Swede

7 2 0
                                    

"Horee..." teriakkan yang panjang terdengar dari semua murid yang ada di kelasku. Bunyi bel panjang telah menyelamatkan mereka dari pelajaran matematika yang sangat susah, tapi justru menurutku ini pelajaran menyenangkan. Nilaiku cukup menonjol karena matematika adalah salah satu pelajaran favoritku.

"Zika ayo?" Reva sudah ada di luar kelas tidak sabar menungguku membereskan buku-buku yang masih berserakan di meja. Siang ini aku berjanji akan pulang bersama dengan Reva.

"Aku pulang duluan ya." Suara Ellen terdengar sangat datar di belakangku, tubuhku mendadak seperti patung yang tidak bisa melakukan apapun. Aku segera berbalik. Yang kulakukan hanya bisa menatap wajahnya yang sangat sempurna itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun untuk menjawabnya. Entah kenapa bibirku tertahan untuk berbicara, aku hanya terdiam dihadapannya.

"Aku sudah bilang kan? Kuharap kau tidak marah lagi." Dia memasang senyuman manis yang pernah kulihat sebelumnya.

"Ya, aku mendengarnya, terima kasih."

"Sampai jumpa minggu depan." Ellen berlalu di hadapanku, kuharap dia menepati kata-katanya, aku tidak ingin dia menghilang lagi seperti sebelumnya.

"Zika cepat bereskan buku-buku itu, kita harus cepat sebelum hujan turun." Lagi-lagi Reva membangunkanku dari lamunanku. Dia merengek memarahiku.

"Ok, ok, aku sudah beres, ayo berangkat."

Jasmine, nama toko minyak wangi terbaik di kotaku, setelah Reva pulang aku tidak langsung ke rumah, rasa penasaranku masih membayang-bayangiku.

"Selamat datang." Pelayan toko menyambutku dengan ramah saat aku membuka pintu. Tempat ini masih sama seperti sebelumnya, hanya saja kasirnya pindah agak kebelakang. Terakhir kali aku datang ke sini dengan ibuku.

"Apa parfum bermerk Swede masih ada?"

"Ya, mohon tunggu sebentar."

"Ini dia."

Kuhirup wangi parfum itu, pikiranku sedang membandingkan wangi parfumnya Ellen tadi siang yang tercium dihidungku dengan wangi parfum yang bermerk Swede ini. Ternyata memang sama.

"Aku beli satu."

"Silahkan isi daftar pelanggannya."

Ku tulis namaku di kolom terakhir No.26. Halaman sebelumnya kubuka agar aku tahu siapa saja yang membeli parfum merk ini. Di kolom No.5 tertulis nama ibuku, Cattleya Baudelaire. Tertera tanggal yang dicantumkannya, waktu itu aku membelinya tanggal 29 April 2000, tepat di hari ulang tahunnya kak Ellen yang ke 17. Kulihat lagi daftar nama pembeli di kolom berikutnya.

"Ellen Wristle!!!" mataku terbelalak saat melihat namanya tercantum di kolom No 8, dibeli tanggal 21 September 2000, 3 bulan setelah kematiannya kak Ellen. Kubuka lagi halaman selanjutnya.

"2005, dan... 2009!!!" Disini tertera tanggal October 31, 2009 yang berarti dia baru saja membeli parfum ini minggu kemarin. Semua tanda tangannya sama di buku ini.

"Mba maaf, apakah orang yang bernama Ellen ini orangnya semua sama?" kucoba untuk menanyakannya kepada pelayan itu, mungkin saja dia tahu.

"Iya, dia pelanggan tetap kami."

"Bagaimana ciri-ciri orangnya saat pertama kali membeli parfum ini?"

"Warna kulitnya putih, badannya atletis, wajahnya seperti orang asing dan umurnya sekitar 16 atau 17 tahun."

Mmhh, aku berfikir lagi untuk menanyakan ciri-ciri khususnya kak Ellen "Apakah matanya berwarna biru?"

"Ya." Pelayan itu menjawabnya dengan cepat, mengapa ciri-ciri yang di sebutkannya sama? Ellen tidak mungkin berumur 17 tahun di tahun 2000. Tapi jika memang dia yang membeli, saat itu umurnya masih 7 tahun mana mungkin Ellen bisa membuat tanda tangan, sedangkan kak Ellen, dia sudah meninggal pada tanggal itu, jika Ellen atau kak Ellen tidak membeli parfum ini, lalu siapa Ellen yang ada di buku ini?

"Oh, terima kasih."

"Baiklah, ini parfumnya. Terima kasih, ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Tidak, terima kasih."

Setelah keluar dari toko Jasmine, aku langsung bergegas pergi ke halte terdekat. Langit mulai mendung, aku harus sampai di rumah sebelum hujan turun.

NovemberainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang