Lily tersenyum menatap begitu banyak bunga yang menggantung di setiap sudut ruangan. Layaknya musim semi, kelopak bunga warna-warni itu sesekali berhamburan mencapai lantai yang semakin dingin."Sayang sekali, sebentar lagi kau harus kembali, Sibyl." Lily menyandarkan tubuhnya yang lelah karena sejak tadi menari dan melompat kecil mengelilingi ruangan itu.
Kau masih bisa berbicara denganku nanti.
Sibyl mengayunkan lengan kayunya beberapa kali, menyebabkan beberapa bunga kembali tumbuh dengan indah.
Lily tak hentinya memandang takjub, bahkan sesekali ia berdecak tanpa sadar. "Suatu saat aku ingin bisa sepertimu."
Kenapa?
"Karena kau cantik, baik, dan menakjubkan." Lily beralih memutari tubuh kayu milik Sibyl. "Lihatlah ini, rambut emas yang sangat cantik. Bagaimana kau bisa mendapatkan ini?"
Ini bukan rambut asliku.
"Iya, aku tahu kalau ini hanya patung. Tapi rambut aslimu pasti lebih cantik dari ini. Bagaimana caramu mendapatkannya?" Lily mulai mengelus surai Sibyl yang terbuat dari emas asli. Sedikit berat, tetapi sangat indah.
Kau mau rambut yang sama?
Lily menatap antusias, "Memangnya bisa?"
Aku mendapatkannya setelah Loki putra Laufey membuatku botak. Kalau kau mau, aku bisa mencabut rambut merahmu sampai akar.
Seketika Lily memegang rambut keritingnya, "Aku berubah pikiran. Awas kalau kau berani macam-macam!"
Tawa Sibyl menggema dalam pendengaran Lily. Hingga sebuah ketukan pintu berhasil menginterupsi perbincangan mereka. Efron dan Maya memasuki ruangan dengan raut cemas.
"Gawat. Ini sangat gawat!"
***
Akademi sedang kacau. Banyak sekali orang yang berlalu lalang di sepanjang lorong. Beberapa siswa pun tampak diperiksa oleh jajaran staff akademi.
"Apa yang terjadi?" Jace melangkah dengan kaki sedikit pincang. Sudah berlalu beberapa hari sejak kakinya cidera di Gingko Forest. Namun sepertinya injakan kaki Sleipnir bukanlah hal biasa yang mampu sembuh dalam sekejap.
Lelaki dengan rambut cokelat madu itu menoleh, Adniel. Tangannya bersedekap dan kembali menatap kerumunan di hadapan mereka, "Entahlah. Sebentar lagi libur panjang, kita hanya tinggal menunggu pengumuman saja tapi ada yang berulah."
Jace tampaknya masih tak mengerti apa yang dikatakan Adniel. Matanya terus menatap penasaran, "Berulah? Maksudmu berulah seperti apa?"
Adniel mengarahkan dagunya pada sebuah benda yang cukup jauh dari mereka. "Pa-tung?" tanya Jace sedikit tergagap.
Adniel mengangguk kecil, kemudian menjelaskan tentang hilangnya patung Sif dari museum. Hal yang lebih parah lagi adalah patung tersebut diganti dengan ukiran patung biasa dengan rambut emas palsu yang berasal dari rambut Medusa.
Pikiran Jace langsung melayang pada rentetan kejadian dalam satu bulan terakhir ini. Bolos jam malam, bertemu Rambut Api, gelangku yang hilang, Sibyl, Sleipnir, sihir, ramuan, Gingko For—ah, rasanya kepalaku ingin meledak.
"Jace, ini gelangmu! Tangan Lily mengangsurkan gelang cokelat milik Jace.
Jace menatap bingung pada Lily. "A-pa yang ... tapi misi kita belum selesai dan roh Sibyl belum kembali."
"Anggap saja aku sedang berbaik hati padamu. Kau sudah sangat membantu dan aku berterima kasih soal itu." Dengan telaten Lily mengoleskan salep di kaki Jace yang terluka. Mereka telah tiba di Villagic beberapa saat yang lalu. "Dan ya ... aku pikir kau tidak seburuk itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Soul Blower (MAPLE ACADEMY YEAR 1)
Fantasía[OPEN PRE ORDER ✅] Lily dengan segudang kecerobohannya berhasil menyeret dua sahabat, Maya dan Efron, serta musuh bebuyutannya, Jace, ke dalam masalah besar; akan dikeluarkan secara tidak hormat dari Maple Academy. Semua berawal saat mengunjungi mus...