Aksa menghentikan kegiatannya dan melirik ponselnya yang kembali berdering. Lagi-lagi Renata menghubunginya. Bukannya Aksa tidak ingin menjawab, tapi dia terlalu sibuk untuk berkomunikasi dengan wanita itu.
Ponsel kembali berdering membuat Aksa mendengkus. Dengan segera dia mengangkat panggilan dari Renata.
"Ada apa?" tanya Aksa.
"Kenapa lama angkatnya?"
"Aku sibuk," jawab Aksa jujur.
"Gimana keadaan Bian?"
Aksa menghela nafas lelah. Mereka memang masih berhubungan karena ada Bian. Biar bagaimanapun Bian masih terlalu kecil untuk mengerti keadaan orang tuanya.
"Bian baik kok."
"Aku kangen sama Bian."
"Aku nggak ngelarang kamu buat telepon Bian. Kamu bisa hubungin lewat Mama."
Renata terkekeh, "Aku udah telepon mama tadi. Udah ngobrol juga sama Bian."
Alis Aksa terangkat. "Terus kenapa kamu telepon aku?"
"Haduh, galak banget sih, Sa." Renata tertawa.
"Aku sibuk, Renata." Aksa menjawab sabar.
"Iya, iya maaf. Aku cuma mau kasih kabar kalau rencananya mau ke Indonesia. Cuma nggak tau kapannya aja."
"Ngapain?" tanya Aksa bingung.
"Ya ketemu Bian lah, sekalian liat kamu. Kali aja belum move-on." Lagi-lagi Renata tertawa.
"Oke, kabarin aja kalau udah dateng." Aksa dengan cepat mematikan teleponnya. Dia yakin jika Renata mengumpat di seberang sana.
Aksa dan Renata memang sudah berpisah tapi mereka berpisah dengan baik. Tidak ada lagi kecocokkan di antara mereka, dan menurut Renata mereka lebih baik berteman. Tanpa disangka Aksa juga merasakan hal yang sama. Rumah tangganya terasa hambar karena tidak ada perasaan cinta lagi untuk Renata. Semua berlalu begitu saja.
Aksa kembali fokus pada pekerjaannya sebelum ke sekolah. Seharusnya hari ini bukan jadwalnya untuk mengunjungi sekolah, tapi karena kepala sekolah ingin membicarakan masalah olimpiade dan hal yang dibutuhkan, akhirnya Aksa bersedia untuk datang.
Jika bukan karena wasiat ayahnya, tentu Aksa tidak akan turun tangan langsung seperti ini. Dia pasti sudah menunjuk orang untuk mewakilinya mengurus sekolah dan panti.
***
Mobil Aksa berhenti tepat di depan gedung SMA yang berlantai tiga. Di lapangan, dia bisa melihat murid-murid tengah bermain basket. Jam istirahat sekolah memang sedang berlangsung.
Aksa tersenyun saat Pak Roni, selaku kepala sekolah sudah menyambutnya. Aksa menjabat tangan Pak Roni sebentar sebelum berlalu bersama menuju ruang kepala sekolah. Saat melewati kantin, Aksa mendengar seseorang memanggil namanya keras. Dia menoleh dan mendapati Era yang tengah melambaikan tangannya dari kejauhan. Ke dua tangan gadis itu tampak penuh dengan makanan.
Nggak pernah berubah, tetep aja doyan makan, batin Aksa.
Aksa menunduk untuk menyembunyikan senyumnya. Jujur saja, melihat Era yang seperti ini membuatnya sedikit terhibur. Aksa malah kembali teringat dengan Era kecil yang menggemaskan.
Aksa kembali melirik Era dan gadis itu kembali melambaikan tangannya. Pipi yang mengembung karena makanan membuat Aksa terkekeh. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan Era.
"Pak Aksa kenal Era?"
Aksa berdehem dan mengembalikan raut wajahnya. Dia mengangguk untuk menjawab pertanyaan dari Pak Roni.
"Kenal, Pak. Kemarin saya kasih tugas Era bikin karya tulis ilmiah."
"Oh iya saya denger. Pantes Era nggak pernah telat lagi sekarang." Pak Roni tertawa.
"Bagus kalau gitu," ucap Aksa tersenyum. Setidaknya hukumannya membuat Era benar-benar jera.
***
"Dih najis! Sok kenal lo!" ucap Lala melirik Era kesal.
