Di hari sabtu, Aksa memutuskan untuk bekerja di rumah. Jika biasanya dia bekerja di kantor setengah hari tapi kali ini tidak. Tidak ada yang menjaga Bian hari ini. Ibunya tengah pergi bersama teman-temannya untuk menjernihkan pikiran. Aksa membiarkannya, dia senang jika ibunya kembali beraktivitas seperti biasa.
Sebuah tarikan pada celananya membuat Aksa menoleh. Dia mendapati Bian tengah duduk di lantai dengan bibir yang maju. Melihat itu, Aksa menggendong Bian dan mendudukkannya di pangkuannya.
"Kenapa Bian?"
"Bian bosen, Pa. Mau main di luar," ucapnya kesal.
Sejak pagi Bian memang sudah berada di ruang kerja Aksa. Dia sudah bosan bermain lego yang dia mainkan sedari tadi. Bian ingin keluar dan berlarian ke sana-ke mari.
"Bian main di sini dulu ya. Papa nggak bisa awasin kalau main di luar."
Aksa sadar jika menjadi orang tua tunggal sangatlah sulit. Selama ini dia terbiasa hidup sendiri di luar kota dan orang tuanya yang menjaga Aksa. Saat kembali ke rumah ini, Aksa mulai merasakan betapa sulitnya menjaga anak aktif seperti Bian.
"Aku bosen, Pa. Nenek kapan pulang?"
"Nenek pulang nanti sore." Aksa mengelus rambut Bian sayang.
Bibir Bian semakin maju. "Bian mau ke panti, Pa. Main sama kak Era."
Alis Aksa terangkat mendengar itu. "Kak Era kan sekolah, Bian."
Bian menghentakkan kakinya kesal. "Bian bosen, Pa!"
Aksa menghela nafas lelah dan mulai berpikir. Dia tidak akan bisa fokus bekerja jika Bian terus merengek. Dia juga tidak bisa mengantar Bian ke panti karena harus bekerja.
Dengan ragu, Aksa mulai mengambil ponselnya. Dia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 10 pagi. Sepertinya Era masih berada di sekolah.
Setelah bergelut dengan pikirannya sendiri, akhirnya Aksa memilih untuk menghubungi Era. Aksa mendengkus saat Era menolak panggilannya pada dering pertama. Tidak ingin menyerah, Aksa kembali menghubungi Era. Kali ini Era tidak lagi menolak panggilannya.
"Ada apa sih, Pak? Saya lagi di kelas." Era terdengar berbisik di seberang sana.
"Ijin ke luar dulu, Ra." Mendengar itu, Bian melihat Ayahnya dengan maya yang berbinar. Ternyata Ayahnya yang menghubungi Era.
"Saya udah di luar. Ada apa, Pak?"
"Kamu pulang jam berapa?" tanya Aksa langsung.
"Jam 11. Kenapa?"
Aksa kembal melirik jam dan mengangguk. "Pulang sekolah langsung ke rumah saya. Bian pingin ketemu sama kamu."
"Kenapa nggak Bapak anter aja ke panti?" Aksa dapat mendengar nada enggan dari suara Era.
"Saya sibuk. Lagian kalau di panti saya nggak bisa awasin Bian."
Era mendengkus. "Bu Ratna ke mana, Pak?"
"Mama saya ke luar."
"Anter Bian ke panti aja lah, Pak. Saya mau nugas juga soalnya."
"Kamu bisa ngerjain tugas di rumah saya."
"Pak Aksa ih! Kok maksa."
Tanpa disangka Aksa tersenyum mendengar Era. Gadis itu selalu jujur dengan perasaannya. Jika sedang kesal maka Era akan menunjukkannya.
"Saya nggak maksa. Saya cuma mau minta tolong jaga Bian sebentar sampai mama saya pulang."
"Saya males ketemu Bapak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta Tahta Kesayangan Duda (SELESAI)
RomanceCoba bayangin gimana rasanya ditaksir sama duda? Iya duda. Itu yang gue rasain sekarang. Bisa-bisanya cowok kalem kayak dia suka sama cewek aneh kayak gue? Pingin banget gue lari, tapi ada buntutnya yang bikin nggak jadi. Bukannya gue nggak mau, tap...