eight

128 17 0
                                    

WILL'S POV

Satu bulan setelah aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit, aku menjalani hariku dengan pilu yang merobek dadaku. Aku tak bisa menerima kenyataan ini. Aku tak sanggup melepas Matt untuk selamanya. Bahkan aku tak sempat melihatnya untuk terakhir kalinya. Tatkala Zach menemaniku untuk melihat makam Matt, hidupku terasa hancur. Aku tak tahu harapan apalagi yang kumiliki di dunia ini.

Jiwaku terjerembab dalam jurang kesedihan yang begitu mendalam. Bagaimana aku bisa menjalani hidupku tanpa dirinya, belahan jiwaku. Begitu cepat ia meninggalkanku ketika kami baru saja memutuskan untuk hidup bersama, mengikat cinta kami yang begitu besar dalam ikatan suci. Sepuluh tahun mengenalnya bukanlah waktu yang cukup untukku. Aku ingin terus bersamanya hingga rambut kami memutih bersama.

Namun, kini pupus semua harapanku. Matt tak lagi ada di sisiku. Aku tak akan pernah melihat senyumnya lagi, sentuhannya yang membelaiku, dan suaranya yang menghibur laraku. Yang tersisa kini hanyalah sahabat terbaikku, sosok yang kujadikan keluargaku yang merawatku di saat-saat yang teramat sulit kulalui. Rasa duka itu terus menghantuiku. Hatiku sungguh terluka karena belahan jiwaku pergi meninggalkanku untuk selamanya.

"Will, kau belum tidur?" Zach menghampiriku yang berdiri dengan raut hampa memandang keluar jendela.

Hatiku benar-benar rapuh. Aku tak bisa membendung duka yang terus mendiami jiwaku. Nyaris setiap malam aku tak bisa tertidur meski aku lelah terus-menerus menangis. Tak lama Zach berdiri di hadapaku. Dia lantas merengkuh diriku ke dalam dekapannya. Tangisku pecah sembari memeluk erat tubuhnya. Zach membelai punggungku penuh perasaan seiring dengan isak tangisku.

Hari demi hari kulalui dengan derai air mata dan kerinduanku pada Matt. Ini semua sangat sulit kuterima. Aku nyaris gila. Bahkan aku seringkali menelpon dan mengirim pesan ke nomor ponsel Matt yang tak lagi aktif. Kesedihan itu terus menerpaku dan membuatku berkeinginan menyusul Matt di sana. Aku tak sanggup lagi membendung piluku atas kepergian seseorang yang amat kucintai.

Hingga akhirnya aku pun memutuskan untuk menyusul Matt. Aku pergi dari apartemen tempatku tinggal bersama Zach menuju ke sebuah jembatan di pinggir kota. Kuminta supir taksi yang kutumpangi menurunkanku di sebuah jembatan. Kemudian aku berdiri di tepian jembatan tersebut. Kulihat arus sungai yang deras di bawah kakiku yang sama sekali tak membuatku takut. Keinginanku hanyalah bertemu kembali dengan Matt, belahan jiwaku.

Aku membentangkan lebar kedua tanganku dan bersiap untuk melompat ke bawah sana.

"Ini semua akan berakhir. Aku akan datang menemuimu ... Matt ...." ujarku terakhir kalinya, sebelum akhirnya aku menghempaskan tubuhku ke sungai itu.

" ujarku terakhir kalinya, sebelum akhirnya aku menghempaskan tubuhku ke sungai itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BetrayalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang