1. Positif Telat

335K 16K 1K
                                    

Di tengah pasar, Era tampak berdecak saat sayur yang dia beli tak kunjung dihitung. Dia melirik jam tangannya untuk memastikan sisa waktu yang ada.

"Ah elah, Bang! Lama bener, saya mau sekolah ada upacara nih," ucap Era kesal.

"Sabar, Neng. Tangan abang cuma dua."

"Ya iyalah, kalo 8 namanya laba-laba."

"Nih, belanjaan kamu. Total 60 ribu."

Era mengeluarkan gulungan uang lecek dari sakunya dan memberikannya pada penjual sayur. "Pas ya, Bang. Ini saya ambil kangkung lagi dua iket."

"Eh, 5000 itu, Neng."

Era berdecak, "Cuma 5000, Bang. Anggap aja sedekah sama anak yatim."

Era dengan cepat bergegas untuk keluar pasar. Di sana sudah ada tukang parkir yang duduk di atas motornya.

"Eh, Neng Era. Udah selesai belanjanya?"

"Udah, Bang. Sana minggir dulu, udah telat sekolah nih."

Melihat Era yang tergesa, tukang parkir segera beranjak untuk berdiri. Tanpa membayar, Era segera melajukan motornya untuk kembali ke panti.

Jarak antara pasar dan panti sebenarnya tidak terlalu jauh. Hanya 5 menit menggunakan motor, tapi tetap saja dia akan terlambat sekarang. Salahkan tukang sayur keliling yang mendadak tidak lewat, mungkin takut akan ibu-ibu yang akan kembali berhutang. Mau tidak mau, Era harus ke pasar untuk membeli bahan makanan. Ini sudah kewajibannya untuk mengurus adik-adik kecilnya.

"Ibuk! Sayurnya aku taruh teras. Aku berangkat dulu!" teriak Era meraih tas sekolahnya dan memasang helm. Dia akan berangkat sekolah sekarang.

Jika tidak upacara, tentu dia tidak akan sepanik ini. Setiap hari senin, jam masuk sekolah memang dibuat lebih pagi untuk tidak mengubah jadwal yang sudah ada.

Di lampu merah, Era kembali melirik jam tangannya. Tinggal 5 menit lagi pagar sekolah akan ditutup dan dia masih terjebak di macetnya lampu merah.

"Ini kan senin, Ra. Ya pantes rame banget jalanan. Udah kaya orang mau demo."

Setelah banyak mengumpat selama perjalanan, akhirnya Era sampai di sekolah. Namun nasib tidak berpihak padanya kali ini. Pagar sekolah sudah ditutup dan banyak siswa yang juga telat sepertinya berdiri di depan gerbang.

"Nyet! Telat juga lo?" Aldo, teman sekelas Era tertawa melihat kedatanyannya.

"Diem lo, landak!" Era berdecak sambil menjambak rambut Aldo yang tajam-tajam seperti landak.

Era memarkirkan motornya dan ikut berdiri di depan pagar. Meskipun telat, bukan berarti dia tidak bisa mengikuti upacara. Dua satpam telah siap siaga untuk memantau para siswa yang telat agar mengikuti upacara dari balik gerbang.

Eravina Arruna, seorang gadis berusia 18 tahun yang menginjak tahun terakhir di bangku SMA. Sikapnya yang ceria dan urakan membuatnya dikenal oleh banyak orang di sekolah. Namun siapa sangka jika di balik keanehan Era, dia adalah salah satu siswa penerima beasiswa di sekolahnya. Era bersyukur jika bakat melukisnya bisa membawanya sekolah di sekolah swasta ternama dengan jalur beasiswa.

Dia juga bersyukur bakatnya sedikit meringankan beban ibu Asih, pengurus yayasan panti asuhan yang dia tinggali sejak kecil. Ya, Era merupakan salah satu dari sekian anak yang tidak beruntung itu. Sejak kecil dia sudah berada di panti asuhan. Menyedihakan memang, tapi Era tidak menyesalinya. Setidaknya masih ada ibu Asih yang sudah dia anggap sebagai ibunya sendiri selama ini.

***

Di atas podium, terlihat seorang pria dengan pakaian rapinya sedang memberikan beberapa kalimat motivasi untuk para siswa. Ini pertama kalinya Aksa datang ke sekolah di bawah kepengurusan perusahananya untuk menggantikan ayahnya. Setelah ayahnya meninggal, mau tidak mau Aksa yang menggantikan semuanya.

Harta Tahta Kesayangan Duda (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang