19 - Harus Milih?

480 86 8
                                    

Artist 19

╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ
╰┈─➤

Seungmin baru saja selesai membersihkan tubuhnya, rambutnya bahkan masih basah. Ia merebahkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan yang tidak bisa didesripsikan.

Akhir-akhir ini pikiran dan perasaannya kerap kali tidak bisa berjalan selaras. Dia bingung. Dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Memejamkan mata sejenak mungkin bisa sedikit menenangkan pikirannya.

Suara notifikasi chat membuat Seungmin kembali membuka matanya. Dia meraba-raba kasurnya untuk mencari benda pipih yang menjadi sumber suara tadi.

Masih di posisi yang sama, Seungmin menggeser layar kunci ponselnya hingga memperlihatkan tampilan dari sebuah aplikasi hijau.

5 pesan dari Hyunjin

2 pesan dari Kak Chan

"Argh!"

Seungmin melempar ponselnya asal, untungnya tidak jatuh ke lantai. Bahkan saat tidak bersama pun, dia orang terus saja berputar-putar di otak Seungmin. Apa yang harus Seungmin lakukan untuk mengusir dua makhluk itu?

Beberapa saat kemudian, Seungmin kembali meraih ponselnya. Ia mengabaikan pesan-pesan tadi dan memilih untuk memanggil nomor seseoarng.

"Lix, ke rumah gue dong," pintanya dengan suara memelas.

Belum ada jawaban dari seberang sana, tetapi Seungmin sudah mematikan sambungan telepon. Ia sudah tau pasti bahwa Felix akan menjawab 'iya'.

Tak lama, terdengar suara ketukan dari pintu kamar Seungmin.

"Siapa?" teriak Seungmin dari dalam.

Hanya ingin memastikan, takutnya bukan orang yang diharapkan. Bisa saja yang di luar itu Hyunjin, bukannya Felix. Sering kali Hyunjin keluar masuk rumahnya tanpa diundang. Seungmin jadi berpikir, apa dirinya dan Hyunjin sedekat itu?

"Gue, Min," balas orang di luar.

Suara berat itu membuat Seungmin menghela napas lega. Jelas, itu suara milik Felix yang tiada duanya. Seungmin beranjak dari tempat tidurnya, menuju pintu untuk membuka dahan kayu tersebut. Sengaja dikunci memang, antisipasi agar tidak ada yang masuk sembarangan.

"Kenapa lagi, sih, Kim Seungmin?" tanya Felix setelah keduanya duduk berhadapan di atas tempat tidur.

Seungmin memanyunkan bibirnya. Menyiapkan diri sebelum mendapati omelan dari Felix karena kabar yang akan dia ceritakan.

"Tadi Kak Chan lamar gue, ngajak nikah."

"SERIUS? DEMI APA?"

Felix terkejut dan senang bukan main. Akhirnya penantian kawannya selama bertahun-tahun kini berujung juga.

"Serius," angguknya.

"Lo terima, kan?" tanya Felix untuk memastikan.

Seungmin menggeleng. Menunduk memandangi cincin yang selalu tersemat di jari manisnya. Cincin tunangannya dengan Chan. Sekarang ia berusaha menahan benda tersebut agar tak terlepas—lebih tepatnya menahan dirinya untuk tidak gegabah melepaskan cincin itu.

"LO NOLAK KAK CHAN? GILA LO!" pekik Felix tak habis pikir.

"Ish, gue nggak nolak," desis Seungmin.

Helaan napas berat terdengar. Felix akhirnya memilih diam dan menunggu kelanjutan cerita Seungmin. Ini masalah yang cukup besar.

"Gue minta Kak Chan nunggu, gue nggak bisa jawab sekarang. Gu–gue bingung."

Sepertinya Felix mulai paham kebingungan apa yang menghantui Seungmin hingga cowok itu ragu untuk menerima lamaran Chan.

Felix menatap Seungmin tajam. "Gue udah ngingetin lo dari awal, kan? Sekarang lihat!"

"Iya, gue tahu. Gue salah, tapi gue nggak bisa bohongin diri gue sendiri kalau gue nyaman tiap dekat Hyunjin. Dia selalu punya cara tersendiri buat bikin gue senyum, dan ... gue suka itu," jelas Seungmin mengutarakan isi hatinya.

Sepasang mata Seungmin sudah berkaca-kaca. Dia selalu ingin menangis di saat-saat seperti ini. Saat di mana dia merasa bersalah, tapi di sisi lain dia merasa bahagia melakukan kesalahan itu.

"Sekarang terserah lo. Semua keputusan ada di tangan lo." Felix mulai malas menanggapi kawannya.

Ingatan Seungmin beralih memutar momen-momen suka dan duka yang dialaminya bersama Chan selama bertahun-tahun, lalu kemudian semuanya seolah tersingkir dalam sekejap hanya karena satu orang.

"Gue suka Hyunjin, tapi gue tetep pengen sama Kak Chan," lirih Seungmin.

Felix berusaha menahan dirinya agat tidak menoyor kepala Seungmin. Bisa-bisa otak sahabatnya yang sudah sedikit bergeser itu akan lebih parah nantinya.

"Pilih salah satu!" tegas Felix.

"Harus milih? Nggak bisa dapat dua-duanya aja gitu?" tawar Seungmin.

"Lo kata beli kopi shacetan satu dapet dua?!" geram Felix.

"Ya kalau bisa dua kenapa harus satu?" Seungmin semakin melantur.

Mungkin Seungmin memang egois. Dia mau yang baru, tetapi tak mau melepaskan yang lama.

"Min, udah pernah ngerasain dicekokin arsenik belom?" tanya Felix dengan menampilkan senyuman yang mengerikan.

Seketika Seungmin bergidik ngeri mendengar kata asing tersebut.

"Tapi gue nggak bisa milih, Lix," rengeknya menggelayuti lengan kecil Felix.

"Ikutin kata hati lo. Gue nggak bisa ngasih saran apa-apa, ini soal hati soalnya," tutur Felix pada akhirnya.

Felix sendiri saja masih kesulitan menafsirkan perasaannya, bagaimana dia mau memberi saran. Di luarnya saja Felix terlihat ceria, menunjukkan pada dunia bahwa dia baik-baik saja. Namun, di balik itu semua, Felix berusaha menyembunyikan beban pikirannya.

Lalu sekarang apa yang harus Seungmin lakukan? Haruskah Seungmin memilih—bisakah?

Seungmin justru berharap di antara dua orang itu ada salah satu yang sengaja meninggalkannya lebih dulu, agar dia tidak perlu repot-repot membuat keputusan siapa yang akan dipilihnya.







✴️

ARTIST ✔ | hyunmin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang