Part 28

30.1K 2.9K 1K
                                    

"Maksudnya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maksudnya?"

Dahinya berkerut, segerombolan pertanyaan terbesit memenuhi benaknya. Rasa sakit saat mendengar fakta kehilangan sang bayi kini berganti dengan ketakutan dari perkataan yang dilontarkan perawat di hadapannya. Sorotan matanya melesat perlahan kearah ibunya yang terdiam membisu. 

Tangannya bergerak memegang tangan Faizah, "Umi," panggilnya dengan tatapan yang masih sama, "Katakan apa yang sebenarnya terjadi?"

Merasa tidak ada jawaban, pandangan Kayla beralih lagi pada Hana, "Kak Hana, aku mohon jawab dengan jujur. Apa yang sebenarnya terjadi?" Suara Kayla bergetar.

Juga tak lantas menjawab Hana justru menundukkan wajah, tak sanggup mengatakan fakta yang sebenarnya pada Kayla. Perawat itu sontak ketakutan, mulai paham bahwa keluarga Kayla telah merahasiakan fakta menyakitkan itu. 

"Umi jawab!" Kayla menatap wajah Faizah dengan mata berkaca-kaca, "Kayla mau tahu apa yang sebenarnya terjadi. Umi, jawab pertanyaan Kayla!"

"Umi jawab!" pintanya terus. 

"Dokter ...." Faizah akhirnya bersuara. 

Ucapannya ia hentikan sejenak karena tak sanggup, "Benturan keras itu membuat rahim kamu luka dan ...." 

Jantung Kayla melonjak begitu tinggi mendengarnya, detakan abnormal bergema kencang di dalam tubuhnya. 

"Kamu akan sulit hamil lagi."

Jiwanya meledak dahsyat bersamaan dengan sendu matanya. Dia seperti berada di jurang penderitaan terdalam, gelap, dan mati. Pandangannya mulai kabur oleh banyaknya air di pupil mata, menetes sederas mungkin meluapkan kehancuran yang jauh lebih pedih dari sebelumnya. 

"Enggak! Nggak mungkin!" Tangisnya pecah sembari menggelengkan kepala. Tangannya meremas kuat-kuat bed dengan perasaan hancur lebur, "Kenapa masih belum cukup ujiannya?! Kenapa harus ada lagi dan semenyakitkan ini?! Sakit ya Allah!"

Faizah langsung menangkup wajah sang putri meski air matanya juga mengalir deras, "Kamu harus yakin itu salah, Nak! Apa yang divonis belum tentu benar!"

Hana menelungkupkan kedua tangan di wajah dan menangis tergugu, tidak bisa berbuat apa-apa untuk wanita malang itu. Sementara perawat itu berdiri mematung, menyesali kesalahannya tadi. 

Tiba-tiba Kayla bangkit dari pembaringan, memaksa berdiri di saat kondisinya masih sangatah lemah. Wanita itu membiarkan emosi menguasainya, membiarkan putus asa memenangkan takdir hidupnya. 

"Kayla!" Faizah berteriak memegangi tubuh putrinya yang nekad menuruni bed

"Kayla! Kamu masih lemah!" Hana pun tak kalah terkejutnya, ikut mencegah wanita yang tetap bersikukuh untuk berdiri, "Jangan gini!"

Mutiara Dalam CangkangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang