DANNY Mr. Posesif

20 6 2
                                    


Bus sekolah akhirnya berangkat juga setelah menunggu beberapa jam dan kubiarkan diriku menyingkir dari suara kebisingan pengurus osis. Betapa indahnya rumput hijau bermain di pelupuk mataku sejenak, kenangan Bersama mama terlintas di ingatanku " maaf,aku kangen" lirihku. Mengingat sudah beberapa bulan ini mama menolak bertemu denganku. Suara ponselku membuyarkan khayalanku

"Halo iya kak"
"kalian sudah sampai ?" Ucapnya di seberang sana
"belum tuan posesif" ledekku
"yaudah hubungin kakak kalo sudah sampai, Rhea nggak angkat tlp kakak" Ucap kak Danny
"Iyad eh bawel"

Akhirnya kita sampai di tempat tracking masuk ke dalam kaki gunung
"lang, ini serius kita tracking ? katanya puncak?" protes salah satu peserta camp
"iya emang kenapa ? deket kok dari sini" kata elang yang berusaha menenangkan para peserta camp.

Gue mencoba membantu elang "kita coba sama sama yaa pasti bisa kok, camp ini terakhir untuk Angkatan kita sebelum ujian nasional" Elang punya cara sendiri untuk Angkatan kita mengenang masa-masa sekolah sebelum melangkah ke dunia perkuliahan.
"thanks yaa" bisik elang
"gue sadar kehadiranku nggak nyata kalo Cindy ada disamping lo" jawabku dan berlalu pergi menyusuri hutan-hutan Bersama Rhea dan Kevin " tungguin gueeee dong" teriakku

"Kev, lo kok pucat sih ?" tanya Rhea
Gue melihat wajah Kevin pucat dan bibirnya sudah putih membiru "lo sakit ?" tanyaku dengan sedikit khawatir "nggak" jawabnya. Nggak puas dengan jawaban Kevin gue bertanya lagi "apanya yang nggak masalah, lo kenapa kev ? kalo lo sakit kita istirahat"

Nggak kusangka respons Kevin "lo kenapa sih cerewet banget gue nggak kenapa-napa" teriak Kevin.
Dia membentakku sampai semua peserta diam melihat kita bertiga. Rhea hanya diam mematung di samping gue.  "sorry" gue berjalan sendiri menelusuri hutan, mencari petunjuk jalan tanpa bantuan siapapun.

Langit sudah gelap, udara mencekam tubuhku rasanya sangat dingin seperti masuk kedalam bongkahan es. Gue mengambil hp berniat untuk menghubungi Rhea karena sepertinya gue kesasar. tetapi ponselku low battery "apesss dah" gumamku

Gue berjalan terus sampai mendengar orang-orang memanggil namaku
"ehhhh gue diii" kakiku menginjak batu sampai gue terperangkap jatuh ke tebing, nggak bisa lagi suaraku kelaur memanggil mereka. Gue memegang jidat yang ternyata sudahbercucuran darah perlahan penglihatanku gelap. Telingaku hanya bisa mendengar suara Rhea menangis dan suara teriakan Elang yang sangat panik.

"woiiiii minggir"
"Leya bangun, Leya lo kenapa ?" Rhea terus menangis

Ingin kujawab tetapi mataku sangat berat. Hinggak kurasa kepalaku terbaring di Pundak seseorang yang ntah siapa gue merasa tubuhnya sangat asing. Ketika gue sadar, kak Danny sudah ada disampingku dengan perlengkapan dokternya. Kulihat di tangannya sedang meegang gunting bedah.

"kak Danny" gue mencoba untuk bangun
"nggak usah bangun" kata kak Danny sinis
"Rhea yaa kak, yang ngehubungin kakak?" tanyaku
"nggak"
"maaf kak" kataku dengan terbata-bata
"kan kakak sudah bilang sama Rhea, kalian nggak usah ikut acara seperti ini. nggak ada yang menjamin keselamatan " belum selesai kak Danny ngomong, Rhea masuk ke dalam "Leya maafin gue, maaf gue nggak ikutin lo tadi" Ucapnya rasa bersalah
'iya iya udah lo nggak usah nangis, gue udah enakan kok ini" kataku"pokoknya kamu nggak usah ada aktivitas apapun 2x24 jam" perintah kak Danny "yaa kak malam ini ada acara lepas sambut untuk kepengurusan aku" kataku bete

Kak Danny nggak menjawab tetapi matanya dengan tegas membuatku Kembali baring.
Saat itu kak Danny nggak sedikitpun berpaling dari tendaku. Risih kalo sudah menghadapi cowok posesif seperti ini. " kak Danny kenapa nggak ngajak pacarnya kesini?" tanyaku

"hmm" kak Danny sibuk dengan laptopnya.
"kak jawab aja kenapa sih? Aku bosan tau di sini terus"
"kakak nggak akan nyari pacar lagi sampai kalian bisa jaga diri baik-baik"
"kak Danny itu sayangnya sama lo Leya" Rhea masuk kedalam pembicaraan gue sama kak

THE LAST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang