Perintah

78 7 0
                                    

Tiga pria berkaus putih, dengan setelan celana pendek shoedown under armour, berdiri di tengah lapangan golf. Satu pria sibuk mengarahkan kamera ponselnya ke segala arah, memperlihatkan suasana lapangan golf. Sedetik kemudian kamera tersebut berpindah arah menyorot wajahnya.

"Jess, Gas!" Erico mengarahkan kamera ponselnya ke arah Jess dan Bagas. Dan langsung di sambut senyuman oleh Jess, pria itu sibuk menyisir rambut hitamnya dengan jari-jari, sebelum akhirnya mengenakan topi putih polosnya. Sedangkan Bagas enggan di sorot kamera, ia langsung memalingkan wajahnya ke segala arah.

"Gas, fotoin dong!" Erico memberikan ponselnya pada Bagas. Bagas menerima ponsel tersebut dengan malas, selalu saja Erico ingin narsis di segala tempat. "Cepet. Keburu gue males motoin!"

Erico berlari, tepat di tengah lapangan hijau. Ia mulai berpose, mulai dari, pose mengayunkan tongkat golf, memegang topi putih polosnya, sampai pose membelakangi kamera pun ia coba.
Pria itu benar-benar, membuat Bagas seperti fotografer yang kewalahan menangangi modelnya.

"Udah sepuluh foto, nih!" Bagas menyerahkan kembali ponsel milik Erico. Erico mengerucutkan bibirnya saat menerima ponsel tersebut, pasalnya ia belum puas berfoto, tapi Bagas sudah mengakhirinya.

Mata Erico kini sibuk meneliti hasil foto Bagas, kepalanya menggeleng melihat hasilnya. "Ck. Kok jelek semua sih, Gas!" Erico menatap Bagas sinis. "Masa muka gue item semua. Ulangi lah!"

"Males, emang muka lo item!" Bagas mengayunkan tongkat golf, matanya sibuk mengamati rerumputan hijau. " Tinggal edit pake filter percantik, entar juga putih, Ko."

"Gas, fotoin lagi dong!" Kali ini Erico, mulai mendrama seperti layaknya Jess. Menampilkan pupy eyesnya, berharap Bagas iba, tapi bukanya iba Bagas malah melengos malas, ia benar-benar muak melihat kelakuan Erico.

"Ini kapan sih, main golfnya!?!" pekik Bagas.

Erico langsung mengerutkan dahinya, menatap Jess dan Bagas bergantian.
"Main? emang siapa yang mau golf?"

Bagas berdehem, menetralkan deru napasnya. Ia masih berharap dugaannya, soal acara golf pagi ini masih salah.

"Jess, si Bagas gimana sih?" adu Erico pada Jess.

Jess mengangkat bahunya, tak langsung menjawab. Masih fokus pada insta storynya. Akhir-akhir ini Jess, memang sedang di atas awan. Para followers yang katanya dulu meninggalkan dan mengabaikannya kini kembali lagi, menyapa, memuji, seperti biasanya. Semenjak gimmicknya dengan Popi berhasil, puluhan followers datang padanya, membuat sebuah kesatuan yang mengantarkan Jess, ke titik lebih tinggi dan menyenangkan, berupa ketenaran.

Apalagi semenjak Bagas mengupload  fotonya dengan Popi, semua orang lebih gencar memuji, mengatakan bahwa Jess adalah tipe pacar idaman.
Jelas itu membuat Jess senang, awalnya memang ia ingin menghapus foto tersebut dari feeds instagramnya, takut jika Selin akan marah, tapi setelah di pikir-pikir sayang sekali harus menghilangkan pujian yang ada di kolom komentar foto tersebut, lagi pula jika Jess menghapus foto tersebut, secara tiba-tiba. Bisa di  pastikan publik akan gempar, mengakibatkan gimmick terbongkar. Maka Jess memutuskan tidak menghapus foto tersebut, ia yakin Selin akan memaklumi. Ini kan demi karir.

"Kita emang ga mau main golf." papar Jess. Pria itu masih setia menatap ponselnya. "Kita kesini, cuma mau foto-foto biar keren."

"Noh, Gas denger!" Erico menunjuk Jess, dengan tongkat golfnya, agar Bagas lebih paham lagi.

Bagas mendengus kesal, berkali-kali ia menggertakkan giginya untuk menahan emosi. Ternyata dugaannya benar, dua orang tengil di hadapannya datang ke sini hanya untuk eksis, bukan untuk benar-benar main golf. Bagas memang sudah curiga, sejak berangkat ke sini. Jess dan Erico menghampirinya begitu buru-buru, bahkan tak mengizinkannya untuk sarapan pagi, keduanya takut tertinggal sunrise, padahal jika keduanya benar-benar berniat main golf, pasti tidak peduli sunrise, sunset, atau pun yang lainya. Yang terpenting main golf saja.

Once Upon YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang