-CHAPTER ENAM : THROWBACK

73 43 1
                                    

"LU PILIH GUA SERET SAMPAI KAMAR ATAU NURUTIN GUA ?!!"

Terpaksa aku menuruti perintahnya. Ia menarikku dengan kasar, pintu kamar dibanting olehnya.

"MAKSUD LU NAMPAR THERESA APA HAH ! ? DIA GA ADA SALAH SAMA LU !!" teriak Alvin.

"Jelas - jelas dia yang salah kenapa jadi aku ?"

"LU YANG SALAH BUKAN DIA !"

"Yaudah ! aku yang salah ! terus aja belain dia !"

"EMANG LU YANG SALAH KAN ! ? GUA NGEBELA DIA KARENA GUA TAU DIA GA SALAH ! !"

"Kakak gatau yang sebenarnya ! ! kakak cuma tau cerita dari satu pandang doang ! lagi pula, semenjak Theresa hadir kakak ga pernah peduliin aku ! tau ga ? sehari, dua puluh empat jam, semenit pun kakak ga pernah luangin waktu buat aku !" Aku mengeluarkan semua unek - unek yang selama ini ku pendam sendiri. "yang ada dipikiran kakak hanya Theresa, Theresa, Theresa dan Theresa !"

"CUKUP CELL !" telapak tangan Alvin melayang hendak menamparku tetapi ditahannya kembali.

"Kenapa ditahan ? Kakak mau nampar aku kan ? tampar aja !"

"LU TAU GA !? JUSTRU KARENA HADIRNYA LU, BEBAN HIDUP GUA BERTAMBAH ! LU ITU TERLALU MANJA, CENGENG, KEKANAK - KANAKKAN ! SETIAP LU KENAPA - NAPA GUA YANG HARUS REPOT !" teriak Alvin memunculkan urat dilehernya.

Crack !

Semua ungkapan yang diberikan membuat hatiku patah berkeping-keping. Sangat menusuk. Aku tak pernah memintanya menolongku ketika terluka, aku bahkan berusaha semaksimal mungkin agar ia tak tau apa yang terjadi padaku. Aku juga tak meminta ia memanjakan ku, itu semua kemauan dirinya sendiri.

Mataku berkaca - kaca, seluruh air mata tertampung pada kelopak ku. Tak menyangka akan sesakit itu. Tanpa disadari air mata menetes membasahi seragam.

Ia melihatku. "Ck, dasar cengeng." lalu pergi begitu saja.

Setelah Alvin pergi, Devan memasuki kamar tempat aku berada. Ia melihatku duduk termenung, termangu - mangu diatas kasur menahan tangis.

Ia duduk disebelah ku lalu bertanya, "Cell, lo gakpapa kan ?"

Aku berbalik padanya kemudian memeluknya. Seketika itu juga tangisan ku pecah. "dia benar kak, a-aku cuma jadi beban doang, aku cengeng, aku... a-aku...,"

"sssssht, jangan ngomong gitu. Alvin cuma belum tau kebenarannya. Gua yakin, suatu saat kedok Theresa akan terbongkar." Kata Devan menenangkanku sambil mengusap - usap punggungku.

Aku melepaskan pelukannya kemudian mengambil buku - buku serta semua baju lalu mengemasnya kedalam ransel.

"Aku mau balik ke kost aja. Mungkin dengan cara itu dia tidak akan terganggu lagi." pamit ku sambil menggendong ransel.

Devan beranjak dari ranjang kemudian menawarkan tumpangan. "Gua antar, mau ?"

"Ga usah kak, repot ntar." tolak ku.

"Gakpapa, kasihan anak gadis nyari angkutan umum panas terik gini." Devan merasa iba.

"Serius ?"

"Iyaa."

"Yaudah kalau gitu."

Ia melangkahkan kaki keluar disusul olehku. Ketika ingin menutup pintu aku memandang kasur itu, mengenang kembali semua kebahagiaan - kebahagiaan yang pernah kurasakan sebelum Theresa masuk kedalam hidupku. Bahagia ku dulu sungguh se- sederhana itu.

Ketika pertama kali Alvin menyuruhku tidur dilengannya mengatakan alasan ia memanja- kan ku. Saat ia membawa ku kedalam dekapannya yang hangat.

Aku juga menatap depan pintu utama rumah ini, dimana ia menyuruhku berjanji tidak akan meninggalkannya, namun kenyataan berkata lain.

Huft, tetapi itu semua hanya kenangan dan biarlah kenangan ini hanyut terbawa oleh waktu. Sekarang, tanpa diminta aku akan menjauh dari Alvin. Namun sampai kapan ? i don't know, maybe untuk selama - lamanya ?

***

U D A H K E T E B A K
K E L E M A H A N A L V I N -? ? ?

H M M, K A L A U B E L U M
C O B A T E B A K D E H
X I X I X I

T H A N K Y O U
Y A N G U D A H B A C A -! ! !

J A N G A N L U P A
V O T E J U G A Y A A -! ! !

M A K A S I H -! ! !

You and My Dreams  [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang