31. Kejutan

414 22 59
                                    

Rumah sudah dihias dengan se-indah mungkin, kue ulang tahun pun sudah siap, kini mereka tinggal menunggu sang putri cantik yang sedang berulang tahun.

Alana pun sudah memakai gaun berwarna merah dengan rambutnya yang tergerai bebas sedangkan Satya, pria itu memakai kemeja warna hitam dengan jas berwarna merah terlihat serasi jika bersanding dengan Alana sekarang.

Sedangkan Arga? Pria itu terlihat sangat antusias, dia memakai kemeja berwarna putih dengan jas berwarna hitam, sebelum memakai itu, dirinya menanyakan ter lebih dahulu kepada Sara––datang kerumah akan menggunakan pakaian apa, jika berjanjian warna baju––itu namanya bukan sebuah kejutan.

Mereka sengaja tidak mengajak orang lain karena mungkin jika mengajak orang lain takutnya ada yang curiga.

Arga sedari tadi melihat arlojinya berulang kali, dengan kakinya yang terus bergerak sedangkan Alana dan Satya, kedua manusia itu tengah tertawa bahagia sembari melihat video masa kecil Alana di ponsel miliknya.

"Kau lucu sekali disitu." ujar Satya.

Alana mencebikkan bibirnya, "Emang sekarang aku tidak lucu begitu?"

Satya mengacak acak rambut Alana gemas. "Sekarang lucu, cantik, mempesona, baik, kadang jahat, bawel, alay, cengeng..."

Alana mengerling, "Yang jeleknya jangan dibawa bawa dong! Pake acara acak acakin rambut aku lagi! Lihat kan jadi kurang rapih!" cerca Alana sembari mukul pelan lengan Satya.

Bukannya membujuk Alana, Satya malah merogoh saku, mengambil ponselnya dan memperdekat jarak antara dirinya dengan Alana.

"Foto dulu yuk? Kita kayak lagi kompak aja..." Ujarnya sembari mengarahkan kamera.

Alana menoleh ke arah Arga, "Bang--"

Satya membekap mulut Alana, "Jangan ajak Arga, kita poto berdua dulu napa, nanti kalau udah kita, boleh ajak Arga." kesal Satya.

"Yasudah..." pasrah Alana.

Satya mengarahkan kameranya, mereka berdua tersenyum di depan kamera, gaya mereka berkali kali berubah, kadang tersenyum, cemberut dan datar.

Tok

Tok

Tok

Ketiganya langsung menoleh ke sumber suara, mereka yang semula terduduk kini langsung berdiri dan menyiapkan rencana yang sudah mereka buat bersama.

Alana dan Satya, mereka berdua pergi ketempat lain dan mematikan lampu rumahnya sedangkan Arga, pria itu menarik nafas dalam dalam lalu menghembuskannya sebelum membuka pintu rumahnya.

Ceklek

Arga mengernyit karena saat dia membuka pintu tidak ada orang sama sekali, Dia mendesah kecewa karena yang mengetuk pintu hanya orang jail saja bukan Sara yang dia tunggu tunggu sedari tadi.

Namun ketika dia berniat masuk lagi, Dia melihat sosok anak kecil yang tengah menatapnya bingung, Arga lupa, saat dirinya membuka pintu, dirinya hanya langsung menatap datar ke depannya tanpa melihat anak kecil disana.

Arga berjongkok, "Kau? Keponakannya Sara dan Alana kan?" tanya Arga memastikan, sebab dia pernah melihat gadis kecil itu dirumah kakaknya Alana dan Sara.

Gadis itu mengulurkan tangannya, "Hai om, namaku Raika, aku keponakannya tante Alana dan tante Sara." Gadis itu memperkenalkan dirinya kepada Arga.

Arga menerima uluran tangan Raika, "Perkenalkan juga nama om Arga, calon suaminya tante Sara."

"Sudah tahu."

Arga mengangguk paham, sebab dia tahu Sara orangnya seperti apa, perempuan itu tak bisa menyembunyikan hal dengan baik apalagi tentang kebahagiaannya.

SANA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang