"Jangan lepaskan aku yang selalu memegang tanganmu, ya?" - Kim Taehyung
"Terima kasih, Tae, kau selalu mencintaiku. Walaupun terkadang aku bersikap kurang baik padamu."-Park Soo Young
Seperti jalanan yang tidak selamanya halus, dan begitu pula denga...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Happy reading, my Mate🍀 _______
"Yoongi Hyung?!" panggilku di halaman sekolah saat menangkap persona itu berjalan tidak jauh di depanku. Yoongi Hyung berhenti dan berbalik arah, berlari kecil aku kearah sosoknya.
"Pagi, Hyung," sapaku.
"Pagi juga, Tae," balasnya.
"Hyung, maafkan aku. Semalam aku sudah mencoba membuat lirik, tapi ... aku kesulitan. Aku benar-benar tidak ada ide," jelasku setelah menayampaikan permohonan maaf.
"Tidak apa-apa. Nanti kita buat sama-sama," ujarnya sembari melambaikan tangan.
"Baiklah."
Kami pun mulai melangkahkan kaki. Kemudian, aku ingat sesuatu dan langsung kuutarakan pada Yoongi Hyung, "Ohya, bagaimana keadaan Yoonji? Dia sakit apa?"
"Asam lambungnya kambuh lagi. Tidak begitu parah, tapi dia masih dalam perawatan."
Dengan wajah cemas, aku menganggukkan kepala. "Semoga Yoonji cepat sembuh," lanjutku.
"Semoga saja. Terima kasih, Tae," katanya sembari tersenyum dan menepuk pundakku. Aku pun membalasnya dengan senyuman.
Pembicaraan kami berakhir sampai situ saja. Aku segera mengundurkan diri dari hadapannya ketika aku melihat seseorang yang tidak asing sedang duduk di salah satu sudut taman sekolah. Seseorang yang entah kenapa mengabaikan panggilan juga pesanku pagi ini.
"Kang Soo-young?" panggilku sesampainya aku dihadapan orang itu.
Sosok yang asyik tertunduk menatap ponsel itu sedikit terkejut. Setelah tahu bahwa aku yang memanggil, tatapan terkejut itu berubah. Bukan menyambutku hangat, melainkan penuh dengan perasaan dingin dia melihatku.
Tanpa berkata apa pun dan memberi aku kesempatan untuk bertanya 'kenapa?', dia beranjak pergi. Pasti aku mengikutinya. Memanggil dan juga menahan tangannya agar tidak menjauh dariku sudah aku lakukan, tapi tanpa kata dia terus menghindar. Bahkan saat dia mencoba melepaskan tanganku dari lengannya, tatapan dingin itu semakin tajam.
Aku dibuat kikuk dengan sikap Soo-young, apalagi murid-murid yang lain mulai memperhatikan kami berdua. Tanpa kesabaran lagi, akhirnya aku menggapai tangan Soo-young untuk yang kesekian kalinya.
"Ikut aku!" ucapku tegas.
Dia coba meronta. Namun semakin dia meronta, semakin kueratkan genggaman ini. Hingga pada akhirnya, sampailah aku dan dia di tempat yang tidak ramai pengunjung, atau mungkin sama sekali tidak ada pengunjung. Bukan toilet, melainkan tangga darurat gedung sekolah.
Dia meringis kesakitan sembari memegangi pergelangan tangannya. Dengan sorot mata yang sama dan juga napas yang sedikit terengah—mungkin karena menahan marah—dia menatapku.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau bersikap seperti ini? Apa salahku?" Pertanyaan beruntun mengenai perubahan sikapnya keluar dari mulutku tanpa rem.
Sosok yang kuberi pertanyaam mengalihkan pandangan dan membisu.