Kedai Kopi

8 2 0
                                    

"Selamat pagi! Boleh saya bantu dengan pesanannya?"

Kedai kopi yang baru saja buka itu kedatangan tamu pertamanya.

"Ukuran medium," setelah si pelanggan menyebutkan ukuran gelasnya, sang barista langsung mengarahkan tangannya gelas yang sesuai.

"Iced," lelaki di balik kasir langsung mengambil gelas bening untuk minuman dingin.

"Caramel Macchiatonya satu, gulanya 30% aja, gak usah pake whipped cream, less ice, sama tambah extra shot espresso ya," akhirnya si pelanggan merampungkan pesanannya.

"Oh iya, atas nama Lyra."

Lelaki itu langsung menuliskan beberapa inisial di gelas bening itu dan menempatkannya di sebelah kanan, agar temannya bisa membuatkan minuman itu.

Ia terlihat sedikit kebingungan saat hendak menuliskan nama pelanggan.

"Saya ulangi ya, Kak, pesanannya. Iced Caramel Macchiato, gula 30%, tidak pakai whipped cream, less ice, ditambah satu shot espresso, untuk ukuran medium, ya, Kak," ulang lelaki yang jarinya sekarang sibuk menekan tombol-tombol di layar komputer.

Gadis yang diasumsikan bernama 'Lyra' itu mengangguk sebagai pembenaran.

"Ada tambahan makanannya, Kak?"

Gadis yang mengenakan masker putih dan kacamata itu menggeleng.

"Ada kartu membernya, Kak?"

Seperti baru teringat, gadis itu merogoh totebag di lengan kanannya dan mengeluarkan dompetnya. Setelah membukanya, ia mengambil sebuah kartu berlogo kedai kopi itu.

"Pesanannya satu minuman aja ya," Lyra mengangguk, "Totalnya jadi tiga puluh tujuh ribu ya, Kak."

Lelaki itu melakukan transaksi pembayaran seperti yang selalu ia lakukan.

Setelah merobek bukti pembayaran yang dikeluarkan mesin, ia memeberikannya kepada gadis di seberangnya, "Ini struknya ya, Kak. Silahkan menunggu pesanannya."

Tidak lupa ia memberikan senyum sebagai salam.

Karena belum ada pelanggan sama sekali, minuman Lyra selesai tepat setelah ia menyelesaikan pembayaran.

"Iced Caramel Macchiato, dengan extra shot, gula 30%, less ice, ukuran medium, atas nama Lyra," panggil seorang barista lain di bagian pengambilan minuman.

Lyra berjalan ke arah suara panggilan itu dan mengambil minumannya.

Saat ia memutar gelas itu, ia melihat 'Layra' ditulis sebagai namanya. Gadis itu tersenyum di balik masker putihnya.

Sudah menjadi hal biasa bila namanya salah dieja.

"Terimakasih ya, Mas," ucapnya saat melewati meja kasir dan bertatap mata dengan lelaki yang tadi menerima pesanannya.

"Sama-sama, Kak. Have a great day."

Saat pintu berdenting karena gadis itu keluar, mata kedua lelaki di belakang konter itu saling beradu tatap.

"Ribet banget pesenannya," sahut mereka bersamaan.

"Baru pelanggan pertama aja udah ribet banget," lelaki dengan label nama 'Arga' yang baru saja membuat sebuah minuman itu berdecak.

"Tapi gue salut sih," ucap lelaki di belakang kasir, "Dia nyebut minumannya sesuai urutan penulisan."

"Memang seorang Kama selalu positif ya," cibir Arga kepada temannya.

Unspoken WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang