5. Mimpi Aneh

106K 11.6K 414
                                    

Ramein biar semangat update, kalo sepi sampe ketemu bulan depan 🤣

***

Aksa membuka matanya saat merasakan elusan lembut pada pipinya. Matanya terbuka dan bertemu dengan mata bulat yang begitu indah. Anehnya, hanya mata itu yang bisa dia lihat, selebihnya hanya ada kegelapan yang menyelimutinya.

Aksa begitu terpaku dengan tatapan lembut dan polos itu. Perlahan perasaan gusar yang dia rasakan sedari tadi mulai menghilang tergantikan rasa tenang.

"Kakak jangan nangis. Kata mama kalau udah gede nggak boleh nangis." Suara anak kecil di depannya terdengar menggema.

Aksa mencoba meraih wajah lugu itu tapi tangannya seolah tertahan. Mata hitam itu seolah membuat Aksa terhipnotis. Bahkan untuk menjawab ucapan gadis kecil itu dia tidak bisa. Seolah ada beban yang menahan tubuhnya untuk melakukan sesuatu.

"Kalau kakak sedih makan es krim aja. Aku biasanya gitu kalau dimarahin mama, tapi jangan banyak-banyak nanti giginya ompong kayak aku." Lagi-lagi ucapan gadis kecil di depannya terdengar. Kali ini disertai kekehan yang bagitu merdu. Namun suara tawa itu perlahan menjauh membuat Aksa mengerang dan mencoba menggapainya.

Aksa berusaha untuk berteriak. Dia menggerakkan tubuhnya untuk berlari, tapi lagi-lagi usahanya tidak membuahkan hasil sampai akhirnya dia merasakan tepukan keras pada pipinya. Detik itu juga Aksa membuka matanya lebar dan tersadar jika semua yang dilihatnya hanyalah mimpi.

"Nek, Papa udah bangun!" Bian melompat bahagia dia atas kasur membuat Aksa berdecak dan menarik anaknya untuk masuk ke dalam pelukannya.

"Ya udah, kalau gitu Nenek bantu bibi bikin sarapan. Kalian berdua cepet mandi! Katanya mau ke pantai."

Perintah dari kanjeng ratu tidak membuat Aksa dan Bian bergerak. Justru mata mereka kembali terpejam sambil berpelukan. Bian yang awalnya sudah semangat untuk berangkat ke pantai harus kembali mengantuk di pelukan ayahnya yang hangat.

Hari minggu harusnya bisa menjadi waktu istirahat untuk Aksa. Namun dia sudah berjanji pada Bian untuk mengajaknya jalan-jalan ke pantai. Aksa ingin menebus kesibukkannya akhir-akhir ini setelah menggantikan ayahnya. Bahkan semalam dia pulang larut karena harus menyelesaikan pekerjaannya agar bisa berlibur bersama Bian dengan tenang.

"Tadi Papa mimpi?" gumam Bian dengan mata terpejam.

Aksa hanya berdehem dan kembali mengeratkan pelukannya pada Bian.

"Tadi Papa nangis," ucap Bian lagi yang membuat Aksa membuka matanya lebar.

Dengan cepat Aksa bangkit dan melihat bayangan dirinya di depan cermin. Mata yang memerah dan basah seolah menjadi jawaban jika ucapan Bian benar adanya.

Dengan lemas, Aksa berbalik dan duduk di atas ranjang. Tangannya bergerak untuk mengusap wajahnya yang sembab. Ini bukan kali pertama Aksa menangis di dalam mimpinya. Entah kenapa selama seminggu ini dia sering dihantui oleh mimpi yang sama. Meskipun dengan jalan cerita yang berbeda tapi ada satu hal yang sama, yaitu mata bulat yang begitu menggemaskan. Aksa tidak tahu siapa pemilik mata itu, tapi yang pasti dia merasa kehilangan saat gadis kecil pemilik mata indah itu pergi menjauh.

***

Bian bertepuk tangan bahagia saat lobster besar yang dia tangkap sudah tersedia di hadapannya dalam bentuk makanan. Terlihat sangat lezat dengan makanan laut lainnya yang Aksa pesan.

Ekspresi yang Bian keluarkan berbanding terbalik dengan neneknya. Bu Ratna tampak meringis melihat makanan laut di depannya.

"Badan Mama ngilu liat ini, Aksa. Kenapa pesen banyak?"

Harta Tahta Kesayangan Duda (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang