Winter Blues

11 1 0
                                    

Tok tok tok... "Zika, ada apa?" Ayahku yang mendengar suara tangisanku mengetuk pintu kamar dari luar.

"Kenapa kamu nangis?"

"......" Aku tidak membukakan pintu kamarku, aku tidak ingin ayah melihatku dengan keadaan bercucuran air mata seperti ini. Padahal aku sudah janji untuk tidak menangis lagi dan bisa mengatasi masalahku sendiri.

"Zika, ayah hanya ingin menyampaikan ini. There are some people who can stay in your heart, but not in your life."

Aku tidak terlalu mengerti apa yang dimaksud ayah, tapi mendengarnya mengatakan hal tersebut membuatku lebih tenang.

"Kalau begitu, ayah pergi dulu..." Setelah ayahku mengucapkan kalimat tersebut, terdengar suara langkah kaki menuruni tangga.

Sang surya seharusnya telah bersinar terang di langit timur, tetapi tertutup oleh awan gelap Nimbostratus yang menandakan akan datangnya kembali hujan. Pikiranku saat ini sedang kacau tidak karuan, dan hatiku terasa berat bagaikan awan mendung gelap yang menahan air hujan.

Suara mobil ibuku mulai terdengar dari kejauhan. Aku mengelap air mataku dan segera turun ke bawah untuk menyambutnya.

"Good morning, mom." Ibu ku pulang dengan gagah dan masih menggunakan jas dokter yang tertempel name tag bertuliskan namanya, Dr. Cattleya Baudelaire Sp.KJ.

"Good morning Zika, sudah sarapan?"

"Belum, kita menunggu ibu."

"......" Ibu ku memasang ekspresi heran karena tidak melihat ayah.

Sepertinya ayah pergi keluar dini hari tadi. Aku menyesal tidak membukakan pintu untuknya.

"Zika, saatnya sarapan." Ujar ibuku dengan nada sedikit berteriak, menandakan kalau ibuku sudah selesai memasak. Aku segera beranjak dari sofa dan mematikan TV.

Menu pagi ini adalah Grill Salmon Fillet with Vegetables ala New York. Ikan salmon tersebut di masak dengan cara memanggang ikan tersebut hingga matang seluruhnya. Dalam menu sarapan, ibuku mewajibkan untuk selalu adanya sayuran.

"Ibu, bagaimana dengan pekerjaan tadi malam?"

"Pasien tersebut begadang semalaman ketika ibunya tidak ada di rumah."

"Hehe... aku ketahuan ya." Terkadang sangat menjengkelkan disaat dia selalu mengetahui gerak-gerik dan prilakuku. Bahkan aku selalu berpikir kalau dia bisa membaca pikiranku.

"Itu terlihat jelas di kantung mata mu Zika, atau... karena menangis?"

"Mm... iya."

"Ada apa? Ceritalah ke ibu."

"Sebenarnya akhir-akhir ini aku memikirkan seseorang... Ibu, apakah ibu masih ingat kak Ellen, saat aku masih berumur 7 tahun?"

"Hmm siapa itu sayang? Ibu tidak mengingatnya, mungkin karena sudah terlalu lama."

"Dia teman bermainku dulu, aku memanggilnya kak Ellen dan tiba-tiba sekarang aku sangat merindukannya kembali. Dan pada hari senin kemarin, datang seorang murid baru yang sangat mirip dengannya. Mulai dari nama, ciri fisik, bahkan sifatnya."

"Mungkin dia yang sekarang adalah Doppleganger dari Ellen yang dulu?"

"Jika benar, itu akan menyeramkan ibu."

"Ibu senang, akhirnya kamu memikirkan seorang laki-laki." Ledeknya.

"Tapi yang paling ibu senang, akhirnya kamu bercerita terus terang saat ada masalah. Biasanya kamu selalu mengurung diri di kamar dan membuat ibu khawatir."

NovemberainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang