Artist 12
╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ
╰┈─➤Malam ini Seungmin mau ngerjain tugas di rumahnya Felix, sekalian nginep. Dipikir-pikir, udah lama juga dia nggak main ke rumahnya Felix. Seungmin juga udah kangen sama mommynya Felix. Kangen masakan ala aussienya.
Jam delapan malam, motor Seungmin udah terparkir rapi di garasi rumah Felix. Sekarang orangnya lagi nunggu dibukain pintu setelah mencet bel tadi.
Seorang wanita cantik keluar. "Eh, Seungmin?"
"Mommy!!!" Seungmin meluk mommynya Felix.
Seungmin emang udah biasa manggil nyokapnya Felix dengan sebutan 'mommy' karena saking akhrabnya mereka. Bagi Seungmin, orang tuanya Felix ya orang tuanya juga. Dulu, pernah sebulan dia dititipin di keluarganya Felix karena orang tuanya harus pergi buat ngurusin kerjaan.
"Ayo masuk, Felix ada di kamar."
Sesuai arahan mommy, Seungmin langsung naik ke kamar Felix di lantai dua. Tanpa mengetuk pintu kamar Felix, Seungmin main nyelonong masuk aja.
Uhuk uhuk
Felix yang lagi minum jadi terbatuk karena kaget lihat Seungmin tiba-tiba masuk.
"Eh, Lix, aduh sorry-sorry." Seungmin buru-buru mendekati Felix untuk mengusap punggungnya.
"Iya, udah nggakpapa," kata Felix usai batuknya mereda.
Seungmin cuma bisa diem merhatiin Felix yang lagi ngeberesin obat-obatnya yang nggak bisa dibilang sedikit. Seungmin bener-bener nggak bisa ngebayangin kalau dia jadi Felix yang harus nelen pil segitu banyaknya tiap hari.
"Lo bawa laptop nggak?" tanya Felix.
Seungmin ngangguk, kemudian ngeluarin laptop juga buku-buku dari dalam tas ranselnya. Mereka pun mulai sibuk berdiskusi. Felix kebagian ngedikte hasil diskusi, sedangkan Seungmin kebagian tugas ngetik.
Mommynya Felix emang pengertian banget. Masuk-masuk bawain banyak camilan plus minuman juga. Sama ngingetin belajarnya nggak boleh sampai larut malam. Habis itu keluar lagi.
Mereka lanjut nugas sambil ngemil, sampai tiba-tiba Felix bilang sesuatu.
"Kak Chan bilang lo berubah, Min."
Jari-jemari Seungmin berhenti mengetik. Ucapan Felix tadi ambigu banget bagi Seungmin.
"Berubah gimana?" Seungmin ngelirik Felix dari ekor matanya, setelah itu kembali fokus ngetik.
"Lo jarang hubungin dia, kan?"
Seungmin senyum miring. Nggak salah, tuh? Sejak kapan Seungmin berubah? Dia nggak pernah ngerasa berubah. Cuma karena beberapa hari ini dia nggak ngontek Chan, terus dibilang berubah gitu?
"Kenapa?" Seungmin nanya balik.
"Huh?"
"Kenapa harus ke elo? Kenapa Kak Channya nggak ngomong langsung ke gue?"
For your information, selama ini Felix itu seperti menjadi perantara antara Chan dengan Seungmin. Segala uneg-uneg dua orang itu selalu Felix yang nampung.
Felix mengedikkan bahunya. Sepertinya suasana mulai nggak enak. Felix nggak mau ngelanjutin ucapannya sekarang. Namun, Seungmin justru udah kepancing.
"Yang ada Kak Chan yang berubah, bukan gue.
Gue capek, Lix.
Kenapa seakan-akan gue sendiri yang disuruh berjuang, Kak Channya cuma terima beres?"
Mata Seungmin udah berkaca-kaca banget. Felix auto deketin terus meluk sahabatnya itu. Felix panik. Dia sering lihat Seungmin nangis, tapi untuk yang ini nangisnya beda. Seolah Seungmin udah nahan banget air matanya dari lama.
"Min, sorry. Gue nggak ada maksud bikin lo nangis gini."
****
Hyunjin hanya mampu diam melihat papanya mengobrak-abrik alat-alat lukisnya. Cowok itu tadinya tengah asik menekuni hobbynya dengan melukis langit malam di balkon kamar. Ia tak pernah menduga bahwa papanya akan masuk dan memergokinya.
"Cukup, Pa!"
Hyunjin udah nggak tahan lagi. Papa nya terus mengumpati dan mengolok-olok kesenangan Hyunjin. Katanya, melukis itu cuma buang-buang waktu. Tidak berguna dan tidak menghasilkan apapun.
"Apa? Mau ngelawan kamu? Sudah berapa kali papa bilang, tinggalkan hobby nggak jelas kamu ini. Fokus sama profesi kamu sebagai artis!"
Tuan Hwang baru mendengar kalau anaknya kabur lagi dari tempat show, iya lagi dan lagi. Tentu saja Hyunjin akan menjadi sasaran kemarahan papanya. Namun, Hyunjin nggak pernah kapok. Meski begitu, tetap saja dilakukan di lain waktu.
Puas melampiaskan amarahnya, lelaki paruh baya itu pun keluar setelah menginjak-injak hasil karya putranya. Hyunjin senyum miris melihat kanvasnya yang udah nggak berbentuk.
"Kamu tidur aja, biar nanti bibi yang beresin. Dan pastiin kamu nggak akan bikin papa marah lagi," ujar mamanya yang dari tadi hanya menyaksikan keributan antara papa dan anak itu.
Hyunjin mendecih. Dia udah nurutin semua permintaan orang tuanya, tapi apa? Masih aja dianggap kurang. Dia mau bebas sebentar saja tidak bisa. Semuanya dilarang. Semuanya sudah ada yang ngatur. Hyunjin capek hidup kayak gini terus.
Di saat-saat seperti ini, cuma satu orang yang ada di pikiran Hyunjin. Sedikit ragu, tapi akhirnya Hyunjin tetap menekan tombol panggil di layar handphonenya.
"Seungmin, lo di rumah 'kan?"
"Enggak, Hyun. Gue di rumah temen."
"Oh, gitu. Ya udah."
Bahkan satu-satunya harapan Hyunjin pun tidak bisa menemaninya sekarang. Tapi tunggu, bukankah ada yang aneh dengan suara Seungmin tadi? Hyunjin pikir Seungmin habis nangis, tapi nangis kenapa memangnya?
✴️
![](https://img.wattpad.com/cover/241751509-288-k361904.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTIST ✔ | hyunmin
FanfictionBerisi kekacauan hari-hari Seungmin karena punya tetangga artis. Warning⚠️ • bxb • bahasa non baku Ps. Tiap part pendek-pendek. Started : 12 Oktober 2020 Finished : 29 November 2020