Jisung terbangun dalam keadaan tubuh yang sedikit ngilu. Belum lagi perutnya terasa seperti diremas akibat sengaja melewatkan jadwal makan malam. Dia mendesis pelan, namun tersenyum saat mendapati wajah rupawan yang tengah terlelap tenang dihadapannya.
Dengan perlahan jemari kecil Jisung bermain dipermukaan halus wajah sang kekasih, menari-nari dan membuat pola abstrak disana.
"Udahan dong boboknya mas, udah pagi." satu cubitan dia berikan di hidung mancung milik Minho, namun tidak ada reaksi berarti yang Jisung dapatkan.
"Mas Minho?"
Masih tidak mendapat respon. Dengan gemas Jisung ganti mencubit bibir Minho.
"Mas ayo bangun, Jisung laper." rengeknya. Jujur saja, kalau dibiarkan lebih lama lagi mungkin maag Jisung akan benar-benar kambuh.
"Mas,"
"Hm? dalem dek?" balas Minho seraya menggumam. Kedua kelopak matanya masih setia terpejam. Alih-alih bangun, Minho justru mengeratkan pelukan dan membuat Jisung merasa semakin mual.
"Perut Jisung sakit,"
"Maaf," Refleks, Minho serta merta melepaskan pelukannya. Dia langsung mendudukkan diri dan mengusap wajah beberapa saat sebelum meraih pinggang kecil Jisung untuk dia bantu menjadi duduk. "ㅡMau mas buatkan bubur?"
"Ndak usah, Jisung bisa sendiri. Mending mas sekarang mandi. Mas Minho ada jadwal ngajar kan?"
"Iya, kamu juga ada kuliah hari ini?"
Jisung mengangguk, "Siap-siap ya, Jisung mau masak bubur dulu."
"Tunggu, kamu lupa sesuatu."
"Lupa?" tanya Jisung dengan raut heran.
Segaris senyum terangkat disudut bibir pria yang lebih tua. Wajahnya maju untuk menghapus jarak diantara mereka. Satu kecupan hangat berhasil menyapa bibir kemerahan milik Jisung. Itu terasa ringan dan tidak berlangsung lama, namun mampu membawa afeksi meletup-letup diantara masing-masing jiwa.
"Kenapa imut banget sih? Mas takut kamu diambil orang pas nanti mas nggak ada."
Suara kekehan renyah mengalun, memecah sunyi yang tercipta semenjak beberapa menit yang lalu. Itu mungkin terdengar seperti candaan biasa, namun tidak bagi Jisung. Pria manis itu justru tergugu saat untaian kalimat itu keluar dari bibir kekasih kesayangannya. Dia seperti merasa ada makna yang lain dibalik itu, bahwa seolah-olah Minho hendak pergi meninggalkannya.
"Mas,"
Tawa Minho terhenti, maniknya yang sedikit berkaca akibat terlalu banyak tertawa menatap kearah mata Jisung, "Ya, sayang?"
"Kalau Jisung minta mas tepatin janji, mau ndak?"
"Janji? Janji apa?"
"Janji jangan tinggalin Jisung."
"Dekㅡ"
"Jisung ndak mau sendirian lagi, ditinggal lagi kayak dulu waktu mas Minho kuliah di Jepang."
"Maaf,"
"Kalau mas pergi, Jisung bakalan kesepian."
"Sayangnya mas, lihat kesini." Kedua telapak besarnya menangkup pipi gembil nan halus Jisung dengan hati-hati, "Mas nggak akan ninggalin kamu. Mas bakalan selalu ada waktu kamu cari mas." Minho mengulas senyum.
"Janji?"
"Iya." Jawabnya pasti. Lalu pria itu kembali membawa Jisung kedalam sebuah pelukan hangat. Namun sepersekian detik kemudian maniknya menatap kosong kearah dinding polos apartement tanpa berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
senja | minsung ✔
Fiksi Penggemarㅡ ❝ senja bahagia, walau kadang berduka dan terluka. tapi dia rela menanti manakala sang surya pamit untuk pergi. senja masih disini. ❞ ㅡ book kedua dari 'CANDALA' ㅡ R E P U B L I S H + R E V I S I ㅡ non baku, other pairing included (chanjin, a lit...