Sisa rintik hujan dan tetes embun jatuh bersama menambah kesan abu pagi ini. Lagi-lagi Bogor diguyur hujan, membuat banyak mayoritas lebih memilih menggelar selimut lebih lebar untuk melanjutkan tidur. Namun bagi yang sudah punya kewajiban untuk mencari nafkah tetap harus bangkit dari ranjang empuk mereka, mengais pundi rupiah agar dapur tetap bisa mengepul.
Disisi lain, pria manis bernama lengkap Jisung Niscala itu hanya memandang kosong hamparan taman belakang yang terlihat lembab akibat udara pagi dengan matanya yang sendu. Dia lelah sekali, terutama hatinya. Memikirkan tentang luka tidak kasat mata yang baru saja dia dapat dari sang orang tersayang.
Mengingat bagaimana Minho pergi setelah mengucapkan kata menyakitkan padanya membuat Jisung ingin menangis lagi.
Jaket kebesaran yang membungkus tubuh dia eratkan, sementara kepala bersandar lesu pada dinding yang dingin. Otaknya tidak mampu berpikir, takut memikirkan kelanjutan hubungan yang tidak pula bisa ditemu titik terangnya.
"Saya cari kamu kemana-mana." Rengkuh hangat dirasa, mengisi celah dingin yang sedari tadi menemani. Jisung tentu terkejut, bahkan sampai mengeluarkan cicitan kecil akibat tidak siap dengan perlakuan orang dibelakangnya.
"M-Mas?"
"Kenapa sendirian disini?" bisik yang lebih tua. Badannya maju, seolah tidak membiarkan setitik celah mengisi diantara tubuh mereka.
Benarkah ini Minhonya? Minho yang semalam berkata kasar padanya? Yang mengatainya jalang murahan seolah Jisung hanyalah sampah yang patut dibuang? Namun kini hanya ada Minho yang lembut, yang berkata penuh ketenangan dan cinta.
"Ji?"
"Mas, k-kenapa?" Dia tergagap. Wajahnya sedikit ditarik kebelakang guna menghadap sang dambaan hati.
"Kenapa apanya sayang?"
"Semalam, itu.. mas.."
"Ji, maaf.. saya lagi capek. Saya pusing dan nggak tahu kenapa bisa terbesit omongan seperti itu." Sang pria ikut mendudukkan diri, membawa tubuh yang lebih kecil naik ke pangkuannya.
"Tapi sakit." cicit Jisung, "Hati Jisung sakit saat mas bilang begitu."
"Maafin saya Ji."
Tidak tega akan suara lemah kekasihnya, tentu Jisung merasa iba. Sebagaimanapun sakit yang dirasa, dia tetap tidak pernah bisa marah kepada siapapun, apalagi Minho yang notabene merupakan orang yang paling disayang setelah sang ibu.
Maka mencoba memaklumi, Jisung dengan hati-hati membalikkan badan kurusnya guna melingkarkan kedua kaki ke pinggang pria yang lebih tua dan balas memeluk erat tubuh hangat itu.
Dia menangis keras, mencoba meluapkan sakit yang sempat dia pendam sendiri. Biarkan Minho tau bahwa rasa sayangnya tidak terbendung untuk pria itu. Jisung tidak pernah merasa takut dan lelah untuk disakiti, dia hanya ingin orang lain bahagia karenanya. Begitu sederhana, hanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
senja | minsung ✔
Fanfictionㅡ ❝ senja bahagia, walau kadang berduka dan terluka. tapi dia rela menanti manakala sang surya pamit untuk pergi. senja masih disini. ❞ ㅡ book kedua dari 'CANDALA' ㅡ R E P U B L I S H + R E V I S I ㅡ non baku, other pairing included (chanjin, a lit...