menunggu yang kutahu sia-sia..
°°°
Guyuran hujan perlahan menjadi rintik. Yang awalnya bergerombol berubah hanya setitik-setitik, mencetak embun berwarna abu dari balik jendela mobil yang melaju sedang membelah jalanan kota.
Lantunan lagu dari penyanyi kondang Raisa berjudul 'kembali' yang rilis baru-baru ini terpantul dari radio mobil milik sang pria blasteran, memanja rungu dua pasang anak adam yang diselimuti hening karena keduanya enggan berbagi dialog.
Chanㅡyang menyetir, sesekali akan melirik kearah Jisung. Dia hanya khawatir. Pasalnya sedari tadi (bahkan kalau boleh jujur juga sudah beberapa hari belakangan) Jisung selalu nampak murung. Anak itu jadi semakin pendiam dari diamnya yang biasa. Mengurangi kontak dengan orang lain, bahkan dengan Chan yang notabene teman sekamarnya.
Dia tahu jelas penyebabnya. Si manis berpipi gemuk pastilah sedang sakit hatinya karena kejadian telepon-menelpon beberapa hari yang telah lalu. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain memberi ucapan penenang meski itu tidak banyak membantu.
Hari ini Jisung meminta tolong untuk mengantar pergi ke toko buku secara tiba-tiba. Chan berpikir mungkin anak itu hanya sedang butuh udara segar guna menjernihkan pikiran. Rencananya dia ingin mengajak Jisung mampir di kedai eskrim atau cafe dengan harapan mood Jisung akan segera membaik. Karena sungguh, melihat Jisung yang super duper pendiam seperti ini sangat tidak mengenakkan.
Pajero sport hitam milik Chan berhenti tepat di parkiran. Dia mematikan mesin mobil dan bersiap keluar. Tapi melihat Jisung yang masih melamun menatap jendela, Chan jadi urung membuka pintu.
"Ji, kita sampai." Ujar Chan sambil menangkup satu tangan si manis yang terletak bebas diatas pahanya.
Jisung sendiri merespon dengan sedikit berlebihan. Badannya terlonjak, sementara kepala menoleh cepat kearah Chan yang memasang raut khawatir.
"Mas Chan, lepas."
"Talk to me whenever you need, kamu terlalu sering nyimpen masalahmu sendiri."
Yang lebih muda masih mencoba menarik tangannya, namun genggaman tangan milik Chan terlalu kuat, tenaganya kalah telak. "Jisung baik-baik saja mas, ndak usah khawatir. Jadi tolong lepasin tangan Jisung."
Genggaman itu terlepas bersamaan dengan Chan yang mengela nafas, "Kamu kelihatan nggak baik-baik aja."
"Kenapa mas perduli?"
"Karena kamu teman sekamarku Ji. Aku nggak bisa jadi orang yang masa bodoh saat temanku sendiri lagi dalam masa-masa sedih."
"Terimakasih atas kebaikan mas, tapi Jisung baik-baik saja." balasnya dengan senyum tipis.
Jisung melepas seatbeltnya, lalu keluar terlebih dahulu meninggalkan Chan yang masih terdiam di dalam mobil.
Tungkai kecilnya masuk ke jejeran rak besar berwarna coklat muda, mencari beberapa buku baru guna dijadikan referensi belajar dan membuat tugas.
"Kenapa kamu selalu keliatan nggak suka tiap aku kasih perhatian kecil? Kamu ngerasa terganggu?" Chan bertanya, mengekori Jisung yang masih fokus mencari buku.
"Iya."
"Kenapa?"
"Karena Jisung ndak suka."
"Kenapa kamu nggak suka?"
Gerakan Jisung terhenti. Kepalanya perlahan menunduk. Lalu tubuhnya berbalik, menatap Chan yang berjarak hanya beberapa jengkal dari tubuhnya.
"Mas sudah punya Hyunjin."
KAMU SEDANG MEMBACA
senja | minsung ✔
Fiksi Penggemarㅡ ❝ senja bahagia, walau kadang berduka dan terluka. tapi dia rela menanti manakala sang surya pamit untuk pergi. senja masih disini. ❞ ㅡ book kedua dari 'CANDALA' ㅡ R E P U B L I S H + R E V I S I ㅡ non baku, other pairing included (chanjin, a lit...