18.

6.6K 805 225
                                    

Maaf banyak typo

Rasa panik, dan bersalah yang Mahesa rasakan tadi, dalam sekejap hilang, di saat ponsel yang ada dalam saku celananya berbunyi.

Dan membuat Mahesa yang ada dalam ruangan Dokter Arya, mau tak mau keluar dari ruangan untuk mengangkat  panggilan yang Mahesa tunggu-tunggu sejak kemarin.

Panggilan dari isterinya yang sedang marahan dengan dirinya. Lebih tepatnya, isterinya  yang sudah membenci dirinya karena ia  diam-diam sudah ada niat ingin menikah sekali lagi hanya untuk mendapatkan anak

Isterinya yang melarang dirinya pulang,  isterinya yang muak melihat wajahnya, meminta pada dirinya agar jangan pulang dulu ke rumah sampai perasaannya sedikit baik, dan rasa sakit hatinya akan rencana dirinya dan mamanya,  lebih tepatnya rencana mamanya bisa berkurang bahkan menghilang. Membuat Mahesa tidur di kantornya tadi malam,  walau di hari-hari lain tanpa ia dan isterinya bermasalah. Mahesa maupun isterinya sesekali bahkan sering menginap di kantor.

Itu yang di minta, dan di mohonkan oleh isterinya kemarin,  dan mahesa menurut.

Tapi, tak ada kata-kata  yang keluar dari mulut isterinya kalau  ia akan terbang ke Jakarta pagi ini, pergi menginap selama 1 minggu di rumah kedua orang tuanya.

Sialan! Mahesa tidak setuju dengan bagian yang ini. Masalah rumah tangga mereka bisa belarut-larut nanti, dan setelah mendapat  kabar dari mulut isterinya,  hampir saja Mahesa pergi ke Bandara, meninggalkan Ayu yang sedang di tangani oleh Om-nya.

Tapi, urung di lakukan Mahesa di saat ada satu notifikasi chat yang masuk dalam ponselnya. Chat dari Safira yang mengirim  gambar kalau ia sudah duduk manis di atas bangku pesawat, dan beberapa menit lagi pesawat itu akan mengudara.

Dan ya, Mahesa tidak bisa dan tidak cukup waktu apabila pergi menyusul isterinya saat ini.

Membuat Mahesa masih berada di rumah sakit , lebih tepatnya di dalam ruangan Om nya. Dengan Om nya yang hanya duduk diam sedari tadi.

Dan Mahesa melirik kearah Ayu yang tidak tidur, tapi terlihat memejamkan kedua matanya paksa. Terlihat dari kedua matanya yang bergerak-gerak di depan sana.

"Kenapa bisa keluar darah? Apakah darah itu, dari itunya?"Mahesa membuka suara. Penasaran dengan apa yang terjadi pada Ayu.

Dokter Arya yang merenung sedari  tadi,  mau tak mau  menatap pada  keponakannya Mahesa yang menanti tak sabar jawaban keluar dari mulutnya.

"Dia pendarahan, Mahesa...."Ucap Dokter Arya dengan nada sedangnya.

Membuat  kedua mata Mahesa membulat terkejut.

"Apa? Dia nggak hamil, tapi kenapa bisa pendarahan?"Tanya Mahesa bingung.

Membuat Ayu yang mencoba agar ia tidur, dan istrahat atas intruksi dari Dokter. Membuka matanya, dan sontak menatap kearah Mahesa. Dan menyadari  ada orang yang menatapnya. Tatapan Mahesa pada Omnya terputus, dan Mahesa sedang menatap Ayu dengan tatapan teliti, dan dalamnya saat ini.

Dan Ayu, tak tahan. Hanya 5 detik ia mampu beradu tatapan  dengan Mahesa, karena sekali lagi, Ayu merasa familiar, dan devaju dengan tatapan laki-laki itu padanya,  dan Ayu tidak ingin berpikir keras saat ini. Ia tidak boleh stress, kalau tidak anaknya akan benar-benar pergi dan keluar dari rahimnya sebelum waktunya.

"Kenapa kamu yang membawa pasien Om kemari? seragam yang di gunakanya adalah seragam kantor kamu, pasien Om hebat sekali karena bisa membuat bos besar turun tangan untuk membawanya kemari, dan dalam waktu yang tepat...."Sindir Dokter Arya dengan nada sinis, dan  tatapan menuntunnya pada Mahesa.

Mahesa yang terlihat salah tingkah saat ini. Bahkan melupakan pertanyaannya tentang keadaan Ayu dan apakah orang yang tidak hamil seperti Ayu bisa pendarahan?

INSEMINASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang