At Least I Found Myself

46 11 1
                                    

Pada kepergianmu, sebenarnya seluruh jiwaku hancur. Entahlah, kepergianmu membawa separuh nyawa dalam diri ini. Tidak hanya kau yang hilang, namun aku juga. Aku kehilangan senyuman kecil. Tawa riang sederhana. Bahkan, semangat untuk melanjutkan hari. Dulu, aku sungguh berani menghadapi dunia yang kejam. Memasang badan tangguh dan selalu siap dengan apa pun yang terjadi. Karena, aku tahu kamu akan selalu ada. Setelah kepergianmu, rasanya bernafas saja aku malas. Kepergianmu menghancurkanku. Aku mencintaimu terlalu dalam. Sialnya, luka ini menancap jauh lebih dalam.

Aku masih dapat mengingatmu jelas. Tatapan lembut dengan senyuman manis tergambar di wajahmu. Untuk sepasang kekasih, dulu kita terbilang jarang berdebat. Hubungan yang selalu diidamkan orang lain. Entah bagaimana, kita harus berpisah. Kamu tahu? Aku hancur. Ketidakmampuanku membuatmu bertahan menjadi tombak penyesalan yang selalu aku pikirkan. Apakah kau hancur seperti aku juga? Sepertinya, tidak ya? Tidak masalah jika memang seperti itu. Aku kepalang terbiasa dengan kekecewaan.

Aku bertahan sekuat yang aku mampu. Mencoba berdiri tegap di tengah hantaman ombak kehidupan. Dipaksa menelan kenyataan pahit yang selama ini tak pernah kubayangkan. Pada malam hari, luka ini semakin hebat. Ia mencengkram kuat seisi kepala, membuat kebisingan dalam pikiran. Aku benci malam! Gelapnya, menggambarkan wajahmu jelas. Apa lagi, ketika malam dipenuhi dengan bintang-bintang bersinar terang. Bagus! Malam merayakan dan berpesta riang di tengah kesedihanku. Bintang-bintang seperti mengejekku di tengah hening malam. Tanpa suara, mereka mengolok-olokku yang sedang terkapar hancur. Mereka tertawa, bersinar terang, menari-nari dalam langit gelap. Sebenarnya malam itu indah, namun bagiku tidak.

Melepasmu pergi tidak pernah mudah untukku. Entah, bagaimana denganmu? Jauh lebih mudah, bukan? Aku bisa melihatnya dari postingan yang kau unggah. Seakan-akan sedang menunjukan pada dunia bahwa kamu adalah manusia yang paling bahagia. Sepertinya benar. Semesta memang tidak menciptakanmu untukku. Aku harus bisa menerima itu. Menerima bahwa di setiap hariku sudah tidak ada kamu.

Setelah kepergianmu, aku bisa memahami beberapa hal. Bahwa, manusia akan tetap tinggal jika ia mau dan akan tetap pergi jika ia ingin. Kepergianmu juga mengajarkanku untuk lebih memahami diri sendiri. Banyak kekeliruan yang aku buat ketika mencintaimu. Aku terlalu mencintai kamu, sampai aku lupa untuk mencintai diriku sendiri. Setelah kepergianmu, setidaknya aku menemukan diriku. 

Stories about Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang