RIDDLE - 09

3.8K 662 95
                                    

Selamat sore

Selamat membaca

Jangan lupa komen, vote dan follow ya
Tinggalkan jejak kalian
.
.
.
.
.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, Lisa pun mengambil Hoodie kesayangannya setelah itu segera memakai tas nya. Ia lekas melangkah dan beranjak pergi meninggalkan perpustakaan untuk menemui seseorang yang sudah membuat jantung nya berdebar saat ini. Ada rasa tak sabar, namun disatu sisi ia juga merasa gugup. Aneh, semakin lama ia semakin tak bisa mengontrol perasaan nya sendiri. Rasa nya, seperti ingin pergi berkencan - pikir nya

Lisa terus berjalan, dengan earphone yang masih menyumbat kedua telinga nya. Ia tak mau melukai hati nya lagi, ketika tak sengaja mendengar kalimat-kalimat pedas yang tertuju pada nya walau terdengar samar. Selain menutup diri, mulai sekarang tidak akan ada yang bisa membuat nya melepaskan earphone itu kecuali guru.

Namun ada seorang gadis yang mampu membuat Lisa melakukan apapun untuk nya. Ia segera melepas earphone dari kedua telinga nya, ketika melihat Jennie sudah berdiri tegak digerbang sekolah. Lisa tersenyum kecil, lalu melanjutkan perjalanan nya menuju gadis mungil itu.

Pandangan nya terus tertuju diatas tanah, sesekali ia menggembungkan kedua pipi nya sambil menggerak-gerak kan satu kaki nya diatas tanah.

Jennie merasakan kehadiran seseorang disamping nya. Ia pun menoleh, melihat Lisa yang tengah berjalan menghampiri nya. Lisa tersenyum kearah nya, spontan Jennie kembali menunduk dengan kedua pipi yang lagi-lagi memerah, menghindari senyum yang bisa-bisa membuat nya mati sekali lagi.

"Eih! Mana mungkin!" Sangkal nya dalam hati

"Do gwenchana?" Tanya Lisa, tiba-tiba sudah berada disamping nya. Itu karena Jennie melamun, ia jadi tak sadar jika ternyata Lisa telah berdiri disisi nya.

Beberapa siswi melihat aneh kearah Lisa, mereka saling membisik satu sama lain, membicarakan perihal Lisa yang saat ini tampak berbicara tanpa seorang pun didekat nya.

"Ne, aku baik-baik saja. Harus nya aku yang bertanya, kau tidak apa-apa? Semua siswi seperti nya membicarakan mu dan menganggap mu tidak waras" ujar Jennie sedikit memelan dibagian akhir, sebetul nya ia juga tak enak hati untuk menyebut Lisa tidak waras. Namun ia harus memberitahu Lisa agar orang-orang tidak akan benar-benar menganggap nya sakit jiwa.

Lisa langsung melihat satu-persatu siswi yang langsung berusaha bersikap normal. Seolah-olah tak membicarakan nya. Mereka mempercepat langkah kaki mereka, untuk menghindari kontak mata dengan Lisa.

Lisa menghela nafas nya, dan kembali menatap kearah Jennie.

Tep!

"Kajja!" Jennie tersentak, saat Lisa memegang pergelangan tangan nya dan lekas menarik sehingga membuat Jennie berjalan sedikit cepat dengan langkah kecil nya.

.
.

Jennie masih mengimbangi langkah nya, menyusuri jalanan yang sepi sambil terus menatap tangan Lisa dipergelangan tangan nya.

"Lisa.."

"Ne?"

"A.anu.." Lisa menunduk, menyadari jika ia masih memegang pergelangan tangan Jennie. Ia merasa begitu nyaman, sehingga enggan untuk dilepas. Tetapi dalam sekejap ia refleks melepas nya. Kemudian menatap kearah lain dengan raut wajah yang salah tingkah.

"Mianhae" ujar nya,

"Anniya, gwenchana" jawab Jennie, ikut menatap kearah lain yang berlawan arah dari arah pandangan Lisa. Kedua pipi gembul nya masih saja merona, sehingga hal itu pun membuat nya semakin menyembunyikan wajah nya dari Lisa, agar Lisa tak dapat melihat nya.

RIDDLE - [JENLISA] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang