23 - Selamat Tinggal

473 82 7
                                    

Artist 23

╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ
╰┈─➤

Nggak kerasa hari ini Seungmin udah wisuda aja. Kayak baru kemarin dia daftar kuliah, diospek yang aneh-aneh, pusing skripsian, dan sekarang udah dapat gelar sarjana.

Sekarang Seungmin lagi foto-foto sama temen-temennya, sempet bikin t*ktok juga sih karena dipaksa ikut sama Felix, padahal mah males banget. Alay kalau kata Seungmin mah.

Selesai mengabadikan moment kelulusan yang ditutup dengan acara melempar toga berjamaah, Seungmin menghampiri kedua orang tuanya yang sudah menunggu di sudut ruangan gedung ini.

"Hei, anak bunda udah jadi sarjana aja." Bunda memeluk putranya itu sambil memberikan sebuah kecupan di kening.

"Anak ayah juga dong."

Ayah tak mau kalah. Laki-laki yang sudah berumur itu pun ikut memeluk anak dan sang istri. Seungmin tak henti tersenyum, sungguh ia amat bahagia saat ini. Memangnya apa yang lebih mebahagiakan daripada memiliki keluarga yang lengkap dan amat menyayangimu?

"Makasih ya Ayah, Bunda, selalu semangatin Seungmin pas capek belajar. Seungmin nggak bakal bisa kayak gini tanpa Ayah Bunda."

Sekarang Seungmin tahu kenapa bundanya sering marahin dia kalau lagi males-malesan belajar. Nggak kebayang deh kalau dulu Bunda ngebiarin Seungmin, pasti nggak lulus-lulus sampai sekarang.

"Iya, Sayang. Sama-sama."

Mata Seungmin kemudian beredar memandangi sekeliling. Dia mencari sesosok orang yang sudah berjanji akan datang hari ini. Namun, tak kunjung Seungmin temukan batang hidungnya.

"Adek nyari siapa?" tanya Ayah Kim.

"A–ah itu ...."

Seungmin masih mencari-cari sosok itu, dan kemudian matanya menemukan keberadaan si target.

"Yah, Bun, aku ke sana dulu ya?" pamitnya.

Orang tuanya hanya mengedikkan bahu, membiarkan putranya bersenang-senang menikmati hari kelulusannya. Tak bisa dipungkiri, Ayah dan Bunda Kim sangatlah bangga melihat Seungmin sudah mendapat gelar sarjananya. Mereka menjadi saksi kerja keras Seungmin hingga sampai ke titik ini.

Seungmin menghampiri Chan yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Di tangan kanan Chan ada buket bunga yang rame banget, itu sekebon dipetik semua kayaknya. Mana lengkap banget warnanya kayak pelangi.

Chan tersenyum lebar hingga lesung pipinya terlihat jelas. Ia memberikan bunga yang dibawanya sambil sebelah tangannya yang bebas mengelus lembut puncak kepala Seungmin.

"Selamat, ya. Ini hadiah pembukanya," ucap Chan.

Seungmin menerima buket itu dengan raut bingung. "Kok pembuka?"

"Soalnya masih ada hadiah inti dan juga penutup."

Entah apa hadiah yang dimaksud Chan itu, jelas Seungmin sangat bahagia. Senyumnya tak kunjung luntur. Ah, ia juga ingin memberi hadiah untuk kekasihnya itu. Haruskah Seungmin memberikannya sekarang?

"Aku juga ada hadiah buat Kakak." Seungmin bersuara.

"Apa, hm?"

Seungmin menunduk, mengantisipasi agar Chan tidak melihat wajahnya yang tengah bersemu. Ia menarik napas panjang sebelum mengatakan apa hadiahnya.

"Tentang pertanyaan Kak Chan waktu itu. Mm ... aku mau."

Chan tentu tau apa yang dimaksud Seungmin. Akhirnya kalimat yang paling ia tunggu-tunggu terlontar juga.

"Mau apa?" goda Chan.

Seungmin yang masih menunduk menggerak-gerakkan kakinya ke kiri dan ke kanan hingga badannya ikut bergerak juga. "Ya mau."

"Iya, mau apa?" tanya Chan lagi sambil terkekeh gemas melihat tingkah Seungmin.

"Ish, aku mau nikah sama Kak Chan!"

Agak ngegas, tapi Chan suka.

Dalam sekali tarikan, tubuh Seungmin sudah berada dalam pelukan Chan. Laki-laki itu memeluknya sangat erat, seperti ia tak ingin melepaskan Seungmin lagi, tak ingin ada siapapun yang akan mengambil Seungminnya.

"Mau lihat hadiah inti?"

Seungmin yang masih berada dalam pelukan Chan kemudian mendongak. Ia baru sadar kalau kekasihnya itu masih mengenakan seragam kebanggannya. Tentu baju berwarna putih khas seorang pilot.

"Jangan bilang—"

"Right, kita terbang."

Tanpa sepengetahuan pasangan itu, ada sepasang mata yang memandangnya dari kejauhan. Orang itu berusaha tersenyum melihat Seungmin sebahagia itu, bahkan senyumnya lebih bebas daripada saat bersamanya dulu. Mungkin benar, Seungmin tak pernah mencintainya, hanya mengijinkannya singgah sebentar untuk merasakan apa itu cinta.

"Om, Tante?"

"Eh, Nak Hyunjin. Mau ketemu Seungmin, ya?"

Hyunjin memilih untuk menghampiri orang tua Seungmin saja, mana mungkin dia menemui Seungminnya langsung. Yang ada akan menambah rasa perih di hatinya.

"Enggak kok, Tan. Ini Hyunjin nitip ini aja ya, tolong kasihin ke Seungmin," ucap Hyunjin sambil memberikan sebuket bunga juga satu kotak makanan manis.

"Nggak mau ngasih langsung? Tadi Seungmin kayak ke sa—"

"Nggak usah, Tan. Aku juga buru-buru ada urusan," sela Hyunjin.

Ia memang mencuri-curi waktu di sela-sela kesibukan syutingnya untuk datang kemari. Hyunjin juga tak ingin lama-lama di sini. Sakit.

Setelah berpamitan dengan ayah juga Bunda Kim, Hyunjin pun melenggang pergi menuju di mana mobilnya terparkir. Langkahnya terhenti di tempatnya tadi. Ia menatap Seungmin sebentar, sebuah tatapan yang penuh arti. Antara terima kasih dan selamat tinggal.

Mulai detik ini, Hyunjin akan benar-benar melupakan Seungmin. Ia harus kembali menjalani hidupnya walau tanpa Seungmin, meski ia ragu bisa atau tidak. Setidaknya Hyunjin akan berusaha, daripada terus terpuruk mengharapkan rasa yang tak pernah terbalas.






Sadboy, ya, kamu mz (•ω•)

ARTIST ✔ | hyunmin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang