Bertengkar

45 4 0
                                    

Cuaca siang ini sangat terik, matahari seolah menantang manusia untuk saling beradu ketahanan. Hembusan angin bercampur dengan asap kendaran membuat suasana makin panas. Popi berjalan di trotoar, menunggu taksi datang.

Jaket bomber milik Jess masih melekat di badanya, dan hanya menambah panas saja. Wanita itu benar-benar merasa aneh dengan dirinya sendiri, sejumlah pertanyaan terus bergulir di otaknya.

Untuk apa ia sesebal ini pada Jess? Padahal harusnya ia bersikap biasa saja, atau malah seneng jika benar Jess punya pacar, itu artinya ia hanya perlu menghabiskan sidikit waktu untuk melakukan gimmick. Karena dalam waktu cepat Jess akan memilih Selin.

Popi termenung. Menunggu adalah hal yang sangatlah melelahkan. Ia juga takut ada wartawan atau pun fans mengetahuinya. Mobil Popi terpaksa harus dijual untuk keperluan panti. Dan mungkin dalam waktu dekat Popi baru akan membeli mobil baru yang harganya jauh lebih murah dari mobil sebelumnya.

Terlalu berlarut merenung Popi tidak menyadari sebuah mobil berwarna hitam menepi. Ia memperhatikan mobil tersebut. Mana mungkin mobil taksi sekeren mobil yang ada di hadapannya sekarang. Ini mobil keluaran terbaru mustahil supir taksi sudah memilikinya.

Popi menuntup mulutnya setelah melihat pria turun dari mobil tersebut. Pria itu adalah Dewa, pujaan hatinya sejak beberapa tahun yang lalu. Tapi kini Popi malu, mengingat statusnya telah menjadi istri orang, Dewa pasti tahu itu. Dan mungkin Popi tak punya kesempatan lagi untuk dekat dengan Dewa, pasti pria itu akan sangat malas berdekatan dengan Popi.

Dewa melepas kacamata hitamnya. Menatap Popi lekat. "Ngapain di sini? Sendirian lagi."

Popi menggaruk tengkuknya. Selalu saja ia merasa salah tingkah saat berada di depan Dewa seperti ini. Popi juga bingung harus memberi jawaban apa pada Dewa. Mana mungkin ia jujur jika saat ini sedang ditinggal oleh Jess, itu bisa merusak segalanya.

"A-nu... Nunggu taksi, mobil gue mogok."

Dewa hanya mengangguk. Kemudian celingukan. "Jess mana?"

"Di rumah, dia ada kepentingan jadi gue sendirian."

Dewa mengangguk lagi kali ini di sertai senyum kecil. "Gue anter gimana?"

Popi meremas selempang tasnya. Memalingkan wajah untuk menyembunyikan senyum cerianya. Hatinya berbunga-bunga. Ia bisa melupakan sedikit kekesalannya pada Jess, dan kini malah diganti kebahagiaan.

Wanita berambut panjang itu berdehem. Menetralkan degup jantungnya yang kini tak beraturan. Mau bagaimana pun Popi harus terlihat berwibawa di depan Dewa, ia tidak boleh merendah. "Emm... gimana ya?"

"Ga mau ya?" tanya Dewa dengan ekspresi biasa saja. Seolah tidak masalah jika Popi menolaknya. "Yaudah." pria itu melangkah hendak memasuki mobilnya kembali.

Popi mencekal tangan Dewa yang hendak pergi. Benar-benar Dewa tidak peka padahal ia ingin dibujuk terlebih dulu.

Dewa menoleh, tersenyum kecil. "Ayo."

Popi mengangguk menahan malu saat Dewa menarik tangannya untuk segera masuk. Tapi sebelum itu Popi masih sempat melihat mobil Jess berlalu. Pria itu bersama Selin entah ingin pergi kemana. Bahkan pandangan Jess dan Popi saling menumbuk sebentar, karena memang Jess membuka jendela mobilnya.

Dia dapat melihat tangan Dewa yang kini mengandeng tangan Popi. Dari tatapan sekilasnya Popi tahu Jess merasa jijik. Mungkin karena Popi bersama Dewa, hubungannya dengan Dewa memang selalu tidak baik. Tapi ada pula kemungkinan jika Popi yang sedang ditatap jijik oleh Jess. Popi tidak peduli toh itu hanya tatapan sekilas yang tidak akan berpengaruh pada hidupnya.

***

Berbagai macam genre lagu mengiringi perjalanan di dalam mobil. Dewa tersenyum memperhatikan wajah Popi bersemu merah. "Lo demam ya?" tanya Dewa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Once Upon YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang