01

441 92 32
                                    

Sangat di luar ekseptasi, Taehyung tidak tau harus senang atau malah sedih. Ekspetasi sebagai pelayan cafe kini akan terganti sebagai profesi guru les.

Taehyung akui jika gaji nya kali ini cukup besar, dan cukup untuk membantu membayar hutang Ayah nya yang sudah meninggal, realita nya memang begitu, Taehyung terlahir dari keluarga sederhana yang tak jauh dari kata terbelit hutang.

Tentang kuliah? pria itu sangat pintar hingga mendapatkan beasiswa dari pemerintah. Taehyung sendiri sebelum nya pernah berkerja paruh baya di berbagai tempat, namun kali ini ia hanya akan berkerja menghadapi satu gadis SMA, dan Taehyung harap gadis itu bisa menerima nya dengan baik, karena dia sendiri pun belum melihat wajah anak dari atasan nya, Siwon, kata nya sih cantik.

"Dek? kamu mikirin apa sih?" Itu Taeyeon, Wanita pertama yang membuat Taehyung tau arti kehidupan.

"Hah? gak kok bund, aku cuma ngelamun aja" Ucap Taehyung berusaha meyakinkan.

"Masa sih? pasti kamu mikirin Jisoo ya?" Goda Taeyeon dengan wajah jahil nya.

Taehyung hanya tersenyum melihat wajah ceria Bunda nya, ia jarang sekali melihat Bunda nya ceria seperti sekarang.

"Gak mungkin banget kalo dia lagi mikirin aku" Tiba-tiba seorang gadis bersurai hitam datang, mengambil posisi duduk di samping Taeyeon.

"Loh? kamu kok kesini gak bilang aku dulu sih? kan aku bisa jemput kamu" Taehyung mengerucutkan bibir nya, merasa kesal karena sahabat dekat nya ini datang secara tiba-tiba.

"Bunda yang suruh Jisoo kesini, Bunda pengen ada temen ngobrol" Taeyeon menimpali, mencoba membela Jisoo.

Jisoo hanya terkekeh melihat pertengkaran kecil antara Ibu dan Anak di depan nya.

"Udah, kok malah jadi berantem" Jisoo mencoba melerai, ia mengisyaratkan Taehyung untuk diam.

"Yaudah kalo gitu Taehyung ke kamar dulu ya? mau mandi" Taehyung mengambil posisi berdiri, bersiap untuk meninggalkan dua perempuan cantik di ruang tamu.

***

Hari senin, hari yang cukup membosankan bagi Tzuyu. di awali dengan upacara bendera dan di akhiri dengan pelajaran matematika, tapi entah mengapa diri nya menjadi semangat saat mengingat wajah pria yang kemarin tidak sengaja bertabrakan dengannya, seperti menularkan energi segar.

"Heh! lo gila ya? dari tadi senyum-senyum sendiri" Suara Dahyun membuyarkan lamunan Tzuyu.

"Enggak kok, aku masih waras. Dahyun kali yang gila" Duh, Tzuyu yang savage.

Mingyu terbahak-bahak, "lo bener Tzu, Dahyun emang udah gak waras. Masa tadi dia nafas pake hidung, kan gila" Pria satu ini lebih gila.

Dahyun dengan segera menjitak kepala Mingyu, "Si kiming diem!"

"Kiming siapa?" Tanya Tzuyu.

"Ya Mingyu lah"

Tzuyu tersenyum, "Berarti nanti sore kita tasyukuran dong, Mingyu udah ganti nama kan?" Ucap Tzuyu antusias.

"Dah lah, terserah!"

Tzuyu dan Dahyun tertawa saat melihat Mingyu pergi keluar kelas dengan raut wajah kesal, memang selalu berakhir kaya gini.

"Gue tanya serius Tzu, lo kenapa senyum-senyum sendiri?" Dahyun kembali bertanya dengan wajah mengintimidasi.

"Kayak nya aku suka deh sama cowok"

"HAH?!DEMI APA?"

Tzuyu tersentak, "Jangan teriak-teriak, aku gak budeg kali"

Dahyun tak memperdulikan ocehan Tzuyu, ia mengguncang bahu Tzuyu berkali-kali, "Lo jatuh cinta!?"

My Dear TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang