5

6.1K 645 25
                                    

Vote, komen, follow Cheese👍.

Author Pov.

Sean berusaha melupakan kejadian 1 minggu yang lalu, yang dia menangis di pelukan Arini, Sean malu dan tak punya muka lagi untuk bertemu dengan Arini.

Namun yang mengherankan adalah, sejak 6 hari setelah Sean magang disini, sejak saat itu jugalah Arini gencar mendekatinya, seperti mengajaknya makan siang bersama, memberikan tumpangan saat pulang kerja.

Memberikan Susu coklat hangat untuknya, dan banyak lagi perhatian kecil yang membuat Sean bingung.

Sudah jelas Arini menyukainya, tapi Sean tak bisa menerima perasaan Arini jika suatu saat Arini menyatakan perasaanya pada Sean.

Dan memikirkan hal itu saja, sudah membuat hati Sean berdenyut nyeri "Hahh..apa aku ceritakan saja padanya tentang Lithromantic ku.." Gumam Sean bingung.

Akan ada banyak spekulasi dan resiko yang terjadi jika Sean mengatakan hal itu pada Arini.

Yang pertama. Arini pasti menjauhinya, dan akan jijik padanya.

Yang kedua. Arini pasti menangis dan sakit hati padanya.

Yang ketiga dan yang tak mungkin terjadi. Arini akan menerima hal itu, dan terus mengejarnya sampai Sean jadi miliknya.

Dan Sean tak mau jika Arini menjauhinya, apalagi memandangnya jijik, Sean tak mau dan ia tak sanggup jika hal itu terjadi.

"Sudahlah, nanti saja aku pikirkan, sebentar lagi Kak Arini akan mengajakku makan siang" Gumam Sean kemudian membereskan meja kerjanya.

Seharusnya sih Arini sudah mengirimkannya pesan, tapi dari tadi malam sampai siang ini. Dia tak ada mengirimkan pesan apapun, membuat Sean cemas dan berfikiran buruk.

Wajahnya menyendu "Apa Kak Arini mulai bosan mengejarku?" Lirih Sean dengan kepala yang tertunduk, Sean menerima dengan senang hati perhatian dari Arini.

Tapi dia tak memberi kepastian dalam hubungan mereka, ini yang sering disebut pemberi harapan palsu.

"Tapi..aku tak bisa menyambut perasaanya" Lirih Sean lagi. Menghela napas panjang kemudian berdiri, dia harus meluruskan semuanya dan menolak Arini sebelum dia menyatakan perasaanya.

Sean hendak berjalan menuju lift, namun terhenti saat merasa saku kemejanya bergetar, dia mengambil ponselnya dan melihat pesan yang masuk.

Kak Arini.

Sean..kakak gak kerja hari ini, bisa kamu ke Mansion kakak nanti sepulang magang?.

Dengan kecepatan cahaya Sean mengetikan balasannya.

Kakak kenapa?✔️✔️

Gak papa, cuma demam.

"Cuma demam katanya" Gerutu Sean dan kembali mengetikan balasan.

Aku ke sana sekarang, kirim Alamatnya kak✔️✔️

Tapi kamu lagi magang Sean.

"Bodo amat sama magang, kan situ bosnya" Gumam Sean sebal.

kan kakak bosnya, uda ya kakak sayang, aku otw✔️✔️

Arini yang mendapat balasan seperti itu merona, apa Sean sudah menyukainya juga, ah semoga saja iya karena Arini akan segera menyatakan perasaanya.

Oke, kakak tunggu ya, dan alamatnya itu di jalan Gohor, perkomplekan Emerald, nomer 1.

"Walah, perkomplekan Emerald itu satu tingkat diatas perkomplekan rumah utamaku" Gumam Sean speechles. Dia membereskan barang-barangnya dan memasukan ke dalam tas.

Kemudian berjalan keluar menuju pintu keluar Divisinya. Tak memperdulikan tatapan Tarae dan Kiki yang memandangnya bingung, Sean berjalan cepat karena tak sabar bertemu dengan Kak Arininya.

.
.
.

Tak membutuhkan waktu lama saat ini Sean sudah berdiri di depan pagar putih yang menjulang ke atas, nampak rumahnya orang kaya sekali Kak Arini ini.

"Permisi Pak" Ucap Sean pada satpam yang ada di posnya. Mang Kasep tersentak, hampir saja kopi hitamnya jatuh saat mendengat suara bariton yang berat dari Sean.

"Ya? Ada perlu apa?" Tanya Mang Kasep.

Sean tak banyak bicara dan langsung menunjukan pesan yang Arini berikan padanya, untuk ditunjukan pada Satpam rumahnya jika sudah sampai.

Mang Kasep mengangguk, kemudian membuka pintu besi yang ada di kiri pagar, Sean berjalan ke dalam dengan tenang. Dia tak sabar bertemu Arini sekarang.

Sedangkan saat ini Arini berjalan menuju pintu rumah, dengan hanya menggunakan sweater ungu sepahanya, dan hotpants hitamnya.

Wajahnya basah akibat keringat, memerah, hidungnya juga merah, matanya sayu dan rambutnya lepek.

Cklek.

"Sean~"

Grep.

Sean mematung menerima pelukan erat dari Arini, kedua tangannya menggantung di balik tubuh wanita mungil ini, dia tak tau harus membalas pelukan Arini atau membiarkannya saja.

Tapi tak ayal Sean senang mendapat pelukan hangat Arini, rasanya nyaman sekali.

"Kak-"

"Sean! Aku menyukaimu"

Deg deg!

Sean membeku, seharusnya dia senang, tapi yang terjadi adalah ras Sesak di dadanya, nyeri di perut sehingga membuatnya ingin muntah.

Dia membekap mulutnya sendiri guna menahan isi perut yang hendak keluar "Hump!!" melepas paksa pelukan Arini dan berlari keluar dari Mansion.

Meninggalkan Arini yang terpaku di tempatnya, menatap punggung Sean yang berlari menjauh darinya, apa Arini di tolak?.

Tatapannya menyendu, dia mengepalkan kedua tangannya yang menggantung di kedua sisi tubuhnya.

"Ternyata, ditolak rasanya sesakit ini.." Lirih Arini, seperti dia kena karma, karena sering menolak dan mematahkan hati para Pria.

Arini menutup wajahnya, dia berjongkok dan menangis disana "Hiks..sesakit ini.." Lirihnya lagi.

Di tempat Sean, dia berjongkok di selokan pinggir jalan, memuntahkan isi perutnya, sensasi dari perkataan Suka Arini membuatnya sampai seperti ini.

"Hoek!! Uhuk...haha...hoeek!!" Sean menyeka bibirnya, keringat dingin mengalir di dahinya.

Dia terduduk di paving blok komplek, beruntung daerahnya sepi, Sean meremat rambutnya "Maaf..kak..maaf.." Lirihnya, selesai sudah, Arini pasti membencinya saat ini.









































Tbc..

Alurnya kecepatan sih, tapi biarin lah, karena Ryn gasuka alur yang terlalu lambat, jadi lebih cepat, lebih ke inti dan lebih cepat selesai.

My Gemoy Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang