Aku sudah pernah merasakan banyak kehilangan,
Tapi kehilangan diriku sendirilah yang paling menyakitkan,
itu akan selalu menjadi penyesalan,
Dan tak kan pernah kulakukan lagi setelah lama kutinggalkan.-Adara Prisilya Dinata
____________________Rian berdiri dan kembali menendang Arkan, perkelahian itu terus berlanjut. Barka yang berniat memisahkan mengurungkan niatnya saat tangan Dara menarik bajunya.
Sembari mencengkram erat Baju Barka dan memegang kepalanya yang pusing, ia berusaha mengeluarkan suara, sebelum ia benar-benar tak bisa lagi menopang berat badannya kemudian terjatuh lemas dengan mata perlahan tertutup
"KAK DARAAAA!!"
BRUKH!!
Perkelahian Arkan dan Rian terhenti, semua kehebohan dari pasang mata yang ada disana mendadak sunyi. Dari arah kejauhan siswi berambut sebahu berlari. Barka berbalik secepat kilat dan hendak menggendong Dara, namun belum sempat tangannya menyentuh Dara, Arkan menggendong Dara lebih cepat dari yang dikiranya.
Mengabaikan sudut bibirnya yang terluka, juga pelipisnya yang membiru, Arkan berlari menggendong Dara ala bridal style membuat hampir semua siswi yang melihatnya memekik tertahan melihat itu.
Cewek berambut sebahu yang tadi berlari itu menghentikan langkahnya perlahan disamping Barka yang kini menatap lurus Dara yang kini berada di gendongan Arkan. Menggelengkan kepala berusaha menghilangkan pikiran negatifnya, ia hendak melangkahkan kakinya menyusul Arkan namun ia urungkan saat pandangannya jatuh pada gerombolan beberapa siswa yang kini berlari mengikuti Arkan dari belakang.
Cewek berambut sebahu yang tiada lain adalah Disa mengernyitkan dahinya bingung. "Bukannya
mereka...."**
Sayup-sayup udara yang sejuk berembusan menyusuri setiap inchi kulitnya hinga ke poro-pori. Kelopak mata yang dihiasi bulu mata lentik itu perlahan bergerak, berakhir terbuka perlahan-demi perlahan. Mengerjapkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan intesintas cahaya yang masuk ke retina matanya, Dara malah melihat Disa duduk di samping brankarnya.
"Sibuk ngapain aja sih lo kak ampe gak makan?! Kalau mau mati jangan nyusahin orang dong kaka!!!"
Disa ngegasnya gak inget nginjak Rem, bikin Dara yang denger kata per kata itu tersenyum menyembunyikan wajah pucatnya.
"Sialan.." ujar Dara lemah.
"Mampus! Ngomong aja gak bisa! Sekalian bisu, tuli, buta, lumpuh, em... bentar... apalagi ya?"
Disa segera mengambil ponselnya lalu mengetikan sesuatu di kolom search-nya nenek google
"Gak nemu..apalagi ya, kak?" Tanya Disa yang bener-bener bikin Dara pengen nyemplungin tuh bocah ke got.
"Air.."
"Emm air ya??" Disa tetap fokus pada ponselnya.
"Disa, gue haus.."
Disa masih tetap fokus pada ponselnya.
"Adek Laknat!! Gue haus!!"
"Astajim!" Disa mengelus dadanya. "Mbak lampir mana yang masuk ke tubuh lo, kak? Galak amat!"
"Disa. Air."
Mendengar nada tegas Dara, Disa segera meletakan ponselnya di atas nakas samping brankar Dara dengan tergesa-gesa. Demi apapun, Dara kalau sudah kesal, ganasnya minta ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMERALDO
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVAT ACAK, JADI FOLLOW SEBELUM BACA] "Jangan pakai-pakaian kayak gini lagi Dar." "Lepasin tangan gue!" Ujar Dara tak menghiraukan perkataan Arkan tadi. "Gue gak suka milik gue di bagi-bagi, apalagi disentuh mendahului gue," da...