"Dih, emang kenal kok gue."
"Udah nggak berantem lagi?" tanya Aldo.
Era menggeleng. "Kita ada perjanjian. Kalo Pak Aksa langgar ya kita berantem lagi."
"Emang lo tuh nggak pernah takut orangnya, Ra. Pantes aja dipanggil dajjal."
"Mulut lo!" Era menepuk pelan bibir Lala dan berlalu dari kantin. Perutnya sudah kenyang dan ini adalah waktu yang tepat untuk tidur di ruang kesehatan.
Sebelum itu, Era sempat membeli es krim untuk dirinya sendiri. Seperti kebiasannya, dia tidak pernah bisa terpisah dengan es krim. Itu adalah makanan favoritnya sejak kecil.
Tanpa Era sadari ada sepasang mata yang menatapnya dari kejauhan. Aksa yang berniat ke kamar mandi harus dia urungkan untuk mengikuti Era. Bel masuk akan berbunyi, tapi gadis itu tidak terlihat akan menuju ruang kelasnya.
Aksa sampai di depan pintu di mana Era masuk. Dia melihat keadaan ruangan melalui jendela. Di sana dia melihat Era duduk di salah satu kasur sambil menikmati es krimnya. Tampak menikmatinya dengan serius seperti Bian.
Perlahan Aksa masuk dan memukul pintu ruang kesehatan dengan keras. Hal itu membuat Era terkejut dan membuat es krimnya jatuh. Aksa ingin tertawa melihat ekspresi Era tapi dia menahannya.
"Pak Aksa ngapain sih?" tanya Era kesal. Tangannya masih menyentuh dadanya yang terkejut.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Aksa berjalan mendekat. Dia melihat keadaan ruang kesehatan dengan pandangan menilai. Cukup rapi dan lengkap.
"Pak Aksa ngapain di sini?" tanya Era sewot.
Aksa menatap Era dalam, "Saya ngikutin kamu."
"Ngapain ngikutin saya?" tanya Era bingung.
"Kamu ngapain di sini?" Aksa kembali bertanya.
Era berdecak, "Bapak nggak liat saya makan es krim? Tapi sekarang udah jatoh."
"Kenapa harus di sini?"
"Sekalian mau tidur." Era terkekeh mendengar jawabannya sendiri. Dia seperti bunglon yang bisa berubah ekspresi sewaktu-waktu.
"Ternyata kamu belum kapok." Aksa menatap Era tidak percaya. "Kamu mau saya hukum lagi?" tanya Aksa melipat kedua tangannya di dada.
"Apaan sih, Pak?! Saya kan cuma mau tidur sebentar sebelum masuk."
"Habis ini bel masuk bunyi." Aksa melirik jam tangannya sebentar dan benar saja, setelah itu bel masuk mulai berbunyi.
Mendengar itu, Era turun dari ranjang dengan kesal. Tanpa mengucapkan apa-apa dia berlalu pergi meninggalkan Aksa. Waktu 10 menit yang bisa dia gunakan untuk memejamkan mata harus hilang digunakan untuk beradu mulut dengan Aksa.
"Mau ke mana Era?" Aksa tiba-tiba menarik rambut Era dari belakang.
"Sakit, Pak!" Era meringis dan kembali berbalik.
"Mau ke mana kamu?"
"Kelas!" jawab Era kesal. "Saya mau tidur di kelas!" Lanjutnya lagi dan berlari meninggalkan Aksa. Era tidak ingin berlama-lama dengan pria yang selalu membuatnya kesal.
"Kenapa marah-marah? Padahal mau saya beliin es krim." Aksa menggelengkan kepalanya dan berlalu menuju kamar mandi yang sempat tertunda karena Era.
***
TBC
Pak Aksa udah mulai jail nih, seneng banget godain Era. Aku juga mau 👀👉🏼👈🏼
Follow ig viallynn.story
Jangan lupa vote dan commentnya ya 😘
Viallynn
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta Tahta Kesayangan Duda (SELESAI)
RomanceCoba bayangin gimana rasanya ditaksir sama duda? Iya duda. Itu yang gue rasain sekarang. Bisa-bisanya cowok kalem kayak dia suka sama cewek aneh kayak gue? Pingin banget gue lari, tapi ada buntutnya yang bikin nggak jadi. Bukannya gue nggak mau, tap...