disana 'ku bukan yang utama
°°°
Rasanya dada Jisung sudah ingin meledak. Jantungnya terus berdentum kuat seperti genderang perang yang ditabuh tiada jeda. Bahkan sejak pak Basri menjemputnya di apartement, bahkan juga disepanjang perjalanannya menuju Bogor, dan bahkan juga saat kaki kecilnya menapaki halaman kediaman keluarga Adskhan.
Tidak bohong kalau dibilang Jisung sangat senang. Tapi sisi lain disudut kepala menyeru bahwa dia tengah ketakutan. Jisung takut Minho tidak lagi menerimanya karena beberapa alasan tertentu. Ingat kan? Akhir-akhir ini hubungan mereka memburuk.
Ujung kain hoodie ungu kebesarannya dia remat erat guna mengurangi rasa gugup. Meyakinkan diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja, Jisung masuk kedalam sana. Ketempat dimana mungkin sosok yang selama ini begitu dia rindukan akan terlihat secara nyata. Bukan lagi dalam bayang khayal dan angan-angannya.
"Assalamualaikum~"
"Waalaikumussalam~" orang-orang didalam menjawab serentak. Kebetulan ramai dan Jisung merasa malu ditatapi oleh banyak pasang mata seperti ini. Dia sudah biasa menyendiri dan sekarang harus dihadapkan dengan wajah-wajah baru yang baru pertama kali dia lihat.
"Oh adek, baru datang to. Sini sini duduk dulu. Ibukmu masih buat teh di dapur."
Yang muda menurut. Dengan canggung meletakkan tasnya dilantai dan ikut nimbrung pembicaraan para orang dewasa (tapi dia hanya diam, sesekali tersenyum dan tertawa untuk menanggapi cerita orang yang ada disana).
Mata beningnya bergerak menelisik, sedikit kecewa saat tidak mendapati wajah yang sudah lama dinanti-nanti. Minho tidak ada disana padahal Jisung begitu berharap sang pria muncul dan menyambut sebagaimana dulu mereka adanya.
"Lho, Jisung wis balek? " bi Eka meletakkan nampan di meja dan mulai membagi teh dalam gelas satu persatu ke meja.
(trans: "Lho, Jisung udah pulang?)
"Nggih buk'e, sudah dijemput sama pak Basri." balas Jisung pelan.
"Yowis gek istirahat dulu ke kamar."
"Iyo dek, istirahat ndisek. Nanti baru ketemu mas Minho di kamar." Ibu Minho tertawa renyah dengan suara berbisik diakhir, bermaksud menggoda dan Jisung hanya bisa membalasnya dengan tawa canggung.
Bi Eka kemudian menuntun Jisung masuk ke kamar guna meletakkan tasnya. Wanita itu tersenyum tipis, mengusap pipi gemuk sang anak sekilas dan bergumam pelan entah apa.
"Mas Minho udah datang?"
"Udah, dari dua jam yang lalu."
"Jadi sekarang mas Minho ada di kamar?"
"Iyo. Tapi kayaknya den Minho masih tidur. Nanti saja ya ketemunya, takut ganggu."
"Mau sekarang." Jisung memohon, netranya berembun dengan sangat cepat padahal tidak seorangpun coba mengganggunya.
"Dek, jangan kebiasaan to."
"Jisung mau lihat mas Minhooo."
Pasrah. Bi Eka mengangguk saja dan membiarkan Jisung berlari kecil keluar kamar. Sedari dulu memang tidak pernah berubah. Rasa sayang Jisung pada Minho sebegitu besar, tidak pernah luntur sedikitpun. Bi Eka hanya bisa berharap Minho juga selalu memiliki perasaan yang sama pada anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
senja | minsung ✔
Fanfictionㅡ ❝ senja bahagia, walau kadang berduka dan terluka. tapi dia rela menanti manakala sang surya pamit untuk pergi. senja masih disini. ❞ ㅡ book kedua dari 'CANDALA' ㅡ R E P U B L I S H + R E V I S I ㅡ non baku, other pairing included (chanjin, a lit...