Vellichor

19 3 0
                                    

Mr. Steff, guru olahragaku hari ini berhalangan hadir karena sedang sakit, mungkin karena cuaca sekarang sedang musim hujan, jadinya lebih enak berada di balik selimut dari pada harus mengajar ke sekolah.

Miss. Natsumi mengatakan kalau materi hari ini adalah bola basket. Ketua kelasku memimpin pemanasan terlebih dahulu agar terhindar dari cedera, tetapi aku tidak dapat fokus mengikutinya. Seolah-olah pandangan dan pikiranku telah terkunci kepada Ellen.

Setelah pemanasan usai, kami dibagi menjadi dua kelompok putra dan putri. Sayang sekali aku tidak bisa satu kelompok dengan Ellen. Badannya yang atletis merupakan salah satu keuntungan dalam bidang olahraga. "Hufft..."

Priittt!!! peluit berbunyi, kami langsung memulai memperebutkan bola. Aku mendapatkannya dan kubawa mendekati ring untuk ku masukan. Lemparan yang sangat buruk hingga bolanya tidak masuk. Lalu tim musuh kami langsung merebut bola itu dari tanganku.

Pertandingan yang seru, hingga kakiku terasa lemas, aku memegang kedua lututku sambil terengah-engah mengatur nafas, aku melihat Ellen sedang duduk disisi aula tidak melakukan apapun.

"Zika, tangkap bolanya!!!"

Mendengar teriakan temanku, aku berbalik dan melihat bola itu menuju kearahku. Dengan reflek aku menangkis bola basket itu dengan asal menggunakan tangan kiri ku. Saat kutangkis bola tersebut, aku merasakan sakit yang luar biasa. Tubuhku terjatuh karena dorongan bola basket yang lumayan kencang. Pandanganku mulai kabur, tapi samar-samar kulihat seseorang menahan tubuhku agar tidak jatuh, wajahnya begitu khawatir, dan aku mengenalnya, Ellen.

Mataku mulai terbuka sedikit demi sedikit, kesadaranku pun perlahan mulai penuh. Aku mendengar percakapan.

"Zika tidak apa-apa, hanya saja pergelangan tangan kirinya terkilir."

Mendengar namaku di sebut, aku mulai sadar kalau tadi aku pingsan. Sekarang aku berada di ruang UKS.

"Apa yang terjadi?" Ellen menghampiriku karena mengetahui bahwa aku sudah sadar.

"Pergelangan tangan kirimu terkilir." Aku melihat tangan kiriku sudah diperban.

"Berapa lama aku pingsan?"

"2 jam." Jawabnya dengan ekspresi yang tidak meyakinkan.

"Kenapa kepalaku terasa sangat pusing??"

"Mungkin kamu terlalu lama pingsan." Mr. Reza menimbun percakapan kami. Ia adalah penjaga ruang UKS.

Aku merasakan sekolah sudah sepi, sama seperti waktu tadi pagi. Kemudian aku melirik jam UKS yang tergantung di pojok.

"Jam 4?! tidak mungkin aku pingsan hanya 2 jam?!" teriakku tak percaya. Tatapan kosong Ellen mengarah padaku.

"Mmm... Sebenarnya kau pingsan sekitar 8 jam." Mr. Reza menjawabnya dengan ragu.

"Apa? Bagaimana mungkin aku bisa pingsan selama itu?"

"......" Suasana di ruang UKS hening seketika.

"Ini sudah sore, aku harus cepat pulang, ibuku pasti sangat khawatir." Aku tergesa-gesa ingin segera pulang.

"Zika, di luar hujan deras, bagaimana kau bisa pulang?" Ellen mengkhawatirkanku

"Tapi aku tidak bisa berlama-lama di sini, aku harus pulang."

"Kau istirahat dulu sebentar, tubuhmu masih lemah."

"Aku ingin pulang." Aku memaksa karena sudah tidak tahan dengan bau UKS.

"Tangan kirimu terkilir, bagaimana kau bisa membawa motormu?"

"......" Aku terdiam, suasana UKS menjadi hening kembali. Yang terdengar hanyalah suara air hujan yang satu persatu jatuh dari langit.

NovemberainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang