Chapter 5

336 45 3
                                    

Sekali menjadi dua kali dan dua kali menjadi tiga kali dan akhirnya kegiatan itu seperti menjadi kebiasaan. Tentu saja tak setiap hari. Plan sangat peduli dengan kondisi tubuh Mean yang sangat diperlukan di lapangan.

Tempatnya menjadi meluas. Yang tadinya hanya loker sekarang sudah sampai ke kelas dan ke perpustakaan juga. Plan selalu memperingatkan tentang kondisinya untuk pertandingan. Plan selalu khawatir. Ia selalu dibuat kewalahan di ranjang Mean tentu saja paham akan hal ini. Plan harus tahu bahwa bagi Mean, bercinta dengan Plan adalah vitamin dan penyemangatnya dan ia bisa buktikan itu setidaknya saat pertandingan Joss ia memberikan banyak gol dan membawa kemenangan untuk sekolahnya.

Sebelumnya sempat ada konflik dulu, antara Neena, Joss, dan Mean. Joss bicara dengan keduanya bahwa ia ingin Neena memilih sekali lagi. Jika Joss memenangkan pertandingan, ia ingin Neena kembali padanya, tapi jika Mean memenangkan pertandingan, ia ingin Neena tetap bersama dengan Mean apapun kondisinya.

Mean menolak. Ia tak mau melakukannya. Menang atau tidak, Neena tidak akan ada kaitannya. Mean memilih melepaskan Neena dan memberi Neena waktu untuk dirinya sendiri. Yacht juga ada di sana dan kali ini ia ikut bicara. Setidaknya, Yacht bilang bahwa dengan keplin-planan Neena ini, hubungan persahabatan di antara mereka akan benar-benar berakhir dan ia tak suka hal itu terjadi kepada mereka.

Neena mengiyakan. Ia setuju untuk mundur dan ia akui semuanya. Tentang perselingkuhannya dengan Mean dan dengan Joss juga dan itu semata karena tak bisa memilih dan memutuskan.

Setelah itu mereka konsentrasi bertanding dan sekolah Mean memenangkan kejuaraan. Ini belum selesai. Masih ada sekolah-sekolah lain yang menunggu untuk juga siap bertanding dengan mereka.

Pertandingan demi pertandingan mereka mainkan dan mereka harus puas dengan memenangkan juara kedua. Masih ada satu sekolah yang lebih kuat daripada mereka dan mereka bertekad akan mengalahkannya pada pertandingan antarwilayah, pertandingan final pada triwulan terakhir.

Tidak apa-apa. Mereka sudah bertekad dan sudah sangat bersyukur dengan kerja keras yang mereka lakukan dan mereka sudah berjanji bahwa mereka akan memenangkan pertandingan antarwilayah.

Semuanya pulang setelah briefing dengan pelatih. Perth membawa piala sebagai kapten kesebelasan dan menyerahkan kepada Plan untuk disimpan.   Plan juga membawa perlengkapan pertandingan dibantu Sammy dan beberapa orang lainnya.

Mereka kembali ke klub dan merapikan peralatan. Plan menyimpan tropi di lemari kemenangan sambil tersenyum. Ia selesai dengan semua hal dan bergegas keluar saat mendapati Mean tengah menunggunya dengan seragam sepak bola.

"Kupikir kau dengan Perth dan pelatih. Bukankah hari ini, manajer klub pro Ultimate Troop ingin berbicara dengan kalian," sahut Plan kaget. Ia menghampiri Mean.

"Iya, sudah," ujar Mean.

"O, sebentar!" Plan kaget.

"Aku menerimanya. Aku akan bergabung setelah beres sekolah dan masuk universitas yang menjadi base mereka," ujar Mean.

"Wah, cepat sekali!" Plan kaget.

"Aku menyukai gaya mereka. Aku sudah mengincarnya sejak dulu," ujar Mean.

"Baguslah kalau begitu," sahut Plan.

"Lantas kenapa kau tak pulang. Kau tak lelah sehabis bertanding?" tanya Plan heran.

"Aku belum dapat jatah kemenangan," sahut Mean sambil nyengir.

"Kau tak tahu malu!" sahut Plan sambil mengerling. Ia melanjutkan langkahnya menuju stasiun. Mean mengikutinya.

"Ke hotel dulu, na! Besok tidak latihan, bukan? Ayolah," sahut Mean. Plab hanya memukul perut Mean. Mereka berjalan menuju sebuah hotel dan memasukinya.

"Nnnnngh, mmmmmph, Meaan sudah, aduuuh, aaaah, aaah, nnnngh," desah Plan sambil sesekali meringis karena Mean menghantamkan naganya dengan kencang.

"Aku rindu. Lama sekali nagaku tak pulang," desah Mean sambik terus menggoyang. Ini sudah babak kedelapan, Mean tak juga lelah padahal Plan sudah terlihat kelelahan.

"Mean, besok lagi. Masih ada waktu," desah Plan lagi dan akhirnya Mean mengakhirinya setelah babak itu. Mereka berciuman dan tidur berpelukan.

"Kau keterlaluan," desah Plan sambil memeluk Mean dan memejamkan matanya.

Mean hanya tersenyum. Ia sangat bahagia. Hubungan mereka tak ada namanya. Mereka hanya punya ikatan di dalam hati mereka. Entah apa namanya. Yang jelas hanya keduanya yang bisa merasakannya.

Mereka sama-sama sendirian sekarang. Namun, tak ada dari keduanya yang mengusulkan untuk mengikat hubungan itu supaya lebih jelas dan mengumumkannya saja sekalian supaya orang tahu.

Mereka terlalu lelah dengan basa-basi macam itu. Dan mereka sendiri sudah saling memahami. Betapa banyak perempuan yang disandingkan dengan Mean setelah Mean lebih terkenal sebagai best scorer. Dream, reporter sekolah yang juga youtuber adalah salah satunya.

Mean pernah terlihat beberapa kali bersama. Namun, Plan tak cemburu. Ia tahu dan percaya Mean sudah tahu prioritasnya.  Biarkan saja orang mau bilang apa. Ada banyak perempuan yang numpang terkenal saat Mean berada di awang-awang.

Sudah biasa!

"Meaaan, masih pagi! Kau gilaaa!" Plan kaget saat ia membuka matanya dan Mean sudah memasukkan naganya ke dalam lubang.

"Tidak akan bergoyang. Ingin masuk saja. Hangat," desah Mean sambil memeluk Pkan dari belakang.

"Terserahlah! Aku masih mengantuk. Jangan ganggu!" bisik Plan sambil memejamkan lagi matanya.

"Iya, tidak akan," sahut Mean sambil tersenyum. Dan ia juga memejamkan matanya sambil memeluk Plan. Naganya juga di dalam lubang, bersemayam nyaman.

Bersambung

THE LOCKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang