PROLOG

85 14 5
                                    

Langkahku semakin cepat menyusuri koridor yang tampak ramai dengan siswa yang terlambat , seperti dugaanku hari ini banyak yang sengaja meninggalkan upacara karena tidak siap untuk berpanas-panasan ria. Untukku yang sudah duduk di kelas 12 hal ini kesalahan yang sangat Fatal. Jantungku berdetak begitu cepat sehingga sirkulasi udara dalam tubuhku terhambat saat, bersamaan pagi ini gue ketiban sial.

"Sorry, sorry gue buru-buru" kataku sambil membenahi buku-buku yang berserakan dimana-mana.

Lelaki itu mengenakan sepatu berwarna putih "anak baru sepertinya" pikirku karena,  SMA PELITA BANGSA tidak akan meloloskan siswa yang menggunakan sepatu berwarna putih. Tak sempat kudengar apa yang di katakannya langkah kakiku meninggalkan tubuhnya yang mematung.

"Leyaaaaaaaa, kau terlambat lagi?" kata Bu Priska guru Kimia yang sangat mengetahui kebiasaan burukku.

"Maaf , ban sepeda saya bocor" Kataku dengan sedikit membungkukkan badan

"Banyak betul alasan kau ini" dengan nada khas Bataknya, sudah kuduga hari ini telingaku akan di banjiri dengan celotehannya" sekarang kamu rangkum pelajaran ibu dari Bab 1 sampai Bab 6 " lanjutnya dengan gaya seperti pattimura memegang rotan di tangan.

"Tapi bu?" kataku yang sedikit keberatan

"Nggak usah tapi-tapian." Katanya yang sudah menyatakan Hal paling menyusahkan seumur hidup gue. Dengan langkah berat dan lemas gue memilih duduk di samping gadis yang sedari tadi sudah memberikan isyarat untuk tidak masuk kelas saja hari ini.

"apa gue bilang, mending lo nggak usah masuk tadi " teriak Rhea

"rhea ada apa?" Bu priska menyadari celotehan rhea padaku

"nggak kok bu" kata rhea sinis

Rhea Rinata gadis yang bertubuh kurus dan kecil yang selalu membuat pria mati kiri terhadapnya. bagaimana tidak tubuhnya yang langsing, rambut hitamnya yang terurai indah, bulu mata yang lentik dan alis yang begitu rapi membuatnya jadi cewek nomor satu dan anak tunggal pemilik yayasan sekolah ini. belum lagi, barang ,barang miliknya selalu menjadi incaran para sosialita di sekolah ini. Rhea anak tunggal dari pemilik perusahaan terbesar di ibu kota indonesia ini tapi, sayangnya sejak duduk di bangku SMP rhea tidak bergaul bisa dibilang Reha termasuk anak kuper. Dia satu-satunya manusia yang paling mengerti semua hal tentang kehidupanku. gue yang notabenenya hanya gadis culun yang memberikan pelajaran private kepada anak-anak SD atau SMP TIDAK PUNYA WAKTU BANYAK untuk hang out bersamanya saat weekend.

Jam sudah menunjukkan pukul 10:15 wib Sepertinya tiga detik lagi kita akan istirahat.

Lonceng berbunyi siswapun bersorak tanda kejenuhan telah usai di kelas "alhamdulillah bisa tidur" gumamku

"leyaaa kekantin aja yuk gue lapar nih" pintahnya dengan manis

"rhea gue butuh istirahat 10 menit aja yaa" kataku dengan selonjoran di meja

"tunggu-tunggu coba lihat mata lo" rhea mengangkat wajahku "astaga ini sih mata lo merah " kata rhea dengan kesal

"kurang tidur aja" jawabku singkat

"yaudah besok-besok lo nggak usah begadang lagi, sekarang tunggu disini gue beli roti lapis sama susu buat lo"

Mataku hanya bisa tertutup sampai mimpi indah datang menghampiriku

"leya, bangun kepala sekolah cariin km" kata pemilik suara yang selalu buat hati gue gugup. Perlahan mataku terbuka dan menatap dia yang masih berdiri di hadapanku "Oke" kataku yang masih menetapnya dengan perasaan yang tidak karuan.

Elang dwitama raharja Ketua osis yang di segani oleh siswa SMA PELITA BANGSA menjadikan Elang incaran wanita di sekolah ini. Parasnya selalu membuat wanita salah tingkah saat menatapnya. Namun, tidak buatku Jabatan Sekretaris yang kugapai dengan susah payah selalu bisa dekat dengannya.  

Menuju ruangan Kepala Sekolah membuat perasaanku menjadi kacau  "apa ini karena uang SPP yang sudah empat bulan menunggak" pikirku dalam hati. "Assalamualaikum pak" sapaku, Ketika kepala sekolah mengizinkanku membuka pintu. 

"Waalaikumsalam silahkan duduk leya" gue mengikuti arahan pak Ferdi, sosok kepala sekolah yang menurutku sangat bijaksana setiap menyikapi siswanya.

"Bapak panggil kamu kesini karena ada hal penting yang ingin bapak bicarakan"

"kalau boleh tau apa yaa itu pak?" tanyaku dengan rasa deg-degan

"Leya tahun depan kita menghadapi Ujian Nasional mungkin waktu itu tidak cukup buat Kevin mengejar mata pelajaran yang sudah ketinggalan banyak, apa bisa kamu membantu kevin memberikan jam tambahan buat mata pelajaran Ujian nasional nanti?" kata pak ferdi yang sedikit menekan perkataannya

"gimana yaa pak?" sambil menoleh ke arah anak baru yang mungkin dia yang kutabrak tadi.

"nanti uang SPP kamu yayasan yang membayarkannya, kemarin bapak sudah bicarakan sama ketua yayasan sampai kelulusan kamu di bebaskan untuk biaya uang SPP" kata pak ferdi

"Alhamdulillah beneran pak?" rasa kantukku hilang seketika mendengar perkataan pak ferdi, kurasa Dewi fortuna berpihak padaku. Sedikit bebanku yang membuat harus banting tulang bisa hilang satu-persatu.

"iya beneran tapi tolong bapak buat bantu kevin." Pak ferdi menatapku sungguh-sungguh

"siap laksanakan pak" kataku

Kami berdua meninggalkan ruang kepala sekolah tapi, tetap saja pikiranku belum tenang. Bagaimana caranya hari senin-jumat harus ngajar meskipun hanya beberapa minggu lagi tapi tetap gue tidak bisa meninggalkan murid kesayanganku, sabtu harus bantuin rhea di butik miliknya . Terus kapan waktu buat ini anak ??? sedangkan minggu gue harus istirahat , oh my god apa gue belah diri aja yaa? Pikirku dalam hati.

"Eh tunggu" tanganku di tarik olehnya

"apaan lagi?" kataku sinis

"bentar-bentar kita belum kenalan" katanya dengan senyum cengengesan

"tadikan udah" kataku menatapnya dengan begitu tajam

"kapan?" tanyanya seolah pikirannya sudah pikun

"nama gue Catleya bisa dipanggil leya" dengan perasaan dongkol gue pergi meninggalkan anak itu.

Sedikit demi sedikit kuhembuskan rasa penat yang ada di hatiku,

" dari mana lo?" tanya rhea kesal

"dari ruangan kepala sekolah" jawabku dengan melirik kantongan roti lapis favoriteku, gue tarik kantongan yang berisi roti . Banyak siswa yang yang berhamburan masuk kedalam kelas, belum habis rotiku dimulut kupaksakan menelan dengan air susu dari Rhea.

"harap tenang anak-anak" perintah pak Ferdi

Terdengar jelas di kupingku semua siswa dalam kelas ini  yang lebih di dominasi para wanita  lagi sibuk mencari tau siapa laki-laki yang berdiri bersama pak ferdi, tapi. Buatku itu sudah tidak penting. Dia laki-laki yang akan membuat darahku semakin mendidih.

"namanya Kevin" bisikku

"apa namanya siapa? Kok lo kenal?" Tanya rhea

Pak Ferdi dan Kevin sibuk berbasa-basi di depan kelas. Kuurungkan niatku untuk membalas senyuman dan tatapan Kevin. Lebih malasnya lagi dia duduk tepat di samping elang yang berarti dibelakang gue.

Terimakasih yaa sudah baca Tulisan pertama Author, harap maklum kalo ada typo atau kalimat yang tidak jelas. Kalian bisa langsung comment saja kalo ada yang salah penulisan. Aku harap kalian setia dengan THE LAST TIME 😊. JANGAN LUPA FOLLOW YAA...

THE LAST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang