KENYATAAN

11 2 0
                                    

Jemariku menyusuri tembok Villa kevin sampai masuk ke dalam ruang tamu tempat kami terakhir menunggu terbayang, mereka masih ada di sini tertawa terbahak-bahak Namun kenyataannya di sini hanya kami berempat Kevin,Bianca,Rhea dan gue. memang terdengar sangat naif hadir di sini untuk mempersatukan Rhea dan Kevin.

"Makan yuk" Ajakku pada Rhea yang masih sibuk di depan Macbooknya

"Duluan aja " Ucapnya

"Yaa sekarang aja" Ajakku lagi 

"kok lo sekarang bawel sih" Ucapnya sinis

"Yaa udah kalo nggak mau" Ucapku dan berlalu pergi ke dapur sendirian mencari apapun yang bisa kulahap. Meskipun yang kutemukan hanya buah dan sereal ini sudah sangat mengenyangkan pikirku.

"Kamu lapar yaa?" Tanya kevin yang muncul dari belakangku

"banget vin nggak tau perut aku rasanya kosong banget"

"Kamu mau aku masakin ?"

"Kamu bisa masak?" Tanyaku balik

"Bisa lah aku buatin nasi goreng saja yaa soalnya bahan makanan sepertinya sudah habis"

"ok ok aku tunggu di sini yaa"  melihat tangannya yang lihai mengiris bawang dengan cepat ternyata, dia bisa masak semoga saja masakannya tidak membuat perutku mules. Tidak cukup 20 menit nasi gorengala Kevin sudah tersaji kan di depanku

"Makan yang banyak yaa"

"Semoga ini tidak membuat perutku mules yaa" Satu demi satu sendokan nasi goreng Kevin masuk ke dalam mulutku dengan lahap tidak terasa priing yang tadinya berisi nasi goreng dan telur mata sapi sudah kosong. Kulihat Kevin menatapku dengan senyum-senyum jadinya gue malu di pikirannya gue pasti rakus

"Maaf yaa habisnya beneran enak" Ucapku

"Nggak apa-apa yang penting kamu kenyang" Ucapnya

Mungkin Rasa nyaman ini yang membuat Rhea berat melupakan Kevin. Dia memang sosok Pria yang kelihatan dari luarnya brengsek namun, di dalamnya super baik,dewasa,perhatian dan sangat penyayang sama lingkunganya terlihat bagaimana dia bersikap pada Tante Nala, Bianca, aku dan Rhea wanita yang belum bisa masuk ke dunia Kevin.

"Makasih yaa sudah baik sama gue" Ucapku

"Manusia pada dasarnya itu baik tapi mungkin Ego yang membuat mereka terlihat jahat" Ucapnya membuatku tercengang

"Heee...iya benear tuh"

"Leya pesanku Cuma satu jangan cepat terbawa suasana yaa kamu nikmatin saja dulu setiap moment kita" Saling bertatapan hingga tubuhku di Tarik masuk dalam rangkulannya

"Apaan sih nanti Rhea lihat salah paham lagi kevin" Ucapku

"Nggak usah pikir perasaaan orang lain kalau kamu sendiri suka" Mungkin wajahku sekarang memerah lagi seperti tomat

"Nggak siapa bilang gue suka ?"

"Gue buktinya sekarang kamu meluk aku" Ucapnya dan membuatku sadar tanganku melingkar di tubuhnya segera cepat kulepas sebelum Rhea salah paham.

"Gue gue mau ke kamar dulu"

RHEA POV

"Masuk SMA dulu kok nggak seribet ini yaa" ucapku kesal

Melihat gelas minumku sudah kosong gue dengan cepat menuju ke dapur sebelum tubuhku dehidrasi. Kudengar suara orang yang kukenal membuatku penasaran dan mengintip dari balik tembok apa yang mereka lakukan. Awalnya tidka ada rasa curiga apapun sampai gue melihat Kevin menarik tubuh Leya dalam pelukannya rasanya tambah hancur karena Leya sudah memperingati Kevin untuk tidak melakukan ini namun, Kevin tidak memperdulikan perasaanku saat ini. Air mataku jatuh seiring Langkah kakiku yang begitu cepat kearah kamar. Segera kuberkaskan baju-bajuku ke dalam koper sampai kehadiran seseorang membuatku kaget.

"Lo mau kemana?"

"Mau pulang kayaknya percuma gue ke sini" Ucapku

"Hei tenang dulu"

"Bian gue udah cukup tenang melihat Kevin dan Leya yang keseringan berduaan dan sekarang gue lihat dia berpelukan terus di sini gue ada untuk apa ? untuk nontonin film yang berulang ?"

"Leya duduk dulu" Bianca menarik nafas dalam-dalam "Sekarang lo minum" Bianca memberikan segelas air putih yang di pegangnya tadi.

"Lo tau Leya sakit ?" Tanya Bianca

"Iya tau"

"Lo tau dia sakit apa?"

"Nggak" Ucapku menggelengkan kepala

"Dia Kanker sudah stadium lanjut sebenarnya ini rahasia yang nggak boleh gue ucapin ke siapa pu tapi semua orang sudah tau terlebih nyokapnya Kevin yang ternyata Menangani Ibunya Leya"

"Nggak mungkin bian dia hanya sakit biasa kan?"

"dia sudah tau semenjak ibunya kritis setahun lalu dan membutuhkan pencekokan tulang sumsum belakang. Leya dating ke salah sau rumah sakit memeriksa kesehatannya dan ternyata saat itu dia sudah masuk stadium satu"

Rasanya dunia ku runtuh benar-benar runtuh mengingat hari demi hari yang kuhabiskan bersamanya. Susah senang kita tidak pernah terpisah bahkan orang tuaku sudah menganggapnya seperti putrinya sendiri dan sekarang gue yang harus melakukan semua hal bersamanya harus menerima kenyataan pahit.

"Lo nggak perlu nangis yang dia perlu sekarang dukungan orang-orang sekitarnya" Ucap Bianca

"Bian dia bisa sembuh kan ?" Tanyaku

"Susah Rhea kita sama-sama berdoa saja yaa dan terus usaha yang terbaik untuk dia"

Kedua tanganku mendekap mulutku yang tidak percaya ucapan Bianca. Emosi yang kubendung tadi berubah menjadi rasa takut kehilangan sahabat yang selalu hadir di kehidupanku. Orang yang pertama kali berteman denganku dengan sangat tulus. Ingatanku berhenti saat Gue ulang taun ke 17 tahun mama dan papa tidak hadir dan ternyata Leya berusaha biar gue bisa merayakan Bersama mereka dia, menghubungi mereka dan memohon untuk menerika video call malalui zoom di acara ulang tahunku meskipun tetap rasanya beda tapi, mama dan papa menemaniku sampai tiup lilin.

LEYA POV

"Rhea lo kenapa ?" Tanya Leya yang masuk ke dalam kamarku dan baru kuperhatikan baik-baik wajahnya yang dulu cantik berubah menjadi pucat, mata yang sayu, dan tubuhnya yang mengurus

"Maafin gue leya mafin gue" Ucapku

"Maaf kenapa ?" kupeluk tubuhnya Rhea yang begetar "Lo nggak punya salah"

"Lo jangan tinggalin gue yaa" Ucapnya

Gue melihat kea rah Bianca yang juga murung dan tidak berani menatapku. Kecurigaanku mengarah kepadanya yang sudah bercerita tentang diriku yang sekarang. Kulihat Kevin yang baru masuk ke dalam kamar juga sama kagetnya sepertiku

"Ini kenapa pad nangis ?"

"Ini Rhea takut gue tinggalin padahal tadi kita Cuman pergi ke dapur sebentar saja" Kukedipkan mata pada Kevin semoga dia mengerti.

********

Setelah makan malam selesai dengan masakan seadanya dari Kevin kurasakan mual yang begitu hebat namun. Kutahan dan segera lari ke toilet biar mereka tidak panik melihatku di dalam toilet semua makanan yang gue maka tadi dengan nikmat keluar tanpa henti tubuhku bersandar pada dinding kamar mandi.

"Leya kamu nggak apa-apa?" Tanya Kevin

"Nggak kok cuman mual saja" Ucapku

Kevin langsung menggedongku masuk ke dalam satu ruangan yang terlihat banyak peralatan Kesehatan mugnkin, ini ruangan Tante Nala dia sibuk mondar mandir dengan ponsel di telinganya yang beberapa kali membuatnya berdecak kesal.

"Gue nggak apa-apa" Ucapku

"Nggak apa-apa gimana kamu pucat badanmu demam lagi Leya"

"Ini Cuma butuh istirahat Vin percaya deh" Ucapku

"Yaaudah kita di sini saja dulu sampai mama atau papamu sudah ada yang bisa di hubungi" Kevin duduk di sampingku dan menyandarkan kepalaku di bahunya.

"Kamu tidur yaa" Menggenggam tanganku membuat kita berdua terlihat layaknya pasangan

"Aku masih butuh kamu dalam hidupku Leya kita harus sama-sama kuat yaa" Ucapnya

Setelah mendengar itu perasaaanku semakin aneh bahkan perasaan ini tidak pernah hadir saat dengan Elang ataupun Danny.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE LAST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang