PROLOG

171K 6.7K 510
                                        

Diajarkan melangkah, meski tertatih-tatih dan berujung jatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Diajarkan melangkah, meski tertatih-tatih dan berujung jatuh. Dilatih menapaki tangga meski berulang kali terhenti lelah.

Terkadang hanya bisa terdiam memandangi luasnya lautan.

Terkadang tetap berjuang hanya untuk menghadirkan sebuah senyuman.

Bahkan... Terkadang pula hanya bisa menangis di balik ceruk.

Ribuan, milyaran, triliunan kisah menjadi ragamnya kehidupan.

Tangis, tawa, layaknya warna yang berpadu dalam rasa.

Ada yang mengangkat tangan tinggi-tinggi seraya menjerit tak sanggup, ada yang menyembunyikan kepedihan sekuat mungkin sembari mengulas senyum.

Karena hanya diperuntukkan dua pilihan, bertahan atau menyerah?

Atau lebih tepatnya, mampukah berdiri di atas ubin keikhlasan?

***

Sayup-sayup ruangan dingin menyergapi suasana sore diiringi dengan hembusan angin yang masuk dalam sela-sela kaca. Langkah kaki pelariannya seakan bergema menuju tempat kesukaannya, membuka jendela membiarkan buliran air berkumpul menyentuh kulit putihnya, mencoba menyibakkan rambut coklatnya yang sempat menutupi rona wajah bahagianya, menengadahkan kedua tangan membiarkan tetesan air jatuh menempel ke permukaan tangan, menatapnya dengan senyuman indah dan akan selalu seperti itu.

Baginya merasakan sentuhan ribuan air yang turun dari gumpalan awan hitam adalah karunia. Melihat rintikan air yang terasa sejuk di mata adalah anugerah yang tak bisa dijabarkan.

Banyak orang mengatakan bahwa hujan menggambarkan kesedihan, berkali-kali jatuh ke bumi lalu dengan cepat meresap pada tanah kemudian hilang meninggalkan jejak.

Tetapi, tidak untuk gadis bermata bulat yang berada di depan jendela itu, dia mengartikan tetesan air yang turun adalah simbol dari makna kehidupan. Tercipta dari awal yang sama namun terjatuh pada permukaan yang berbeda-beda.

Bukankah seperti itulah hidup? Iya, hidup manusia.

Tercipta dari tanah, terlahir dari rahim dan hadir dalam dunia yang sama, tetapi terjatuh pada takdir yang berbeda-beda. Hanya saja, mereka mampu memilih menjalaninya dengan bagaimana.

Melangkah atau justru—

Berhenti?

Dan mungkin, satu yang perlu ditekankan. Garis kebahagiaan hanya akan dijatuhkan sesuai kelayakannya.

•••

Hallo semuanyaaaa, selamat menikmati cerita yang akan aku bawa.

Kalian menemukan cerita ini dari mana? Jalur mandiri atau Tiktok? 

Atau dari IG?

Atau dari rekomendasi teman?

Sampai jumpa pada part-part berikutnya, sampai pertengahan, hingga di penghujung cerita.

Instagram aku : @karyanadia_

Mutiara Dalam CangkangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang