"Disini aja.."

Haidan mengusap wajahnya frustasi. Dia pun kembali berbaring di sebelah Raya sambil satu tangannya mengusap punggung cewek itu, satu lagi sibuk berkutat dengan hp nya, mencoba menelpon Sisi dan Jeno yang tidur di kamar belakang.

Dan ga diangkat.

"Sialan.."

Haidan mematikan hp nya dan beralih menatap Raya yang kembali terpejam sambil terisak lirih.

"Kamu pake tanktop?"

Ide yang bodoh sebenernya. Tapi otak Haidan udah buntu mencari jalan keluar agar panas tubuh Raya segera turun.

Raya kembali membuka matanya, lalu menggeleng.

"Oke. Kita coba pake cara ini.." ujar Haidan lalu bangkit dari berbaringnya. Dengan gerakan cepat, dia mulai menanggalkan kaos yang dia pakai. Dan selanjutnya menatap Raya dengan ragu.

"Ngamuknya nanti aja please. Pokoknya sekarang demam kamu reda dulu.."

Haidan segera menyingkirkan guling yang menjadi batas mereka tidur tadi dan pelan-pelan menggapai kancing piyama Raya.

"Dan.."

"Iya, gua ga liat.." Haidan segera memalingkan wajahnya sambil tangannya sibuk membuka kancing piyama Raya satu per satu.

Setelah melepaskan semua kancingnya, Haidan segera berbaring, membawa tubuh Raya ke pelukannya. Kulit bertemu kulit, tak berjarak sedikit pun.

Pelan-pelan diangkatnya kaki Raya yang cidera lalu menyelipkan kakinya diantara kaki cewek itu.

"Dan.." nafas hangat Raya di lehernya sukses membuat batinnya menjerit.

"Hmm?"

"Nyanyiin.."

PANGLIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang