Kayla tidak pernah menyangka bahwa kejadian memalukan di basement kala itu akan menjadi kisah awal pertemuannya dengan seorang pebisnis dari keluarga terpandang, Amir Malik Elfathan. Disaat rasa tertarik mulai tumbuh karena pertemuan yang berulang k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pertemuan itu seperti burung-burung yang menghinggapi pepohonan, datang tak terduga namun juga akan pergi tanpa pamit. Pertanyaannya akankah dia kembali tuk menciptakan sejarah baru atau justru menghilang dengan menyisakan jejak.
***
Suara jarum jam berbunyi berbarengan dengan suara getaran ponsel di atas nakas di antara dinginnya cuaca subuh. Aku menggeliat pelan, menarik selimut semakin erat dan membiarkan getaran itu terus mengisi ruangan kamar ini. Lantaran ketenangan subuh di bulan mulia ini, benar-benar ingin kunikmati lebih lama dengan lelapnya tidur. Terutama ketika lantunan ayat-ayat suci disuarakan merdu dari berbagai masjid di sekitar komplek perumahan.
Setiap hari, tepatnya kala subuh, sosok yang terpaut jarak denganku itu tiada lelah mengirimkan pesan bertubi-tubi tanpa jeda.
Di menit pertama aku masih diam saja, namun pada menit kedua aku sontak bangkit sembari mendengus kesal, "Bang Rafa!"
Aku lantas mengambil benda pipih di atas nakas dengan pergerakan cepat. Kubuka room chat darinya sebelum bersiap mengirimkan pesan suara.
From: makhluk jahil.
Subuh Subuh Subuh Subuh woi! Habis sahur, jangan tidur! Jika kamu manusia maka bangunlah, jika tidak maka tetap bangunlah🗿 Bangunlah si manusia hobi tidur! Subuh Subuh Subuh Subuh Subuh Subuh Jangan tidur sampai adzan maghrib hahaha
Aku memencet tombol voice note detik ini juga, "Orangnya lagi tidur! Katanya lagi mimpi nabokin pantat Bang Rafa!"
***
Langkahku berjalan cepat menyusuri basement dengan tangan kanan membawa satu kantong belanja berwarna putih. Jilbab biru tua yang kukenakan serasa beterbangan saat ayunan kaki ini tergesa-gesa. Banyaknya mobil-mobil yang berjejeran membuatku sulit menyapa situasi. Rasa kesal terus mendominasi perasaanku.
Sungguh, rasanya aku ingin melayang cepat hingga memasuki mobil berwarna hitam di sana, meminta maaf pada lelaki paruh baya yang mungkin sekarang duduk di belakang stir dengan bosannya, sebab menungguku terlalu lama.
Secepat mungkin aku langsung menarik pintu mobil, duduk dengan posisi kesal sembari menarik sabuk pengaman.
"Nyebelin banget huh!" gerutuku setelah meletakkan kantong belanja.
Aku mencari struk pembayaran di dalam dompet, "Kan tadi aku beli scrub badan, nah terus pas di kasirnya aku diketawain banyak orang gara-gara ngambil barang yang tester, mana mbak-mbaknya cekikikan lagi! Malu banget sumpah!"
"Aku pengen ilang rasanyaaa!" Aku kesal sendiri saat struk pembayarannya tidak ada, "Mana sih struk pembayarannya?!"