Cerita baru, saya mengangkat tema yang berbeda. Sebenarnya sudah mengendap di kepala sekitar 20 tahun lalu. (Bayangin, berapa umur saya sekarang 😊😊😊)
Semoga kalian suka pada tema yang tak biasa. Ada sedikit berbau mistis juga. Tapi tenang... nggak menakutkan kok. Karena saya juga penakut.
Ini bukan cerita sejarah, saya hanya mengkaitkan antara masa lalu dan masa sekarang. Karena memang di Indonesia seperti itu.
***
Sejak semalam, Putri Prameswari sudah kesakitan. Menurut perkiraan dokter ia akan segera melahirkan. Namun setelah menunggu delapan jam lebih, pembukaan tidak bertambah. Ratu Pitaloka yang tengah cemas segera memerintahkan para dokter dan bidan agar memeriksa menantunya kembali. Jika memang diperlukan lebih baik dibawa ke rumah sakit lalu melahirkan secara Sectio Caesar. Meski melanggar wajib sebenarnya, bahwa putra mahkota harus lahir di istana.
Namun saat akan beranjak, tiba-tiba lampu mati dan hujan turun sangat lebat. Kilat segera terlihat menyambar d iangkasa. Semua orang panik, termasuk para pegawai istana. Genset tak juga hidup, meski berkali-kali dinyalakan. Petir bersahut-sahutan bagai membelah langit. Cahayanya masuk ke dalam kamar, menimbulkan rasa takut para petugas kesehatan. Namun semua orang tetap berdiri di tempatnya masing-masing. Menunjukkan ketaatan pada kerajaan.
Tak lama, seorang bidan berinisiatif untuk kembali memeriksa. Kali ini ia terkejut.
"Dok, sudah bukaan delapan." Suaranya terdengar hampir berteriak. Karena hujan semakin deras.
"Persiapkan semua. Sepertinya ini sudah mendekati waktunya."
Semua orang mengambil posisi masing-masing. Putri Prameswari mencoba mengikuti instruksi. Sayang, sang calon putra mahkota tak juga lahir. Semua orang terlihat lelah dan ketakutan. Apalagi lampu tak juga menyala. Hanya beberapa buah lilin yang menerangi ruangan. Hingga akhirnya seseorang tanpa permisi memasuki kamar.
Tidak ada yang sadar dari mana perempuan tua itu tiba-tiba hadir. Semua terlihat panik dan berusaha menjaga konsetrasi masing-masing. Perempuan tua itu menghampiri seorang bidan senior.
"Letakkan ini dibawah bokong sang putri. Ia akan segera melahirkan begitu kain ini menempel di tubuhnya. Ini adalah perintah ratu." Selesai mengucapkan kalimat tersebut, perempuan tua berwajah pucat dan dingin tersebut berlalu.
Benar saja begitu kain diletakkan, Putri Prameswari segera mengikuti aba-aba dengan tenaga yang tersisa. Seorang bayi laki-laki lahir dalam keadaan terbungkus utuh dalam kantung ketuban lengkap beserta cairan ketuban yang biasa disebut en caul. Hingga dokter segera membuat sayatan kecil di hidung, agar pangeran bisa segera bernafas. Dilanjutkan prosedur selanjutnya dengan sangat hati-hati. Tak lama terdengar tangisan keras. Disertai lampu yang tiba-tiba menyala. Semua orang mengucap syukur. Hingga akhirnya, masuklah Ratu Pitaloka.
Dokter segera menyerahkan sang bayi untuk digendong. Namun mata perempuan paruh baya itu tertumbuk pada kain yang masih ada dibawah bokong sang menantu.
"Dari mana kalian mendapatkan kain itu?"
"Bukankah kain itu diserahkan atas perintah anda Yang Mulia Ratu? Perempuan yang masuk tadi menyampaikan pesan untuk meletakkan dibawah tubuh Putri Prameswari."
Seketika Sang Ratu terdiam. Ia mengenal kain tersebut. Milik ibu mertuanya yang telah meninggal yang selama ini disimpan dalam sebuah lemari khusus. Karena sebenarnya milik dari kakek buyut mereka. Begitu banyak hal tak kasat mata di dalam istana ini. Suaminya Raja Nugraha sudah mengatakan. Kalau cucunya ini adalah titisan dari kakek buyutnya, Raja Kumara Tungga. Raja yang terkenal kejam di medan perang namun sangat menyayangi rakyatnya yang juga terkenal bijaksana.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS MAJESTY/Tersedia Di PLAYSTORE/Open PO.
FantasyTentang perjalanan Nararya kecil sebagai seorang putra mahkota. Rasa sepi karena tidak memiliki teman. Bosan dengan rutinitas. Hingga kerap menyelinap ke luar istana. Tentang Nararya remaja, yang jatuh cinta pada Agni, putri penjaga istal. Gadis lem...