-CHAPTER SEPULUH : MENYESAL

70 31 9
                                    

Sudah tiga bulan semenjak peristiwa itu aku tak pernah bersama Alvin lagi.
Aku selalu menghabiskan waktu bersama Devan. Mulai dari main sampai belajar bareng.

Alvin selalu berusaha menemui ku namun aku bersikap acuh. Hingga akhirnya ia mendatangi kost Devan.

Gdor, gdor, gdor

Dari suara tertawa seketika berubah menjadi hening saat mendengar ketukan.
Devan bergerak dari ranjangnya kemudian membuka pintu.

Brugh !

Aku terlongong - longong melihat Devan terjatuh akibat seseorang menjotosnya.

”KAK DEV ! ?” panik ku membantu Devan berdiri. Namun ia memberi simbol lambaian tangan kecil.

Mataku menyala melihat siapa dibalik pintu. ”Vinn ! !  kamu...? !”

”Cell, lo pulang aja dulu.”

”Ta-tapi...”

”Gua gapapa.”

Aku berbalik mengambil ransel juga buku - buku ku di nakas. ”Kakak serius ga...”

”Iyaa, gua serius.” jelasnya.

Dengan rasa kekhawatiran aku keluar dari kost berharap Devan tak kenapa - kenapa.

”Dev ! !  lu sahabat gua, tapi kenapa lu rebut Celly ! ?” hardik Alvin. Darah mendesir merangkak naik di wajahnya.

Ck. Gua ?  gua gak ambil dia Vinnn ! ! !  sifat lo yang buat dia menjauh ! ! Lo pernah mikir perasaan Celly waktu lo bilang hadirnya buat Lo tersiksa ? ga kan ! ? Bahkan ketika Celly diculik lo gatau ! kalau pun Lo tau, Lo ga akan peduli !  Vinn tau ga ? lo terlalu dibutakan dengan CINTA !” Devan berdiri lalu menutup pintu menyisakan sedikit cela. ”satu lagi, gua cuma mau hibur Celly.”

Alvin membisu terkesima, hilang akal. Ia menuruni tangga dengan terburu - buru, menancap gas motornya.

***

Gdor, gdor, gdor

”Joey, buka pintunya !”

”Bentar ! ! ! astagfirullah, gue lagi bokerrrrr ! ! !” teriak Joey.

Ahh taik. Umpatnya.

”Kenapaa ? Ngomong ajaa ! !” seru Joey.

”Celly ada ga ?”

”Dia ga tinggal bareng gue ! ”

”Sekarang dimana ? ?”

”Kau tengok kanan, nah kamarnya paling ujung.”

Tanpa mengucap terima kasih Alvin berlari secepat kilat.

Knock, knock, knock

Aku tersentak dari lamunan. Harap ku orang di balik pintu adalah Devan namun, kenyataan berkata lain.

Dengan nafas terpenggal - penggal dan keringat yang bercucuran Alvin menahan kenop pintu ”T-tunggu Cell, gua mau minta ma-”

Sebelum ia melanjutkan kalimatnya, aku membanting pintu. Suara ketok-kan dan kenop berbunyi bersamaan.

”Cell ! buka pintunya ! gua beneran minta maaf !  gua gak sengaja !”

”PERGI !  !  !”

You and My Dreams  [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang